Kepedihan demi kepedihan terus dirasakan Inna akibat perlakuan Tuti, sang ibu tiri. Dirinya tak bisa berbuat banyak, palagi memberontak karena ulah Tuti. Sejak kecil dia diajar untuk selalu menghormati orang yang lebih tua. Nilai-nilai itu terpatri dan tertanam dalam sanubarinya.
Laporan: Rahma Amri
Masa remajanya direnggut oleh dominasi sang ibu tiri. Dia tidak bisa kemana-mana. Pulang sekolah, harus langsung pulang. Terlambat sedikit saja, dia tidak akan diberi jatah makan. Hingga pada suatu ketika, petaka besar datang menghampirinya.
Sang ibu tiri selingkuh dengan seorang pemuda tanggung, Aco, yang berusia sekitar 25 tahun. Secara terang-terangan dan berani, Tuti membawa pacarnya ke rumah. Itu dilakukan ayahnya tidak berada di rumah.
Yah, karena kesibukan dan kerap ke luar daerah, ayahnya jarang berada di rumah. Kesempatan itu digunakan orang tuanya berasyik masyuk dengan pacarnya. Kendati hati kecil Tuti memberontak dan tidak terima dengan apa yang dilakukan sang ibu tiri, namun dia merasa tidak berdaya. Tiga adik tirinya yang juga mulai beranjak remaja juga nyaris cuek alias tidak mau tahu dengan apa yang dilakukan ibunya. Bagi ketika adiknya, sepanjang mereka selalu diberi uang jajan berlebih dan semua keinginannya dipenuhi, tidak ada persoalan.
Suatu malam, ketika ibu dan ketiga adiknya sedang berada di luar rumah, tepatnya ke mal untuk berbelanja, Aco datang ke rumahnya. Begitu tahu rumah sedang sepi, hanya Inna seorang, Aco melancarkan jurus dan serangannya merayu Inna. Apapun yang dilakukan terhadapnya, tidak akan diketahui orang, termasuk tiga orang pembantunya yang kamarnya berada di paling belakang.
Karena Inna tidak meladeni, Aco melancarkan aksinya dengan kekerasan dan memaksa. Inna diserang dan diancam akan dibunuh jika tidak melayani nafsu binatang Aco. Karena merasa terdesak, Inna berusaha menyelamatkan diri. Sambil berlari, dia menggapai apa saja yang bisa diraih dan dilemparkan ke arah Aco. Hingga matanya tertuju pada gunting yang berada di pojok ruangan. Gunting itu kemudian diarahkan ke wajah Aco dan mengenai pelipisnya.
Aco menjerit kesakitan. Momen itu digunakan Inna untuk melarikan diri.
Dia tak tahu mau kemana. Dengan modal baju di badan, Inna terus berjalan di gelap malam hingga dia bertemu dengan ibu paruh baya yang baru saja pulang berjualan. Inna pun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Sang ibu yang bernama Haniah itu merasa trenyuh dan mengajak Inna tinggal bersamanya hingga saat ini. Tak ada niat untuk kembali ke rumahnya. Aktifitasnya dihabiskan membantu sang ibu baik hati berjualan di salah satu sudut terminal. (b)