MAKASSAR,BKM–PERKEMBANGAN teknologi informasi telah membuka peluang bagi kaum milenial untuk mendapatkan cuan. Salah satunya dilakukan oleh Muh Rusdi Rahman dan Fitriani yang tergabung dalam Folder Karya (Folka). Mereka tak hanya bisa memperoleh uang, tapi juga mengedukasi sesamanya milenial untuk melakukan hal serupa.
RUSDI merupakan founder Folka, sementara Fitri menjadi salah satu penggagasnya. Keduanya hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Keduanya sama-sama menempuh perkuliahan S1 di STMIK Dipanegara, Makassar. Rusdi fokus ke multimedia dan sekarang lanjut magister di Universitas AMIKOK Yogyakarta dengan mengambil kosentrasi Bisnis Intelegent. Sementara Fitri, S1 konsentrasi jaringan. Kemudian lanjut S2 dan kini tahap akhir di Teknik Elektro jurusan informatika.
”Saya orang yang punya minat dengan karya animasi, atau semua yang berbau multimedia. Sudah beberapa kali mengerjakan project yang berkaitan dengan animasi,” terang Rusdi.
Ia memulai karir di bidang multimedia tahun 2016 dengan bekerja di instansi. Setelah itu berhenti untuk kemudian berkarya sendiri. Selanjutnya mengembangkan minat dan bakatnya melalui project sembari menjalin kerja sama dengan perusahan tertentu di bidang animasi. Dari situ kemudian ia mengajak rekannya Fitri untuk bergabung dan membentuk komunitas Folka.
”Awalnya, Folka ini sebuah komunitas. Tujuannya untuk membagikan pengetahuan tentang animasi ke teman-teman yang minat dengan multimedia,” ungkap Fitri.
Cewek berhijab ini menuturkan, berangkat dari Rusdi yang membuat animasi lalu mengunggahnya di media sosial, ada yang tertarik untuk bekerja sama. Tawaran itu pun diambil dan jadilah sebuah project.
”Sejak saat itu kita berpikir, sayang kalau bergerak di situ-situ saja. Bagaimana kalau dikembangkan bukan hanya project dengan mengambil sisi edukasinya. Ilmunya Rusdi kita bagikan dan bisa diakses dengan mudah lewat Folder Karya,” kata Fitri.
Akhirnya, di tahun 2020 muncullah inisiatif membuka kelas workshop. Sejak 2021 hingga sekarang sudah empat kali pelaksanaannya. Para peserta yang jumlahnya hampir 100-an orang lebih lalu diajak bergabung ke dalam komunitas Folka.
Para peserta workshop tersebut tidak dilepas begitu saja. Melalui kelas binaan yang dibuka oleh Folka, mereka intens mengikuti pembelajaran sceara daring. Ada pula yang biasa datang langsung ke basecamp.
Karena sudah diajarkan tentang animasi, Rusdi biasanya mengajak mereka yang memang punya potensi untuk join mengerjakan sebuah project. Rusdi mengaku sudah bisa memilah dan memilih anggota komunitasnya. Dari sebuah projectlah mereka akhirnya mendapatkan fee.
Diakui Rusdi, dunia multimedia itu luas. Karena itu dirinya mampu bertahan menggelutinya. Sebab, lewat desain animasi yang dihasilkannya ia mampu mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya.
”Sejak 2014 saya sudah mulai membuat desain. Waktu itu desain vector namanya. Dari situ tertarik untuk mengembangkan diri. Alhamdulillah, bisa bekerja sama dengan beberapa perusahan lewat animasi sehingga bisa mencukupi kebutuhan sendiri,” terangnya.
Sebenarnya, Rusdi punya cita-cita yang tidak kesampaian, yaitu menjadi seorang arsitek. Ia bahkan pernah ditolak ketika mengajukan lamaran pekerjaan untuk posisi desain interior. Alasannya, karena basicnya bukan lulusan arsitek. Akhirnya, dia memilih jalur lain dengan menjadi seorang animator.
Salah satu desain karya yang telah dihasilkannya adalah Benteng Rotterdam Makassar. Animasi obyek wisata yang cukup dikenal ini pernah masuk finalis produk metaverse dan dikembangkan dalam bentuk VR (Virtual Reality). Juara satu Animasi AMICTA AMIKOM Makasar juga telah diraihnya. Termasuk juara dua tingkat nasional yang tuan rumahnya AMIKOM Purwokerto.
Ketika hadir di studio BKM, Rusdi membawa serta alatnya berupa kacamata Oculyus Quest 2. Dengan alat itu, ia memperlihatkan hasil desainnya dalam bentuk VR. Rusdi telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Tamalate untuk mendesain salah satu lorong wisatanya ke dalam bentuk VR dan bisa disaksikan dengan menggunakan kacamata Oculus Quest 2.
”Kerja sama ini bertujuan untuk bagaimana bisa mengakses lorong wisata secara daring dan memudahkan untuk berinteraksi. Seperti yang dilakukan di luar negeri, komunikasi jarak jarak jauh sudah bisa dilakukan secara virtual menggunakan alat Oculus Quest seperti ini. Jadi, tidak hanya digunakan main game. Tapi bisa juga untuk hal-hal yang lebih produktif,” kata Rusdi, yang diiyakan Fitri. (*/rus)