Jago lukis, nyanyi, teater, menari, baca puisi, hingga pantomim. Kelebihan itu secara paripurna dimiliki Andi Baetal Mukaddas. Lelaki kelahiran Bone, 19 Mei 1970 yang saat ini menjabat Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar boleh dibilang sosok langka.
Laporan: Rahma Amri
Dengan keahlian yang dimiliki, lelaki familiar ini mampu menorehkan banyak warna bagi perkembangan seni di Sulawesi Selatan. Bakat seni Baetal mulai terlihat sejak lelaki itu duduk di bangku SD. Dia sudah terbiasa menggambar dengan mencoret-coret dinding. Jika disuruh belajar, dia lebih memilih untuk menggambar. Usia lima tahun, lelaki yang juga mengajar seni di SMPN 2 Makassar itu sudah masuk SD. Dia lahir dan besar di lingkungan keluarga berlatar belakang seni. Ayahnya seorang perupa, perajin emas dan perak. Dua saudaranya qari/qariah.
Masa kecilnya dilalui dengan mengeksplore bakat seni yang dimiliki. Dia memang suka menjadi pusat perhatian.
Di usia SD, Baetal sudah bermain teater dan membentuk komunitas seni di Kabupaten Bone.
Andi Baetal menghabiskan masa kecilnya di rumah tetangga hingga tidur dan makan sekalipun. Dia baru akan pulang ke rumah jika ingin ganti baju. Kebiasaan itu dilakoninya hingga tamat SD. Andi Baetal memang suka beradaptasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Ketika duduk di bangku SMPN 3 Bone, Andi Baetal mulai berani unjuk gigi di depan orang banyak menampilkan keahliannya, baik itu menyanyi, baca puisi, teater dan lainnya.
Saat duduk di bangku kelas 2 SMP, lelaki berambut sedikit gondrong itu menyabet juara 1 untuk delapan jenis lomba di sekolahnya. Mulai dari nyanyi solo, kaligrafi, baca puisi, melawak, puitisasi Alquran dan sejumlah bidang seni lainnya.
Eksistensi dan kemahirannya di dunia seni semakin terasah. Dia kerap dipercaya mewakili sekolah di berbagai kontes dan pameran seni. Dan hasilnya selalu membanggakan. Dan itu berlanjut terus hingga dia menamatkan sekolah lanjutan atas di MAN 1 Bone. Setelah lulus, Andi Baetal awalnya ingin melanjutkan kuliah ke sekolah teater namun tidak kesampaian. Tahun 1988, dia kemudian diterima di Jurusan Seni Lukis UNM yang pada waktu itu bernama IKIP Ujung Pandang. Di sana, dia juga mulai menggeluti dunia pantomim yang masih sangat jarang orang kuasai di daerah ini.
Baru saja menjadi mahasiswa baru (maba) di kampus tempatnya menuntut ilmu, Andi Baetal dipercaya mewakili kampus pada lomba pantomim tingkat perguruan tinggi se Sulsel. Dia langsung menyabet juara 1. Masih di tahun yang sama, Baetal juga ikut lomba lawak di Kampus Unhas.
“Alhamdulillah saya juga berhasil menjadi juara 1,” kata Andi Baetal dalam bincang-bincang santai dengan BKM di koridor Jurusan Seni Rupa FKIP Unismuh, Kamis (23/7). Prestasi demi prestasi terus disabe kendati masih terbilang anak baru di kampusnya. (b)