MAKASSAR, BKM – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, tidak saja berdampak pada harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat, tapi juga barang elektronik. Dan kenaikan harga ini secara tidak langsung juga berdampak pada daya beli masyarakat. Sehingga hampir seluruh toko elektronik yang ada sepi dari pengunjung.
Seperti diungkapkan Rudi, salah seorang pemilik toko elektronik di Rappocini, ketika ditemui BKM, Rabu (26/8), nilai tukar rupiah yang lemah, otomatis akan membuat harga barang-barang elektronik. Kenaikan harga ini juga sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. Karena ketika harga dinaikkan, maka masyarakat tentu akan menunda untuk membeli dan menunggu hingga harga barang elektronik itu turun.
”Kurs rupiah melemah, otomatis harga barang-barang elektronik pun akan naik. Itu pasti. Dan secara otomatis pasaran pun akan sepi. Daya beli pun semakin sepi,” ungkap Rudi.
Dengan melemahnya nilai tukar rupiah, tidak membuat pabrik untuk terlalu menekan harga. Apalagi dengan melihat kondisi daya beli masyarakat yang semakin sepi. ”Pasaran sepi, daya beli otomatis sepi. Tapi pabrik juga tidak terlalu menekan harga. Tapi kalau dollar sudah terlalu tinggi, otomatis harga akan mengalami kenaikan sekitar lima persen hingga sepulu persen per unit,” terang Rudi.
Secara global, pasaran sepi karena kenaikan harga barang. Misalnya barang elektronik berupa televisi 32 inch yang sebelumnya Rp2,7 juta, sekarang sudah mencapai Rp2,9 juta. Kemungkinan harga kuantiti yang lebih di bawah, nilai belinya banyak, maka harganya akan murah,” jelasnya.
Jika dibandingkan tahun 2014, grafik omzet pun mengalami penurunan yang tahun ini hanya tersisa 20 persen. ”Sejak pemilihan presiden, itu sudah mulai turun jualan. Grafik omzet turun sisa 20 persen. Jika sebelumnya omzet per bulan rata-rata mencapai Rp750 juta, sekarang hanya sekitar Rp150 juta per bulan.
Seperti yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, pertumbuhan ekonomi yang melemah, hanya berkisar 4,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,14 persen. Semua daya beli masyarakat di pasaran mengalami penurunan. Tak terkecuali barang elektronik. ”’Hampir semua mengalami penurunan. Bukan hanya elektronik. Karena pertumbuhan ekonomi yang lesu dan melambat. Dulunya lima persenan sekarang sisa 4 persenan. Biar kipas angin saja susah laku yang harganya Rp200 ribu. Sekarang orang pakai buat makan,” tambahnya.
Namun Rudi mengakui, untuk sekarang belum ada perubahan harga secara signifikan. Kemungkinan bulan depan yang kenaikannya berkisar lima sampai sepuluh persen. Untuk sisa stok barang yang ada sekarang, tergantung inisiatif pedagangnya, apakah menggunakan harga baru atau harga lama. Para pedagang nantinya akan melakukan penyesuaian. (kkn3/mir)

Rupiah Melemah, Pasar Elektronik Sepi
Komentar Anda