SOPPENG, BKM — Kemarau yang tengah melanda Kabupaten Soppeng saat ini telah membuat ribuan hektare sawah mengalami kekeringan. Selain itu, kekeringan juga memicu terjadinya lonjakan harga elpiji.
Ternyata, petani di Soppeng memanfaatkan gas elpiji untuk menghidupkan mesin pompa air guna mengairi sawahnya. Mesin air tersebut dilengkapi dengan alat khusus agar bisa menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar.
Akibatnya, harga elpiji melejit. Untuk ukuran 3 kg, harganya bisa mencapai Rp75 ribu. Padahal normalnya hanya Rp15 ribu. Harga tersebut biasanya berlaku jika stok elpiji menipis. Sementara tabung isi 12 kg, harganya tembus Rp175 ribu dari harga normal Rp90 ribu.
Alam Abra, warga Kecamatan Donri-donri mengeluhkan semakin tingginya harga elpiji saat ini. Namun dia tidak bisa berbuat banyak, karena gas elpiji juga sudah dipakai untuk kebutuhan selain memasak, yakni mengoperasikan mesin pompa air.
La Hadi, warga Kecamatan Liliriaja mengungkap, saat ini sejumlah petani memborong gas dalam jumlah banyak untuk dipakai sebagai bahan bakar menghidupkan pompa air. Hal itu dilakukan karena menggunakan gas elpiji lebih hemat jika dibandingkan dengan premium ataupun solar.
”Kalau pakai gas 3 kg bisa sampai 12 jam. Sementara satu liter BBM jenis premium atau solar maksimal hanya 3 jam. Karena itu, petani lebih cenderung menggunakan gas elpiji,” ungkap La Hadi.
Menyikapi kondisi ini, aktifis LSM Buhari mengatakan hal tersebut tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Karena beban rakyat, khususnya petani semakin berat.
”Instansi terkait harus segera turun tangan menangani hal ini, supaya tidak berlarut-larut yang akhirnya masyarakat semakin sulit,” tandasnya. (fir/rus/b)
Kemarau, Harga Elpiji 3 Kg Capai Rp75 Ribu
×





