SEBUAH misi sosial tidaklah mudah untuk diwujudkan. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melakoninya. Mereka yang mengerti akan kondisi sekitar dan memiliki jiwa besar.
Laporan: Nugroho Nafika Kassa
SALAH seorang guru besar Fakultas Hukum Unhas, Prof Dr Aminuddin Salle adalah salah satu yang patut dijadikan suri teladan. Di sela-sela kesibukannya di kampus, ia masih sempat mengurus yayasan yang didirikannya.
Di usianya yang telah menginjak 69 tahun, ia kini memiliki sebuah yayasan yang dinamai ASCenter.
Prof Amin, begitu ia disapa. Sosoknya tampak begitu ramah. Saat BKM memperkenalkan diri kepadanya, tiba-tiba saja langsung disalami dengan penuh senyum dan kegembiraan. Seakan ia sangat begitu menikmati suasananya kala itu.
Wajar saja, saat BKM bertandang ke ASCenter, ia baru saja dikunjungi oleh Sultan Sepuh dari Cirebon, yang sekaligus Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), YM PRA Sultan Arief Natadiningrat. Kedatangan sultan untuk meresmikan ASCenter Kaligrafi Lontarak Bugis Makassar, yang merupakan sebuah galeri kaligrafi lontarak yang ada di area ASCenter.
ASCenter sendiri adalah sebuah yayasan yang sasarannya adalah anak-anak serta orang dewasa yang kurang mampu. Tujuannya adalah untuk kepentingan sosial.
Prof Amin mengatakan, tempat yang ia dirikan ini bisa menjadi rahmat tersendiri bagi anak-anak yang dididiknya. “Saya berharap tempat ini menjadi rahmat. Semoga anaka-anak yang kami bina di sini, nantinya bisa menjadi pemimpin di manapun berada,” ujarnya.
ASCenter sebenarnya adalah rumah pribadi Prof Amin yang ia ‘sulap’ menjadi sebuah yayasan. Tempatnya amat begitu rindang. Berbagai tetumbuhan berbuah ada di sekitar halaman. Mulai dari pohon jeruk, mangga, rambutan, hingga markisa. Apabila buahnya sudah matang, siapapun bisa menikmatinya.
Lantai pertama di ASCenter terlihat menjadi tempat tinggal. Sementara di lantai duanya, biasa dijadikan tempat pengajaran bagi anak-anak.
Prof Amin menjelaskan, ada banyak pelajaran yang kerap diajarkan kepada anak-anak didiknya. Mulai dari seni melipat, mengaji, sampai kesenian.
Untuk melaksanakannya, Prof Amin tak bekerja sendiri. Ia sengaja memangil guru khusus untuk mengajarkan anak-anak tersebut.
Namun dari semua hal yang diajarkannya itu, yang paling penting adalah pelajaran karakter bagi mereka. Prof Amin selalu mencontohkan bahwa untuk menjadi pemimpin, seseorang harus cerdas, jujur, berani dan kaya.
“Tidak sedikit pemimpin sekarang yang banyak hartanya, tinggi honornya, tapi tidak kaya. Kalau disogok Rp10 juta, Rp100 juta, langsung diterima. Padahal kalau dia kaya, kaya hati, tidak mungkin dia ambil,” kata Prof Amin. Hal itulah yang selalu ditekankan olehnya kepada setiap anak didiknya.
Ia lalu berkisah tentang sebuah peristiwa yang pernah terjadi. Suatu hari ia mendapati orang di rumahnya yang kehilangan uang. Ada seorang anak didiknya yang menemukan uang itu. Dengan kebesaran hati, anak itu langsung mengembalikannya.
“Uang itu sekirar seratus ribuan. Padahal kalau dia mau ambil, bisa saja. Tapi itulah yang selalu saya ajarkan. Jujur. Akhirnya, dia mengembalikan uang itu. Karena kejujurannya, saat itu saya kasih uang kepadanya. Bukan imbalan, melainkan reward. Hal ini sengaja saya lakukan, supaya kejujurannya tidak hilang. Karena kejujuran itu sangat penting, maka sebuah reward juga patut kita beri,” jelas Prof Amin. (*/rus/b)