×
Connect with us

Headline

Kenalan Lewat Ponsel, Aku Langsung Dinikahi

-

Aku harus menjalani takdir ini. Tapi, aku juga tidak mau terus terpuruk dengan kondisiku saat ini. Sebagai wanita aku juga ingin hidup bahagia.

Sebut saja namaku Bunga (samaran). Usiaku 24 tahun. Aku lahir dari keluarga sederhana. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Sejak kecil aku menghabiskan masa kecilku di salah satu kabupaten di bagian selatan Sulsel.
Banyak orang bilang wajahku lumayan cantik. Bahkan, ada yang bilang mirip salah seorang artis ibukota. Sayangnya, pendidikanku hanya sampai SMP. Lantaran orang tuaku tidak mampu, aku tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA.
Untuk mengisi waktuku, aku bekerja serabutan. Kadang membantu orang tuaku berjualan keliling dan kadang juga menjadi pembantu rumah tangga.
Namun, saat usiaku sudah menginjak 20 tahun, sebagai wanita normal, aku juga ingin menikah.
Aku sama sekali belum pernah pacaran. Makanya ketika seorang lelaki saat menghubungiku lewat ponsel, aku cukup bahagia. Padahal, lelaki itu salah sambung. Ia tidak bermaksud meneleponku. Ia hendak menelepon keluarganya. Tapi, tidak disangka, ia enak diajak ngobrol lewat ponsel. Kami pun terlibat pembicaraan yang cukup panjang.
Beberapa hari kemudian, lelaki itu kembali menghubungiku lewat telepon. Ia pun menuturkan keinginannya untuk bertamu ke rumahku. Akupun langsung menyambutnya.
Ternyata Idham (samaran) membuktikan perkataannya datang bertamu di rumah. Saat pertama kali bertemu, Idham aku lihat termasuk lelaki bertanggung jawab. Makanya, aku sama sekali tidak berpikir macam-macam. Apalagi ia mengaku ingin bertemu langsung dengan kedua orang tuaku.
Begitupun saat Idham kembali bertamu. Banyak yang ia ceritakan tentang perjalanan hidupnya. Apalagi saat ini Idham tidak tinggal di kampungnya. Ia merantau di kampung orang, di salah satu kabupaten di bagian utara Sulsel.
Sementara itu, saat bertamu ketiga kalinya. Idham menyatakan keseriusannya ingin melamarku di hadapan kedua orang tuaku. Namun, sebelum keluarganya datang melamar, Idham meminta izin kepada orang tuaku membawaku ke rumahnya untuk diperlihatkan kepada kedua orang tuanya.
Tanpa curiga sedikitpun, orang tuaku menyetujui keinginan Idham. Aku pun tidak menolak apalagi orang tuaku telah setuju.
Singkat cerita akupun dibawa oleh Idham. Tapi, saat sampai di rumahnya, Idham ingin langsung menikahiku. Ia menolak untuk mengembalikanku kepada kedua orang tuaku.
Keinginan Idham sebenarnya ditentang oleh keluarganya. Selain Idham telah memiliki dua istri, saat itu orang tuaku juga tidak diberitahu.
Namun Idham bersikeras. Akhirnya kami menikah tanpa diketahui kedua orang tuaku. Setelah menikahlah tabiat Idham baru ketahuan. Di keluarganya ternyata Idham dikenal sebagai anak keras kepala. Idham juga suka minum minuman keras, bermain judi dan main perempuan.
Awalnya aku sempat protes. Tapi, yang kudapat hanya pukulan. Baru seminggu menikah, aku sudah merasakan gamparan Idham di pipiku. Ia juga tak segan-segan menendangku. (jul/maf/b)

Share

Komentar Anda


Populer Minggu ini