MAKASSAR, BKM — Pencetus program pendidikan gratis itu telah tiada. Derai air mata dan isak tangis mengiringi pemakamannya. Mulai dari keluarga, handai taulan, kerabat, sahabat, hingga masyarakat biasa
Sejak jenazah Ichsan Yasin Limpo tiba di Makassar, Rabu malam (31/7), rumah duka di Jalan Haji Bau yang merupakan kediaman orang tua almarhum, tamu yang datang melayat tiada henti berdatangan.
Puncaknya, Kamis (1/8) dalam prosesi jelang penguburan almarhum. Ribuan orang dari berbagai latar belakang berbeda datang untuk memberi penghormatan terakhir. Hampir semua tokoh Sulsel maupun pejabat yang bertugas di daerah ini berkumpul untuk melepas kepergian almarhum.
Sebelum dimakamkan, dilakukan upacara persemayaman dan pelepasan jenazah. Wakil Bupati Gowa, Abd Rauf Mallagani bertindak sebagai inspektur upacara. Prosesi ini untuk menyerahkan jenazah dari keluarga ke Pemerintah Kabupaten Gowa. Keluarga diwakili mantan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menyerahkan jenazah ke Pemkab Gowa.
Dengan berlinang air mata, Syahrul memberikan sambutan.
“Atas lama keluarga besar Ichsan YL dan HM Yasin Limpo, melepas dengan segala ketulusan dan keikhlasan, adik kami tercinta,” kata SYL tersendat-sendat.
Kepada seluruh yang hadir, SYL mengungkapkan jika Ichsan merupakan sosok politisi Bugis-Makassar yang berkarakter, dengan idealisme yang kuat, dan tegas.
Diapun menuturkan, saat tengah kritis di Singapura, Ichsan mengatakan, simpan air mata dan kesedihanmu dalam hati.
“Dia bilang, saya butuh energi dan semangat. Saya tidak akan kalah dengan kanker. Yang akan kalahkan saya hanya ajal,” kenang Syahrul sambil tersedu.
Dilanjutkannya,” Hari ini kami harus menangis. Kau orang baik. Kau cerminan kebesaran keluarga orang Bugis-Makassar. Perkataan dan perbuatanmu sejalan. Kami cinta padamu Ichsan. Izinkan aku teteskan air mata untukmu Emba,” kata mantan gubernur Sulsel itu terisak.
Dia mengaku bangga dengan istri dan anak Ichsan yang dengan tabah berada disamping almarhum hingga ajal menjemput.
Saat prosesi penyerahan jenazah, Wabup Gowa Abd Rauf pun tak sanggup menyimpan kesedihannya. Dengan terbata-bata dan isak tangis tertahan, dia atas nama Pemkab Gowa menerima jenazah almarhum.
“Kita bangga atas sosok almarhum. Ketegasan, keberanian, kecerdasan, semua jadi cerminan. Semua hidupnya didedikasikan di berbagai medan. Terukir dengan tinta emas,” ujarnya.
Jenazah Ichsan dilepas keluarga sekitar pukul 11.00 Wita untuk kemudian dibawa ke Masjdi Agung Syekh Yusuf di Sungguminasa.
Seluruh keluarga besar Yasin Limpo yang mengenakan busana putih-putih ikut mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panaikang, Makassar.
Iring-iringan kendaran sepanjang ratusan meter mengantar ambulans milik Pemkab Gowa menuju tempatnya mengabdi sebagai bupati dua periode.
Gubernur HM Nurdin Abdullah dan istri berangkat dari rumah jabatan sekitar pukul 09.45 Wita, menuju Jalan Haji Bau. Nampak hadir sejumlah bupati, seperti Suardi Saleh dan Iksan Iskandar, serta ketua partai politik.
Menurut Nurdin Abdullah, keluarga besar sudah sangat kuat menghadapi ujian atas penyakit yang diderita Ichsan Yasin Limpo beberapa bulan terakhir. Begitupun dengan almarhum, yang semasa hidup berjuang untuk sembuh.
“Seluruh keluarga besar, termasuk almarhum begitu kuat mau sembuh. Semua upaya telah dilakukan. Termasuk beliau dalam kondisi lemah masih bisa terbang ke Jepang,” tuturnya.
Duka mendalam atas meninggalnya Ichsan Yasin Limpo tidak hanya dirasakan oleh pihak keluarga dan masyarakat. Tapi juga oleh Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. Ia tiba di rumah duka pukul 09.30 Wita. Wagub mengenakan pakaian putih dan langsung menghampiri Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo dan Syahrul Yasin Limpo.
Raut duka nampak dari wajah Andi Sudirman. Ia menyampaikan ucapan belasungkawa saat bertemu keluarga Ichsan Yasin Limpo.
“Innalillahi wainnailaihi rojiun. Semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” kata Andi Sudirman di hadapan keluarga almarhum.
Wagub mengaku, sejak mantan bupati Gowa dua periode tersebut dirawat di rumah sakit di Singapura, ia ikut memantau perkembangannya melalui media. Selain itu, ia juga sering dikabari para koleganya yang telah membesuk untuk memberitahukan kondisi terakhir Ichsan Yasin Limpo.
“Semoga Allah Swt menerima semua amal ibadahnya, serta ditempatkan di surga Allah Swt azza wa jalla. Dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran,” ucapnya.
“Sebagai senior, beliau sangat baik kepada juniornya. Tampilan (kedekatan) Pak Ichsan dan keluarga, sebagai keluarga yang hangat,” ujar Andi Sudirman.
Wagub ikut melakukan salat jenazah di Masjid Agung Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, serta mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Gubernur HM Nurdin Abdullah bertindak sebagai inspektur upacara pada prosesi pemakaman. Ia menegaskan bahwa Sulsel kehilangan salah satu putra terbaiknya.
Kenangan Adnan
Tiba lebih awal di Masjid Agung Syekh Yusuf, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan sempat mengungkapkan kenangan terakhirnya dengan sang ayahandanya. Ia menuturkan, sebelum berangkat bersama ayahnya ke Jepang untuk menjalani pengobatan lanjutan pascadirawat di Singapura, Ichsan sempat melaksanakan salat tahajud untuk meminta petunjuk Allah Swt.
“Iya, ayahanda melakukan salat tahajud untuk meminta petunjuk apakah keputusan berobat ke Jepang adalah yang terbaik. Beliau salat. Usai salat, terus saya tanyami bagaimana pak kita rasa, sudah siap ke Jepang? Ayah pun mengatakan siap dengan suara pelan,” kenang Adnan.
Karena kesiapan itulah, keluarga pun sepakat membawa mantan bupati Gowa dua periode ini ke Jepang menjalani pengobatan. Ia didampingi istri, empat anak, dan dua orang cucunya.
Jenazah Diusung 18 Camat
Di Masjid Agung Syekh Yusuf Sungguminasa, ribuan masyarakat Gowa yang datang dari berbagai penjuru pada 18 kecamatan. Mereka sudah berdatangan sejak pagi hari hingga jenazah dan rombongan pengantar tiba di halaman masjid.
Tak terkecuali pelajar, mulai dari anak TK, murid SD hingga siswa SMP membaur menunggu. Mereka juga berjejer di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan.
Jenazah tiba pukul 11.54 Wita di Masjid Agung Syekh Yusuf. Peti diusung 18 camat secara bergantian. Mulai dari rumah duka di Jalan Haji Bau menuju mobil jenazah. Hingga memasuki halaman Masjid Agung, juga diusung para camat berpakaian putih-putih.
Ratih Rauf, putri Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Mallagani yang juga adalah seorang purna praja, membawa foto IYL dan berjalan di depan pembawa peti jenazah.
Tangis dan air mata menyertai peti jenazah IYL dibawa masuk ke dalam masjid. Allahu akbar dan lailahaillalla mengiringi setiap langkah pengusung peti jenazah yang ditutup bendera merah putih dan untaian bunga melati.
Pada prosesi pelepasan jenazah di rumah duka, 18 camat terbagi. Tim 1 meliputi camat Pattallasang, Manuju, Bontomarannu, Bontononpo Selatan, Bajeng Barat, Barombong, Tinggimoncong, Somba Opu, dan Camat Pallangga. Tim ini bertugas mengusung peti jenazah keluar rumah duka menuju ambulance. Lalu langsung bertugas di lokasi pemakaman.
Sedang tim 2 meliputi camat Tompobulu, Bontolempangan, Bajeng, Tombolopao, Bontonompo, Parigi, Parangloe, Bungaya dan camat Biringbulu. Mereka usai menurunkan peti jenazah dan membawa masuk ke masjid, kemudian bertugas mendampingi jenazah menuju TPU Panaikang.
Ribuan warga Gowa ikut menyalatkan jenazah. Salat jenazah diimami Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gowa Abu Bakar Paka.
Kehadiran masyarakat ini tidak lain untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orangtua dan tokoh yang telah berjasa membangun daerah berjuluk Butta Bersejarah hingga seperti sekarang.
Salah satunya Hariani, warga Kelurahan Pandang-Pandang, Kecamatan Somba Opu. Dirinya mengaku, sangat merasakan kebijakan yang diberlakukan IYL selama menjabat sebagai bupati Gowa. Khususnya di sektor pendidikan.
“Sayami ini paling rasa pendidikan gratisnya Bapak Punggawa. Almarhum ini orang yang sangat baik dan murah senyum. Dulu waktu jadi bupati, setiap hari Jumat mengunjungi daerah kami untuk menanyakan langsung apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakat,” kenangnya di Masjid Agung Syekh Yusuf, kemarin.
Dengan kebijakan IYL, dirinya telah berhasil menyekolahkan dua anaknya dan empat ponakannya dari TK hingga SMP secara gratis.
“Tidak ada biaya saya keluarkan untuk anakku sekolah. Sifat almarhum ini juga sama sekali dengan anaknya yang saat ini jadi bupati Gowa. Sama-sama perhatian dengan masyarakat kecil,” kata Hariani.
Sementara Nurliah Ruma mengatakan, dirinya telah mengenal sosok IYL sejak lama. Mulai sejak dia masih aktif di LSM hingga saat ini kini. Menjadi pekerja sosial dan menjadi penggerak Kotaku di Gowa.
“Pertama kali saya akrab ketika beliau menyetujui dana cosharing antara Pemkab Gowa dengan Kotaku untuk penataan kawasan kumuh. Saya sangat kehilangan bapak IYL yang selalu akrab saya panggil Punggawa. Kepergiannya seperti membawa luka yang sangat dalam,” kata Nurliah Ruma terisak.
Ia mengungkapkan, satu pesan almarhum IYL yang selalu dikenang hingga saat ini, yaitu dirinya selalu mengajarkan agar dalam hidup jangan pernah berhenti berjuang. Juga jangan pernah memakan makanan yang tidak halal.
“Ini petuah yang selalu saya ingat dan implementasikan dalam bekerja. Almarhum selalu ajar saya untuk hidup dengan jujur,” tambah Korkot Kotaku Wilayah 4 ini. (rhm-sar/rus)