MAKASSAR, BKM–Sebagai ibu kota provinsi dan kota metropolitan, sampah menjadi salah satu persoalan utama yang butuh penanganan secara kolaboratif, dari hulu ke hilir.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam mengurangi risiko lingkungan melalui pengelolaan sampah yang lebih maksimal.
Apalagi kondisi saat ini, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di Tamangapa, Kecamatan Manggala sudah sangat kritis. Tidak cukup banyak ruang yang tersisa untuk menampung sampah warga Makassar.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin mengatakan, salah satu langkah yang telah dilakukan untuk memaksimalkan area pembuangan sampah dengan melakukan proses capping atau penutupan air lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), serta antisipasi potensi mikroplastik.
“Langkah ini diambil karena Makassar belum memiliki solusi pengolahan sampah antara sebelum sampai ke TPA,” ungkap lelaki yang akrab disapa Appi.
Orang nomor satu Makassar itu memperingatkan, jika tidak ada penanganan serius, persoalan sampah akan menjadi masalah besar dalam dua tahun ke depan.
Oleh karena itu, Pemkot mendorong sistem pengolahan sampah terintegrasi, di mana sampah dipilah dan diproses terlebih dahulu sebelum residunya dibuang ke TPA.
Untuk jangka panjang, Pemkot Makassar sementara mempersiapkan pengelolaan sampah melalui program waste to energy (WtE) melalui Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang masuk Program Strategis Nasional (PSN) di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun yang menjadi persoalan saat ini, lanjut Appi, kepemimpinan telah berganti. PSEL di era Jokowi berada dibawah naungan Kementerian Maritim dan Investasi (Marvest).
“Nah, di era saat ini, kementerian Marvest kan sudah tidak ada. Karena itu, untuk melanjutkan PSEL, kita harus berkonsultasi dulu dengan pemerintah pusat. Kita butuh kejelasan,” kata politisi Golkar itu.
Lebih lanjut, Appi menyampaikan, pengelolaan sampah sebaiknya tidak lagi dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah, melainkan melibatkan pihak ketiga dengan tanggung jawab yang jelas, serta berdasarkan rekomendasi.
Ia juga menekankan pentingnya pemberian insentif dalam proses pengolahan sampah, terutama seiring dengan rencana masuknya pengelolaan sampah ke dalam proyek energi terbarukan bersama program Waste to Energy (WtE).
“Insyaallah, kalau ini berhasil, tidak lebih dari tahun 2028 kita bisa hidup berdampingan secara baik dengan sampah,” ungkapnya optimis.
Saat ini, volume sampah di Makassar mencapai 1.300 ton lebih per hari. Sementara kapasitas TPA diproyeksikan hanya mampu bertahan selama 1–2 tahun jika tidak ada intervensi strategis. (rhm)