MAKASSAR, BKM — Teror oleh orang yang diduga gila kian marak terjadi belakangan ini. Yang menjadi sasaran adalah tokoh serta pemuka agama.
Tak ingin hal seperti itu terjadi di Sulawesi Selatan, jajaran kepolisian dan TNI berupaya mengantisipasinya. Deteksi dini dilakukan guna mencegahnya.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani, kemarin menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan TNI agar penyerangan terhadap tokoh dan pemuka agama tidak terjadi di daerah ini.
”Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan Binmas setempat dilibatkan secara efektif, untuk berkoordinasi dan mengantisipasi terjadinya kemungkinan hal tersebut terjadi,” ujar Kombes Dicky.
Selain itu, juga telah dilakukan koordinasi dengan tokoh dan pemuka agama. Mereka diminta untuk tidak terpancing dengan isu dan teror penyerangan oleh orang gila.
”Kita juga telah mengumpulkan informasi dari pihak intelijen untuk melakukan deteksi dini. Patroli rutin dan aktif dilaksanakan di tempat-tempat ibadah,” tandasnya.
Jajaran Pemerintah Kota Makassar juga intens melakukan penertiban terhadap orang-orang dengan kelainan jiwa. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar Muhtar Tahir, mengatakan razia terhadap orang gila yang berkeliaran intens dilakukan.
”Setiap hari petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) menyisir wilayah di Makassar untuk mengamankan orang gila. Operasi berlangsung selama 24 jam, dari pagi hingga malam,” terang pejabat yang akrab disapa Utta ini, Jumat (23/2).
Orang dengan kelainan jiwa yang terjaring operasi TRC, tambah Utta, kemudian dibawa ke kantor Dinsos Makassar untuk dilakukan assesemen. Selanjutnya ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi guna menjalani pengobatan psikoterapi.
”Jadi begitu prosedurnya. Setelah kondisinya stabil, mereka kami jemput dan bawa pulang ke keluarganya,” jelasnya lagi.
Utta berharap partisipasi aktif masyarakat agar melaporkan keberadaan orang gila, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk saat ini, ia mengaku sudah jarang, bahkan sudah tidak ada lagi orang gila yang ditemukan berkeliaran.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSKD Dadi, dr Arman Bausat menjelaskan, sejauh ini pihaknya belum pernah menemukan kasus orang sakit jiwa yang terindikasi diperalat untuk menyerang tokoh dan pemuka agama. Dia mengaku jika informasi itu telah didengar dan dilihat di media massa.
Kalaupun ada orang-orang gila yang berkeliaran di jalan, menurut dr Arman, sebenarnya itu menjadi ranah dari instansi terkait, dalam hal ini Dinas Sosial. Sejauh ini, pihaknya intens melakukan kerja sama dengan Dinsos.
Instansi tersebut bertugas menertibkan dan membawanya ke tempat penitipan, untuk kemudian ditangani sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Jika memang ada yang membutuhkan perawatan medis dan penanganan intensif, akan dibawa ke RSKD Dadi.
Saat ini, kata dr Arman Bausat, RSKD Dadi menampung hampir sekitar 900 pasien penyakit jiwa. Dia tidak menafikan jika ada satu atau dua pasien yang lolos dari pemantauan dan melarikan diri saat menjalani perawatan.
”Itulah mungkin beberapa yang berkeliaran di jalan. Tapi kalau pasien yang keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan penjaga, tetap akan dicari. Jika ditemukan, akan dimasukkan lagi ke rumah sakit,” jelasnya.
Ada juga kasus pasien yang sudah dinyatakan sembuh, dipulangkan ke rumah masing-masing. Ada yang sampai ke daerah. Pihak RSKD Dadi menyiapkan khusus mobil untuk memulangkan pasien tersebut.
Namun, beberapa kasus ditemukan jika pasien yang bersangkutan ternyata lebih merasa nyaman berada di rumah sakit dibanding di tengah keluarganya. Itulah biasanya yang melarikan diri dan berada di jalan untuk kembali ke rumah sakit.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulsel Ilham A Gazaling, mengatakan sejauh ini pihaknya belum pernah mendengar dan mendapat laporan adanya orang gila yang berkeliaran dan berpotensi menimbulkan teror. Kalaupun ada yang ditemukan, tentu akan menjadi perhatian dan penanganan berbagai stakeholder. Termasuk Dinas Sosial. Namun untuk penanganan langsung, menjadi bagian dari Dinas Sosial kabupaten/kota. (mat-arf-rhm/rus)
Polisi Waspadai Teror Orang Gila
