BERAPA harga satu ekor ayam yang biasa anda beli? Cukup terjangkau bukan, jika keperluannya untuk makan sekeluarga. Terjangkau jika dibandingkan dengan ayam yang dijual Ruslan.
Laporan: Nugroho Nafika Kassa
DI sebuah lorong Jalan Abdullah Daeng Sirua, Makassar. Di sinilah Ruslan bermukim. Ia memiliki keseharian yang unik.
Seperti sebagian warga pada umumnya, ia memelihara ayam yang jumlahnya hanya beberapa ekor. Namun jangan salah, karena ayam peliharaannya berbeda dengan unggas serupa yang dipelihara oleh orang lain.
BKM menemui Ruslan di rumahnya. Walaupun sempat menunggu, ia pun akhirnya mau menceritakan semua pengalamannya. Dari mulai memelihara sampai ia mulai menjualnya.
Semua ayam milik Ruslan adalah impor. Karenanya, harga setiap ekornya cukup mahal. Mulai dari ayam Filipina hingga ayam Peru ia pelihara. Semua berjejer, ia pampang di depan rumahnya.
Satu ekor ayamnya mencapai harga Rp1,6 juta. Sebagian besar dari kita mungkin akan kaget. Namun bagi para pecinta ayam hias, tentu angka tersebut tak jadi masalah.
Walaupun banyak yang membeli, tapi sebenarnya Ruslan tak pernah berniat menjual ayam-ayam perliharaanya. Ia mengaku bahwa dirinya murni memelihara ayam, karena sejak kecil memang menyukainya.
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata banyak yang meminati ayamnya. Bahkan dengan harga mahal. Nah, dari sinilah Ruslan mulai mencoba menjualnya. Itupun kepada orang-orang tertentu saja.
Di lorong yang kira-kira hanya selebar sebuah mobil itu, rumah Ruslan terletak tepat di sudut jalan. Belum sampai di depan rumahnya, BKM telah melihat beberapa kandang yang berisi ayam. Setiap kandang berisi satu ekor.
Itulah tempat Ruslan memelihara ayamnya. Tiap pagi atau sore ia mengeluarkannya dari kandang untuk diberi makan. Jika telah selesai makan, Ruslan akan mengembalikannya ke dalam kandang. Hal ini dilakukan, karena ini ayam khusus yang tak sembarangan berkeliaran.
Di belakang rumahnya, ternyata ia memiliki tempat budidaya khusus ayam-ayam seperti ini.
Pria 33 tahun asal Makassar ini mengatakan jika dirinya mulai menyukai ayam sejak usia 11 tahun. Tak memiliki alasan khusus. Ia menyukai ayam karena keluarganya dulu memelihara ayam. Namun masih ayam biasa.
“Waktu itu hanya hiburan saja. Kebetulan ada ayam di rumah dulu waktuku kecil, lama-lama kusuka. Akhirnya sampai sekarang masih bisa pelihara ayam,” katanya.
Beberapa tahun kemudian barulah ia mulai membeli ayam dari berbagai daerah. Kebetulan saat itu ada ayam impor yang ia lihat di Manado. Sebagai pecinta ayam, tentulah Ruslan langsung tertarik. Dia pun membelinya, kemudian mulai membudidayakan ayam ini.
Ayam yang dibelinya saat itu adalah ayam Filipina. Beberapa jenis ayam jenis ini ia kawinsilangkan sendiri. Kemudian lahirlah ayam miliknya. Ayam impor yang memiliki tubuh lebih besar, bulu lebih cantik, dan suara lebih nyaring. (*/rus/b)