pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

ASS: Wisuda TK-SMA tak Wajib, tidak Boleh Ada PR

MAKASSAR, BKM — Gubernur Andi Sudirman Sulaiman menegaskan, wisuda untuk tamatan Taman Kanak-Kanak (TK) tak wajib digelar. Untuk itu ia mengimbau agar sekolah tak memaksa wisuda bagi anak didiknya. Hal itu merespons adanya dua anak TK dikeluarkan usai orangtuanya protes biaya penamatan alias wisuda di Makassar.

“Terkait larangan wisuda untuk TK, sebenarnya itu tidak wajib. Kalau ada yang ingin secara sukarela, ya silakan. Tapi kalau orang tua tidak mau, tidak usah dipaksakan,” ungkap Andi Sudirman usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di Rujab Gubernur Sulsel, Jumat (2/5).

Andi Sudirman Sulaiman kemudian mengingatkan para kepala sekolah dan guru dari PAUD hingga SMA/SMK untuk tidak menjadikan acara wisuda sebagai beban tambahan bagi orang tua siswa.

“Saya pada prinsipnya, tolong jangan bebani orang tua siswa,” tegas Andi Sudirman.

Menurutnya, tradisi wisuda yang selama ini dilakukan oleh sekolah dari jenjang TK hingga SMA bukanlah suatu keharusan.

Diketahui, sejumlah orang tua mengeluhkan terkait pungutan biaya wisuda/perpisahan yang kerap dianggap memberatkan.

Bahkan di beberapa sekolah mewajibkan siswanya membayar hingga Rp1 juta untuk mengikuti acara tersebut.

Sudirman menegaskan, wisuda secara formal hanya diwajibkan bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

Meski begitu, ia tetap mempersilakan jika sekolah ingin menggelar tradisi seperti itu, tapi secara sukarela. Ia meminta agar tidak dijadikan kewajiban.

“Kalau ada sukarelawan, ya tergantung orang tuanya dan sekolah. Tapi jangan sampai jadi kewajiban. Tidak ada di aturan yang mewajibkan acara-acara seperti itu. Sarjana memang harus, tapi di sekolah tidak ada (aturan) begitu,” ujarnya.

Selain menyoroti wisuda, Sudirman juga menyinggung soal kebiasaan guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa.

Kata dia, praktik pemberian PR justru membebani siswa maupun orang tua.

“(Selama) saya Gubernur, tidak boleh ada PR. Yang susah itu orang tuanya, karena anaknya sudah capek. Dari jam 8 sampai jam 4 sore di sekolah. Tugas tidak selesai-selesai,” sebutnya.

Ia menambahkan, sistem full day school sudah menyita sebagian besar waktu siswa. Karena itu, ia menekankan pentingnya memberi ruang istirahat dan waktu bermain bagi anak-anak.

Sudirman menyebut, kegiatan belajar seharusnya cukup dilakukan di sekolah saja.
“Tolong kalau bisa, habis salat Isya mereka tidur. Besoknya sekolah lagi. Jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil dan waktu istirahat mereka,” ucapnya. (jun)




×


ASS: Wisuda TK-SMA tak Wajib, tidak Boleh Ada PR

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link