SALAH seorang korban tewas dalam kecelakaan tunggal di Camba bernama H Idris Dg Tayang. Oleh tetangganya di Gowa, ia dikenal sebagai sosok pendiam. Sehari-harinya korban berprofesi sebagai pedagang di Pasar Sungguminasa.
Satu korban meninggal lainnya adalah Safaruddin Dg Jarung (57). sehari-harinya dia berprofesi sebagai tukang dan telah senior. Safaruddin berpulang dengan meninggalkan seorang istri dan tujuh orang anak.
Salah seorang kerabat dekat Dg Jarung bernama Dg Buang, mengaku tak punya firasat apapun sebelum korban meninggal.
Kematian H Tayang dan Dg Jarung membawa duka mendalam di Komunitas Cere Buttaya. Komunitas yang di dalamnya tergabung warga Sungguminasa dari berbagai lapisan. Bukan hanya pemuda yang ada di dalamnya. Pria sudah berumur yang sedang berdiskusi di warkop, ikut bergabung.
”Daeng Jarung maupun Daeng Tayang adalah dua sosok sederhana di komunitas kami Cere Buttaya. Mereka selalu penuh keceriaan. Suasana akan lebih hidup jika kedua senior kami ini hadir. Sama-samaja ngopi tadi malam (Sabtu malam) dan bercanda dengan beliau berdua di warkop. Semua punya hobi yang sama, yaitu penikmat kopi,” kata Arfandi Palallo, salah seorang anggota Cere Buttaya, kemarin.
Arfandi mengakui, keluarga besar Cere Buttaya sangat kehilangan dengan berpulangnya Dg Jarung dan Haji Tayang. “Kami sangat kehilangan beliau berdua. Mereka itu sosok sederhana yang sangat memelihara persaudaraan. Buktinya, meski kami satu komunitas namun pilihan mereka berdua beda dengan para anggota komunitas Cere Buttaya lainnya,” terang Arfandi lagi.
Menurutnya, anggota Komunitas Cere Buttaya berbeda-beda pilihan pasangan calon dalam pilgub Sulse. Kendati demikian, perbedaan tak membuat mereka saling berjauhan.
”Kami tetap menjaga persaudaraan, meski beda pilihan. Bahkan Dg Jarung dan Dg Tayang sering kami kerjai bahwa pilihannya tidak akan menang. Namun jawaban beliau berdua hanya tersenyum dan tidak mempersoalkannya. Bahkan mereka berdua tetap optimis mampu memberikan konstribusi suara untuk jagoannya. Itulah sebabnya para anggota Cere Buttaya tetap terjaga. Hubungan silaturahmi tetap kokoh,” jelas Arfandi.
Di mata rekan-rekan satu komunitasnya, Dg Jarung dan H Tayang adalah sosok pantang menyerah, meski usia mereka berdua sudah tak muda lagi.
“Jiwa motivator mereka miliki. Bahkan kedua almarhum sangat suka menolong. Di Cere Buttaya itu, tak semuanya di NA. Ada juga di Punggawa dan NH Aziz. Tapi secara mayoritas bersatu di NA. Kalau yang Punggawa bermarkas di posko LMP, yang NA tetap di Cere Buttaya. Sedang yang di NH Aziz di rumah masing-masing,” kata Arfandi.
BKM mencoba menghubungi Ketua Komunitas Cere Buttaya Mahlani Dh Dg Lawa. Namun, gawainya tak pernah tersambung. Ia disebutkan ikut dalam rombongan NA-AAS untuk kampanye akbar di Kabupaten Bone.
Setelah ditelusuri, ternyata Mahlani juga ikut dalam rombongan yang mengendarai mobil nahas di Camba. (sar/rus)
Sempat Ngopi Anggota Komunitas Cere Buttaya

×





