Banyak cara yang dilakukan para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk bisa menggaet minat laki-laki hidung belang. Salah satunya dengan memanfaatkan jasa tukang ojek untuk melakukan transaksi seks. Meski terkesan vulgar, namun cara ini terbukti efektif bisa mendulang rupiah.
Laporan: Ishak-Arif-Ucu
Seorang PSK bernama Ayu, nampak jelalatan melihat para pengendara yang melintas di Jalan Sungai Saddang. Dengan dandanan menor seraya nongkrong di sudut ruko, Ayu menatap genit para pengendara pria yang memandang ke arahnya.
Bagi Ayu, dengan menjajakan diri, dia bisa meraup rupiah dalam jumlah lumayan wah, hanya dalam tempo semalam. Hanya dalam tempo lima hingga enam jam, Ayu mengaku bisa memperoleh Rp 1 juta.
”Biasanya seperti itu Pak setiap malam. Bahkan kalau lagi banyak pelanggan bisa lebih. Itu semua tergantung dari kita,” kata Ayu saat disambangi BKM.
Rupanya Ayu tidak bekerja sendiri. Seorang pria yang berprofesi sebagai tukang ojek, ikut berperan penting dalam urusan transaksi. Ayu sangat paham dengan gelagat pria hidung belang yang menaksir dirinya. Dengan menepikan kendaraan seraya memberi kedipan mata, sang pria seperti ini yang menjadi incaran Ayu. Tanpa lama menunggu, sang tukang ojek meluncur pelan menghampiri calon pelanggan. Sebagai penghubung, sang tukang ojek melontarkan harga Rp 150 sekali kencan. Jika harga cocok, maka si pria hidung belang sisa menentukan tempat kencan. Seketika, sang penghubung menjemput Ayu dan meluncur untuk menemui pelanggannya. Biasanya, hotel-hotel melati menjadi tempat mereka melakukan transaksi seks. Tarif Rp 150 ribu ini sudah menjadi tarif umum bagi PSK jalanan di Jalan Sungai Saddang dan Jalan Sulawesi.
Bukan hanya di Jalan Sungai Saddang, Ayu Cs pun kadang mangkal di Jalan Sulawesi. Jika sepi pelanggan, wanita berkulit sawo matang ini memilih mangkal di Jalan Nusantara.
“Hanya jadi PSK yang saya bisa Pak. Saya ini tak lulus SMP. Cari kerja sekarang susah. Dan saya tidak punya keahlian dalam dunia kerja,” kata Ayu, Selasa (1/12) siang. Bukan hanya Ayu, puluhan wanita dari berbagai kelompok usia juga melakukan hal serupa. Mereka seakan bersaing mencari pria hidung belang di jalan raya. 3 tahun bekerja sebagai PSK, Ayu mengaku punya belasan pelanggan tetap. Cukup dengan mengontak via telepon, wanita berusia 20 tahun ini siap meluncur. ”Kalau sudah jadi pelanggan kami tidak ragu lagi. Transaksi berjalan lancar dan aman. Dan kami juga menjaga rahasia masing-masing,” katanya.
Hal senada dilontarkan Soraya (30), PSK lainnya. Menurut wanita bertubuh semampai ini, bekerja sebagai PSK bisa meraih uang banyak dalam tempo cepat. Namun selain risiko kesehatan, Soraya juga mengaku sangat takut dengan razia mendadak yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja. Tak sedikit rekannya yang terjading dan kini
menjalani karantina di Mattirodeceng. ”Pandai-pandai kita melihat situasi Pak,” kata Soraya.
Lain halnya dengan, Anto (45) tukang ojek yang menjadi penghubung para PSK. Menurut Anto, dari pada mangkal mencari penumpang, dia lebih memilih mengantar jemput dua hingga tiga PSK yang pergi dan pulang kencang. ”Hasilnya lumayan Pak. Sehari saya bisa dapat Rp 200 hingga Rp 300 ribu. Dari pada mangkal di pangkalan, hasilnya tidak jelas,” kata Anto tersenyum.
Bukan hanya keuntungan materi. Anto dengan lugas juga mengaku kerap diberi bonus kencan sesaat oleh PSK dampingannya jika lagi sepi pengunjung. ”Yang mengerti sama mengerti lah Pak. Apalagi, saya ini sekarang berstatus duda. He..he..,” tutur Anto, lugas. (b)