MAKASSAR, BKM — Dua keluarga dari dua kabupaten di Sulawesi Selatan dilaporkan hilang oleh keluarganya masing-masing. Mereka berasal dari Kabupaten Luwu dan Jeneponto. Diduga, dua keluarga ini bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Satu keluarga asal Luwu yang terdiri dari suami, istri dan seorang anaknya hilang kontak dengan keluarga sejak bulan Mei 2015. Mereka tak pernah lagi berhubungan dengan keluarganya di Desa Tobia, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu sejak delapan bulan lalu.
Ketiganya adalah Burhan Paikal (29), suami dari Andi Mulyani (24) dan putranya Alexandra Abriana Pratista Axarin (1). Pelaporan hilangnya satu keluarga ini dilakukan Andi Besse, kakak Andi Mulyani ke Polres Luwu, Rabu (13/1).
Sementara di Jeneponto, pasangan suami istri Abdul Qadir Nasir dan Hariani Hafid yang sebelumnya juga dilaporkan hilang, disebutkan telah bergabung dengan Gafatar di Bandung. Keduanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto
BKM/IRWAN MUSA
GAFATAR LUWU-Andi Besse mempelihatkan foto keluarga adiknya Andi Mulyani bersama suaminya Burhan Paikal serta putranya Alexandra Abriana Pratista Axarin, ketika melapor ke Polres Luwu, Rabu (13/1).Ditemui di Mapolres Luwu, kemarin Andi Besse menuturkan, adik dan iparnya yang hilang merupakan pengurus inti Gafatar. Burhan Pikal merupakan Ketua Gafatar Wilayah Kendari, sedangkan istrinya menjabat bendahara Gafatar Kota Palopo.
Sejak tahun 2012, pasangan suami istri (pasutri) ini direkrut Gafatar di wilayah Luwu. Bahkan Andi Besse mengaku dirinya sempat direkrut oleh adiknya itu untuk bergabung dengan Gafatar. Andi Besse malah pernah ikut deklarasi di gedung CCC (Celebes Convention Centre) Makassar bulan Mei 2012.
”Awal mula saya direkrut adik saya itu, saya tergugah melihat aksi sosial organisasinya yang cukup tinggi. Waktu itu saya ikut Gafatar di Palopo,” ungkap Andi Besse.
Ia kemudian menceritakan apa yang dilihatnya saat menghadiri deklarasi Gafatar di CCC waktu itu. Ia dibawa oleh Burhan Paikal dan Andi Mulyani.
”Karena masih baru, saya belum tahu secara spesifik prosesi beribadahnya. Waktu itu saya dilarang pakai jilbab oleh beberapa pengurus Gafatar. Saya menolak untuk membuka jilbab dan bermaksud meninggalkan tempat deklarasi. Tapi saya dipanggil kembali oleh pengurus Gafatar untuk masuk ke dalam gedung meski tetap memakai jilbab,” tutur Andi Besse.
Dijelaskan Andi Besse, Burhan Paikal bersama istri dan anaknya sempat berdomisili di Kendari. Mereka terakhir mengontak keluarganya pada bulan Mei 2015.
Burhan disebutkan terakhir bekerja di perusahaan pembiayaan sepeda motor FIF Kendari. Sementara istrinya hanyalah ibu rumah tangga biasa. Pasangan ini menikah bulan Oktober 2013 di Desa Tobia, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu.
Saat melapor ke polisi, Andi Besse membawa serta foto keluarga Burhan Paikal bersama istri dan anaknya. Ada pula kartu keluarga dan buku dokumen tentang Gafatar.
Kapolres Luwu AKBP Adex Yudiswan melalui Kasat Intelkam AKP Hafiuddin, menjelaskan pihaknya tengah melakukan pelacakan terhadap jaringan Gafatar di wilayah Luwu. Soal Andi Mulyani yang dilaporkan hilang bersama suami dan anaknya, menurut Hafiuddin, berdasarkan catatan Polres Luwu pernah menjabat bendahara Gafatar tahun 2012 di Palopo.
Sementara suaminya Burhan Paikal menjabat Ketua Gafatar Kendari. ”Bahkan Andi Besse direktur sebagai anggota Gafatar wilayah Palopo oleh adik kandung dan iparnya yang lebih awal masuk Gafatar,” jelas Hafiuddin, kemarin.
Selain itu, berkembang informasi asalah salah seorang guru matematika di SMPN 1 Belopa bernama Rusdianto yang dikabarkan hilang. Namun, menurut Hafiuddin, Rudsianto belum dipastikan bergabung dengan Gafatar.
”Kita masih melakukan penyelidikan dan penyidikan lebih mendalam terkait hilangnya Rudsianto,” tandas Kasat Intelkam.
Informasi yang beredar, Rusdianto minta izin untuk berobat pada pukul 14.00 Wita, Senin (11/1). Saat itu jam pelajaran masih berlangsung. Namun hingga kemarin, keberadaan Rusdianto belum diketahui.
Sementara satu keluarga asal Kabupaten Jeneponto yang dilaporkan hilang adalah suami istri Abdul Qadir Nasir (32) dan Hariani Hafid (30), dua anaknya Habiyan (3) dan Berlian (6 bulan), serta seorang pembantu bernama Ratih (25).
Dari informasi yang diperoleh, pasutri Abdul Qadir Nasir dan Hariani Hafid adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto. Ketika dikonfirmasi, Kepala BPS Jeneponto Abdul Salam membenarkan hal itu.
”Iya benar, keduanya staf BPS Jeneponto. Nama istrinya Hariani, bukan Hasriani,” kata Abdul Salam melalui telepon selular, kemarin.
Abdul Salam yang telah mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala BPS Jeneponto dan dimutasi ke BPS Luwu sejak kemarin, mengatakan bahwa Abdul Qadir dan Hariani saat ini sementara dalam proses pemecatan dari statusnya sebagai PNS BPS Jeneponto. Sebab mereka tidak pernah lagi masuk berkantor sejak bulan Oktober 2015.
”Keduanya telah melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Saat ini sementara dalam proses pemecatan,” tegas Abdul Salam.
Selama bekerja, diakui Salam, pasangan suami istri melaksanakan tugas dengan baik. Namun tentang aktifitasnya di luar, mereka memang tertutup.
Hal yang sama diakui Muh Saleh Karaeng Tompo, tetangga rumah yang dikontrak pasangan Abdul Qadir dan Hariani di kompleks perumahan Anwar Jaya Permai di Jalan Lingkar Kelurahan Empoang Selatan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto.
”Mereka sangat tertutup. Suaminya biasaji saya lihat kalau buang sampah. Tapi tidak pernah bertegur sapa dengan warga. Apalagi istrinya, sangat jarang kelihatan. Dia pakai cadar,” tutur Karaeng Tompo, kemarin.
Antara rumah Muh Saleh dengan kontrakan Abdul Qadir saling membelakang, dan masing-masing berada di sudut. Muh Saleh menempati rumah Blok B nomor 2, sementara Abdul Qadir di Blok B nomor 3. Rumah yang dikontrak Abdul Qadir sejak tahun 2014 diketahui milik Kamal Dg Sija.
”Sejak bulan Oktober 2015 mereka sudah tidak kelihatan lagi di rumah ini. Tidak ada yang tahu kemana perginya. Termasuk orangtuanya yang tinggal di Kampung Monro-monro, Jeneponto Lama,” terang Karaeng Tompo yang tinggal di kompleks perumahan ini sejak tahun 2011.
Kapolres Jeneponto AKBP Joko Sumarno, kemarin sore menginformasikan, dua pasangan suami istri bersama dua anaknya yang dikabarkan hilang itu, diduga kuat telah bergabung dengan Gafatar.
“Dari laporan intelijen, keberadaan pasangan suami istri sudah terdeteksi. Mereka ada di Bandung dan sudah bergabung dengan kelompok Gafatar,” ujar Joko Sumarno. (wan-krk/rus/a)
Suami Istri PNS BPS Gabung Gafatar

BKM/KR KULLE GAFATAR JENEPONTO-Pasangan suami istri PNS BPS Jeneponto Abdul Qadir Nasir dan Hariani Hafid. Sebelum menghilang, keluarga ini tinggal di Blok B nomor 3 perumahan Anwar Jaya Permai di Jalan Lingkar Kelurahan Empoang Selatan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto.