Krisis listrik di Sulawesi Selatan kini menjadi lagu lama. Nyaris tak terdengar lagi. Pemadaman bergilir pun tak akan pernah ada lagi. Begitu juga antrean orang di kios-kios kecil untuk beli lilin sebagai lampu penerang darurat. Kini, tak ada lagi cerita-cerita itu.
Adalah kipas angin raksasa yang mengubah segalanya. Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Watangpulu Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) telah mengubah segalanya. Sulsel yang sebelumnya gelap di sebagian wilayah, kini semua sudah terang benderang. PLTB Sidrap yang memproduksi listrik 75 megawatt itu menambah stok dan kapasitas daya yang tersedia di PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar).
General Manager PLN Sulselrabar, Bambang Yusuf saat bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Maret 2018 lalu memastikan bahwa tidak akan ada lagi pemadaman secara ber gilir di provinsi ini. Tambahan daya 75 MW dari PLTB Sidrap membuat PLN sudah memiliki cadangan atau surplus listrik sebanyak 200 Mega Watt (MW) lebih. Saat ini beban puncak di Sulsel hanya 1.050 MW, sementara daya listrik yang ada bisa menyuplai sampai 1.300 MW. Untuk elektrifikasi atau daerah yang sudah teraliri listrik, di wilayah Sulselrabar sudah mencapai 97 persen. Sedikit di atas rasio elektrifikasi nasional saat ini yakni kurang lebih 96 persen.
PLTB Sidrap diresmikan Presiden Joko Widodo, 2 Juli 2018 lalu. Pembangkit listrik yang dihasilkan oleh kipas angin raksasa ini bisa mengaliri 70 ribu rumah tangga dengan kapasitas terpasang masing-masing 900 watt. PLTB Sidrap dibangun di atas areal seluas 100 hektare di perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap. Pembangkit listrik ramah lingkungan ini digerakkan oleh30 turbin kincir angin. Model turbin yang digunakan dari Gamesa Lolica Coorporation pada menara baja setinggi 80 meter dengan panjang baling-baling 57 meter.
Sistem interkoneksi PLTB Sidrap akan memanfaatkan tapping jaringan PLN SUTT 150 KV Sidrap-Maros yang terdiri dari empat sirkuit. Dua konduktor zebra sepanjang 3 kilometer (8 tower) menuju T/L 150 KV Sidrap-Maros dan terhubung secara double phi. Daya yang dihasilkannya sebesar 75 MW itu akan dialirkan ke sistem Sulawesi bagian selatan yang meliputi sebagian wilayah Sulsel, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah
Selain di Sidrap, satu pembangkit listrik dari angin raksasa lainnya di Sulsel juga sedang dalam proses pembangunan. Namanya PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto. Baling-baling raksasa PLTB Tolo dibangun di atas areal seluas 60 hektare di Kecamatan Binamu, Jeneponto. Secara teknologi, PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto menggunakan teknologi siemens. Kondisi angin di Tolo juga dianggap jauh lebih bagus dibanding angin di Sidrap. Itu sebabnya, kapasitasnya jauh lebih besar dibanding PLTB Sidrap. PLTB Tolo didesain untuk menghasilkan listrik 2×70 MW atau sebesar 140 mega watt. PLTB Tolo terletak di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Sekira 99 kilometer dari selatan Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Energi listrik PLTB Tolo ini dihasilkan dari kecepatan angin sebesar 6-8 m/s yang merupakan potensi angin cukup besar untuk dikembangkan secara komersial. Nantinya, pembangkit berbasis angin tersebut akan terkoneksi dengan jaringan transmisis 150 KV. Empat dari 10 tower transmisi 150 KV telah dibangun akan segera terkoneksi melalui gardu induk Jeneponto.
Kehadiran PLTB Tolo akan melengkapi keberadaan PLTB Sidrap untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan di Indonesia sekaligus meningkatkan keandalan kelistrikan di Sulsel yang rasio elektrifikasinya sudah mencapai 99,12 persen. Menurut Direktur Human Capital Management PLN, Muhammad Ali, proyek PLTB ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan produksi listrik yang menggunakan bahan bakar fosil.
Sebetulnya Sulsel bukan satu-satunya provinsi di Indonesia yang dibanguni “kebun angin”. Banyak provinsi lain juga tengah membangun dan memiliki potensi angin jauh lebih besar. Sebut misalnya Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Begitu juga PLTB Tanah Laut di Kalimantan Selatan yang hingga kini dalam proses pembangunan.
Pembangunan sejumlah pembangkit listrik tenaga bayu ini merupakan bukti komitmen pemerintah dalam pemanfaatan sumber energi terbarukan. Menariknya, pemanfaatan angin sebagai energi baru terbarukan ini dimulai dari Sulawesi Selatan. Dua kebun angin di Sidrap dan Jeneponto ini menjadi bukti.
Guru besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Muhammad Yahya mengapresiasi pembangunan pembangkit listrik tenaga angin di Sulsel. Ia mengatakan pembangunan pembangkit listrik ini tidak hanya memenuhi stok dan persediaan daya listrik tetapi juga mendorong pemanfaatan energi ramah lingkungan. Menggunakan angin sebagai energi menurut dia amat sangat ramah terhadap lingkungan.
ia menambahkan kehadiran dua PLTB di Sulsel menjadi poin penting bagi pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Paling tidak predikat Sulsel makin bertambah. Sulsel selama ini hanya dikenal sebagai lumbung pangan karena produksi berasnya yang melimpah dan juga menjadi pemasok pangan nasional. Predikat lumbung listrik juga patut dialamatkan ke Sulsel. Sebab, provinsi ini juga sudah menjadi sentra produksi daya listrik untuk regional Sulawesi. Jadi Sulsel bisa disebut sebagai lumbung listrik nasional.
“Pembangunan dua pembangkit listrik tenaga bayu di Sulsel ini juga menempatkan posisi Sulsel sebagai pusat listrik tenaga angin di Indonesia,” katanya.
Usulan Yahya itu memang cukup beralasan. Sebab, pembangkit yang menghasilkan daya listrik di Sulsel sudah cukup banyak. Beragam pula. Sebelum ada PLTB, provinsi ini sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Bakaru dan beberapa PLTU seperti di Tello dan Punagaya. Selain itu juga ada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Gilireng, Kabupaten Wajo. Begitu juga pembangkit listrik tenaga diesel di beberapa kabupaten.
Yahya menambahkan angin sebagai salah satu energi baru terbarukan yang memiliki potensi besar dalam mendukung revolusi energi bersih di Indonesia. Angin merupakan udara yang bergerak. Angin ada di mana saja dan kapan saja. Angin juga telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu sebagai penggerak kapal ketika berlayar. Tetapi perkembangan ilmu pengetahuan menemukan bahwa angin dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik yang dapat membantu memenuhi kebutuhan tenaga listrik.
Ia berharap pembangunan PLTB di Sidrap dan Jeneponto bukanlah yang terakhir dalam upaya mengembangkan energi terbarukan dengan menggunakan angin. Justru PLTB Sidrap dan Jeneponto itu diharapkan menjadi pemicu dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan di daerah lainnya. (fachruddin palapa)