pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Berawal dari Kejengkelan Hingga Berbuah Rezeki

BAGI sebagian besar orang, eceng gondok merupakan tumbuhan limbah yang mengotori sungai maupun kanal, sehingga dibuang layaknya sampah. Namun di tangan Skrening, tumbuhan air mengapung ini diolah menjadi kerajinan yang bernilai.

Laporan: JUNI SEWANG

Bahkan Skrening mulai memberdayakan ibu rumah tangga yang tidak memiliki kegiatan untuk membuat kerajinan dari gulma.
Awalnya, Skrening tidak punya cita-cita ingin menjadi pengusaha. Tetapi karena rasa kecengkelannya melihat enceng gondok yang tumbuh subur, terlintas dalam kepalanya sebuah ide untuk memanfaatkan tanaman liar tersebut untuk membuat hal yang berguna dan mendatangkan uang.
Tanpa memikirkan omzet yang akan diperoleh, Skrening mulai memanfaatkan keberadaan enceng gondok yang melimpah menjadi kerajinan tangan.
Di tangan pria 53 tahun ini, enceng gondok yang selama ini hanya menjadi sampah di kanal dan mencemari lingkungan berubah menjadi kerajinan bermanfaat. Ia mampu mengolah enceng gondok menjadi tempat cucian baju, tas, topi, sendal, hiasan rumah dan masih banyak lagi.
Bahkan dari sisi kualitas dan kuantitas, kerajinan berbahan enceng gondok ini juga tak kalah dengan kerajinan dari bahan dasar lainnya.
Kerajinan buatannya terkadang ia ikutkan pameran yang diselenggarakan Pemerintah Kota Makassar. Harganya pun juga tidak mahal, kerajinan buatannya hanya dibanderol dengan harga Rp10.000 – Rp125.000.
Bapak ini mengaku awalnya, prihatin dengan keberadaan enceng gondok.
“Untuk sendal pariwisata harga nya Rp10 ribu sepasang, miniatur mobil Rp45 ribu , miniatur kapal phinisi Rp125 ribu, minitur kereta api Rp75 ribu, tempat tisu Rp25 ribu dan rumah adat toraja Rp45 ribu,” jelasnya.
Kepada penulis, ia mengaku mengumpulkan batang demi batang, dikeringkan di terik matahari selama seminggu lalu mencoba untuk berkreasi, dengan harapan dapat mengajarkan kepada warga sekitar kanal Borong.
“Tahap awal kreasi, memang agak sedikit susah, namun saya terus berkreasi, harapan saya saat itu adalah menghasil kan barang unik tanpa ada sisa hasil kreasi. Maka saya pilih kreasi kapal phinisi, mobil, kereta api, rumah tongkonan, tetapi untuk sendal, tempat tisu, dan lain lain,” ujarnya.
Dalam usahanya, ia juga melibatkan kaum perempuan yang tak lain adalah warga sekitar rumah. “Alhamdulillah, sebagian warga terkhusus kaum perempuan telah mampu pula berkreasi tanpa bimbingan saya lagi. Cuma satu hal yang membuat saya pusing, yaitu tidak tahu harus jual kemana dan apakah peminatnya ada,” keluhnya.(*)




×


Berawal dari Kejengkelan Hingga Berbuah Rezeki

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link

Tinggalkan komentar