INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI RAJIUN. Awan duka menyelimuti dunia musik tanah air. Penyanyi sekaligus pencipta lagu Bugis-Makassar Anci Laricci kembali ke haribaan Ilahi. Ia mengembuskan nafas terakhirnya, Minggu pagi (8/10).
Laporan: Nugroho Nafika Kassa
SUASANA di Jalan Hertasning Barat 4, Makassar tampak ramai. Kendaraan roda dua dan empat berjejer. Sebuah tenda berukuran sedang berdiri di depan rumah nomor 25B. Di dalam rumah inilah jenazah almahum Anci Laricci disemayamkan.
Silih berganti kerabat dan sanak famili berdatangan melayat. Tak ketinggalan musisi serta artis musik Makassar datang untuk melihat almahum untuk terakhir kalinya.
Semasa hidupnya, pria kelahiran 17 Agustus 1953 ini telah membawa nama Makassar berbicara di level nasional. Lagu-lagu yang dibawakannya mampu menyedot perhatian para pecinta musik negeri ini.
Wali Kota Makassar Moh Ramadhan Pomanto datang ke rumah duka, kemarin. Dai menyebut almarhum sebagai seorang pelestari budaya dan pengawal peradaban. Karyawanya di bidang tarik suara tidak hanya menghibur jutaan pendengar, namun secara khusus juga mewarnai peradaban Makassar.
Lagu Pantai Losari menjadi salah satu gubahan Anci Laricci yang begitu ikonik. Syairnya berkisah tentang Pantai Losari dan apa yang ada di sekitarnya. Hingga sekarang lagi itu masih sering didendangkan.
Saat berlangsung penutupan Makassar International Eight Festival and Forum (Makassar F8) di panggung utama Anjungan City of Makassar, 10 September 2017 lalu, Anci Laricci juga tampil. ”Tanpa karya almarhum, Makassar F8 tidak semeriah yang telah kita saksikan. Tak mudah menciptakan lirik lagu, menggubahnya dalam alunan nada hingga mendesain koreografi. Makassar sangat kehilangan,” kata Danny Pomanto.
Informasi dari keluarga, almarhum meninggal setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Stella Maris selama tiga hari. Ia menderita sakit sesak nafas.
Di rumah dukan, BKM menemui Wandi, seorang sahat Anci Laricci. Kepada Wandi, almarhum kerap menyampaikan curahan hati (curhat) serta keluh kesahnya.
”Sebelum jadi penyanyi terkenal, Anci dulu pernah jadi penjahit di Cendrawasih,” tutur Wandi.
Ternyata, kehidupan Anci dulunya cukup sulit. Ia pernah bekerja apapun sebelum mencapai mimpinya menjadi seorang penyanyi.
Di sebuah lapak kayu kecil di Jalan Cendrawasih, Anci menggantungkan hidupnya. Ia memang suka menyanyi, namun pantang baginya mengamen. Karena ia tak pantas jika sebuah karya seni dihargai sangat murah.
Sampai pada akhirnya Anci hijrah ke Jakarta dan memulai karir menyanyinya. Lama kelamaan, ia bisa membuat album sendiri sampai meledak di pasaran. Mulai dari situlah, kehidupannya berubah total. Dari yang tadinya tak punya apa-apa, sampai apapun bisa dibelinya saat itu.
Setelah hijrah ke Jakarta, Anci mulai fokus pada dunia menyanyi. Tak mudah baginya untuk menembus dapur rekaman ibukota. Sebelum jadi penyanyi, ia rela menjadi kuli bangunan dan tukang parkir.
Kehidupannya mulai berubah ketika ia berhasil merilis album musik. Anci cukup kaget ketika lagu reggae berjudul Nona Manis yang dibawakannya bersama grup UB2 meledak di pasaran. Kasetnya pun laku 600 ribu keping. Ini yang membuat kehidupannya berubah.
Menurut kisah yang disampaikan Wandi, di tahun 2002 Anci pernah mengalami peristiwa religius. Ia mendapat ‘peringatan keras’ dari Tuhan.
Ketika itu bulan Ramadhan. Anci duduk bersandar dalam keadaan sadar di rumahnya di Jakarta. Tiba-tiba dirasakan dunia ini sepi, hampa, tidak ada suara.
Kemudian dia melihat dirinya ditandu di keranda mayat dan dimasukkan ke dalam liang lahat. Ketika hendak ditimbun, barulah dirinya tersadar. Mulai saat itulah Anci kembali ke jalan yang benar.
Pemain musik asal Makassar Mustari Sara menyebutkan, Anci Laricci termasuk artis senior yang tidak sungkan untuk berbagi. Bukan hanya kepada musisi seangkatannya, tapi juga kepada adik-adiknya. Bahkan mereka yang bisa digolongkan sebagai anaknya.
”Ical d’Academy itu salah satu anak binaan almarhum. Dia mendidik artis-artis pemula asal Makassar. Itu sudah lama dilakukannya,” terang Mustari Sara.
Anci Laricci telah menelorkan lebih 100 lagu ciptaannya.
Diantaranya Pantai Losari’, Tena Ruanna, Sajang Rennu dan Nona Manis. Ia kini telah meninggalkan semua untuk selama-lamanya. Namun akan tetap kekal di telinga para pecinta musik. (*/rus/b)