×
Connect with us

Headline

Saat Kecil Impikan jadi Pencipta Robot

-

Cita-cita dan impian masa kecil Dr dr Muhammad Sakti SpOT (K) bukan menjadi dokter. Dia lebih tertarik untuk menjadi seorang ahli teknologi atau ilmuan yang mampu menciptakan robot-robot canggih yang bisa membantu kehidupan manusia. Tapi, kenapa ia malam memilih menjadi dokter?

Laporan: Rahma Amri

Cita-cita masa kecil dr Sakti diilhami dari seringnya lelaki ini nonton film robot, baik yang berbentuk animasi maupun kartun. Namun impiannya untuk menjadi ahli tekonologi tidak pernah terwujud.
Ketika duduk di bangku SMA, dari hasil sharing, cari informasi di internet, dan tukar pikiran, untuk menentukan kemana setelah SMA, ternyata ia memutuskan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran.
Akhirnya diapun memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke kedokteran.
Dengan tipikal orang yang suka tantangan dan selalu ingin melakukan yang terbaik, diapun bersungguh-sungguh mempersiapkan diri masuk ke dunia kedokteran, dan ternyata lulus.
“Ternyata dunia kedokteran itu sangat menarik. Banyak yang bisa dipelajari,” kata dr Sakti ketika ditemui di ruang praktiknya di Rumah Sakit Awal Bros Makassar, Kamis (30/7).
Sebagai mahasiswa kedokteran, dia dituntut untuk tekun, fokus dan serius belajar karena apa yang dipelajari berkaitan dengan ilmu yang berhubungan dengan penyakit serta penyembuhan.
Dokter Sakti berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya dengan sangat mulus dan tepat waktu, yakni tiga tahun. Kemudian dilanjutkan dengan co ass selama tiga tahun. Ada yang menarik ketika lelaki kelahiran Parepare 1 Oktober 1977 itu menyelesaikan studi sebagai mahasiswa resident. Mereka dituntut untuk menguasai semua ilmu dasar kedokteran dan menguasai pengobatan semua jenis penyakit. Dia diwajibkan berkeliling dari satu bagian ke bagian lain. Hingga ketika ditugaskan di bagian bedah, lelaki yang sudah dikaruniai tiga anak itu sangat tertarik dengan tindakan bedah yang dilakukan terhadap pasien, khususnya yang mengalami persoalan yang berhubungan dengan ortopedi.
“Tindakan operasi yang diberikan ke pasien sangat efektif, hasilnya bisa langsung kelihatan. Dari situlah saya tertarik melanjutkan spesialisasi ke ortopedi,” ungkapnya.
Selain itu, kata suami
dr Idrianty Idrus SpKK, Mkes merasa tertantang, karena di bagian Ortopedi, banyak kasus emergency yang butuh penanganan cepat serta akurat. Alasan lain karena waktu itu, dokter ahli ortopedi di Makassar masih sangat terbatas.
“Waktu itu dokter ortopedi di Makassar baru empat orang,” kisahnya. Karena berbagai alasan itulah, dia mendalami bidang ortopedi.
Sebagai dokter, dia terus dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan penguasaannya di bidang kedokteran. Karena itu, dia terus belajar. Bukan itu saja, karena dr Sakti juga dipercaya sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Unhas, up grade ilmu wajib dilakukan. Di tengah kesibukan yang bejibun dia berhasil menyelesaikan dokter spesialis orthopedi, kemudian melanjutkan pendidikan S2. Dan yang paling anyar, dr Sakti mampu menyelesaikan S3 dan meraih gelar doktor di usia yang terbilang masih sangat muda. Malah, dia tercatat sebagai doktor spesialis Ortopedi termuda di Makassar. (rhm/maf/b)

Share

Komentar Anda

Populer Minggu ini