MAKASSAR, BKM — Warga Makassar diminta untuk senantiasa waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan dalam mengantisipasi potensi terjadinya kebakaran. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Hasanuddin menyebut, selama kemarau yang cukup ekstrem ini, peristiwa kebakaran mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Dalam sehari, pihaknya harus menangani beberapa kasus kebakaran. Bahkan pada Senin (7/8), dalam sehari terjadi tiga kebakaran lahan.
Dia menguraikan, Senin pukul 14.23 Wita terjadi kebakaran lahan seluas 4×10 meter di Jalan Laikang Patongtongan, Kompleks Graha Ria Asri, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya. Kemudian, kebakaran lahan kembali terjadi pada pukul 16.15 Wita di Jalan Tamalanrea Utara 4, Perumahan Graha 3 Putra.
Obyek yang terbakar adalah lahan yang ditumbuhi alang-alang seluas 1.000 meter persegi. Damkar menerjunkan delapan petugas dan dua unit armada untuk memadamkan api di lokasi kebakaran.
Selanjutnya, kebakaran lahan terjadi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 8, Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, sekitar pukul 21.12 Wita. Lahan dipenuhi alang-alang yang terbakar seluas 20×34 meter. Untuk memadamkan api di lokasi tersebut, Dinas Pemadam Kebakaran menurunkan 19 personel dari dua unit pos, yakni pos Pengayoman dan BTP.
“Pada Senin 7 Agustus 2023 kemarin, dalam sehari, ada tiga kebakaran lahan yang terjadi. Lahan tersebut ditumbuhi alang-alang yang memang sangat mudah terbakar,” ungkap Hasanuddin.
Diapun meminta warga untuk waspada dan berhati-hati saat membakar sampah, khususnya rumput atau alang-alang di situasi seperti saat ini. Karena dikhawatirkan pembakaran sampah tidak bisa dikendalikan.
Lebih jauh dikemukakan, cuaca panas yang terjadi merupakan dampak dari El Nino. “Akibat suhu panas hingga 37 derajat Celcius dan kelembaban meningkat hingga 15 persen, bahkan hingga 13 persen akhir-akhir ini. Begini situasinya kalau kelembaban meningkat. Biar ilalang hijau dilalapji juga. Apalagi ilalang kering,” kata Hasanuddin.
Sementara kemarin, Selasa (8/8), peristiwa kebakaran terjadi di Jalan Pemandian Alam Pattukangan, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate. Sebuah rumah tak berpenghuni terbakar akibat arus pendek.
Hasanuddin mengatakan, data kebakaran yang terjadi sejak Juli hingga Agustus sebanyak 43 kasus. Sejauh ini, peristiwa kebakaran terbanyak terjadi di bulan Juli yakni 34 kasus. Sementara dari tanggal 1 hingga 8 Agustus ada sembilan kasus.
Bulan Januari 13 kejadian, Februari delapan, Maret 14, April 16, Mei 15, dan Juni 19 kasus. Total kejadian kebakaran selama Januari hingga Agustus sebanyak 128 kasus.
“Sebanyak 34 kejadian kebakaran terjadi di bulan Juli,. Sementara di Agustus dari tanggal 1 hingga 8, sembilan peristiwa kebakaran terjadi,” ungkapnya.
Menurut Hasanuddin, penyebab kebakaran terbanyak disebabkan oleh persoalan listrik arus pendek. Karena kompor meledak tiga kasus, tabung gas meledak 16 kasus, bakar sampah/alang-alang 10 kasus, dan penyebab yang tidak diketahui 28 kasus.
Akibat kebakaran yang terjadi dalam rentang waktu Januari hingga Agustus, tercatat total kerugian yang terjadi diperkirakan sebesar Rp11,798 miliar.
Terpisah, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Makassar Hanafi Hamzah meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran selama kemarau ini. “Tahun 2023 ini kemarau lebih ekstrem. Kekeringan yang terjadi juga lebih ekstrem sehingga harus diwaspadai,” kata Hanafi.
Bahkan dia memperkirakan selama tiga bulan, sejak Juli hingga September mendatang, tidak akan turun hujan hampir di seluruh wilayah Sulsel.
Dijelaskannya bahwa kekeringan ini terjadi karena adanya fenomena El Nino, yaitu suatu fenomena di mana suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah dan mengurangi jumlah curah hujan di Indonesia.
Karena itu, lanjut Hanafi, prakiraan bencana kekeringan di 2023 serta beberapa dampaknya perlu diwaspadai. Termasuk potensi terjadinya kekurangan air yang dipastikan akan sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan berdampak pada ketahanan pangan Sulsel. (rhm)