pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Harus Bersaing Dengan Sablon Digital

JASA cetak grafis atau printing bukan lagi hanya dilakoni kaum pria, tetapi usaha ini-pun mulai digeluti kaum wanita. Wanita juga sudah mengerti usaha-usaha yang dikerjakan selama ini kaum pria yang memiliki prospek cerah. Seperti halnya usaha jasa cetak grafis yang dimiliki Faridha Maryam.

Laporan: ARDHITA ANGGRAENI

Menurut Faridha kepada penulis, usaha ini memberikan pendapatan yang cukup menjanjikan, bukan hanya dari segi penjualan hasil sablonnya, tetapi juga jasa mengajar penyablonan.
Perempuan berdarah Toraja-Makassar terus bercita-cita ingin menjadikan kaum muda Kota Makassar bisa bersaing dalam hal bisnis sablon. Apalagi diketahui perkembangan jasa sablon cukup menjanjikan, tidak salah jika banyak para pemuda pemudi yang ingin menjadi membuka usaha sablon.
Terbukti tempat kursus jasa sablonnya sudah banyak peminat dan bisa bertahan selama dua tahun ini.
“Kalau dibanding usaha percetakan lainnya, usaha sablon paling mudah dan tidak mengeluarkan modal banyak. Makanya banyak orang yang berminat untuk mempelajari sablon karena teknik sablon cukup mudah untuk dipelajari,” ungkapnya.
Selain jadi pemilik atau owner, perempuan kelahiran 21 September 1991 ini juga terjun langsung menggarap usaha penggajaran jasa sablon. Tentu, karena tangannya telah begitu lincah memainkan peralatan sablon secara manual.
Saat ini ia telah memiliki tiga pengajar lainnya yang tidak lain adalah teman-temannya sendiri sewaktu kuliah.
Sejak lima tahun belakangan ini Faridha menjadi pengajar perempuan satu-satunya dalam usaha sablon. Berkat dirinya, kini banyak perempuan yang tertarik di dunia penyablonan. “Mungkin karena melihat saya, akhirnya mereka panggil teman-teman ceweknya juga belajar disini. Kebanyakan yang belajar adalah perempuan yang telah selesai kuliah dan sudah kerja juga,” ucapnya.
Untuk membuka jasa mengajar sablon manual miliknya yang diberi nama Marga Sablon, Idha mengaku mengeluarkan kocek sebesar Rp20 Juta. Dengan modal sebesar itu, Idha sudah mampu menyewa tempat, membeli peralatan dan menggaji dua karyawan untuk membantu membuka usaha pertama kali.
“Tidak mahal karena kita ajarkan sablon manual beda sama auto. Kita juga harus pintar ajarkan ke murid soal trik bersaing sama sablon outo, karena pelanggan yang diutamakan itu hasil sablonnya menarik dan bagus tidaknya,” bebernya.
Tentu membuka usaha kursus sablon manual ada saja kendala yang dihadapi, menurut Idha, kita digempur oleh keberadaan sablon digital.
Setelah mampu mengembangkan kursus sablonnya, dirinya juga aktif di berbagai organisasi dan komunitas dari HIPMI Campus, IIBF, YOT, dan beberapa komunitas yang lain yang tidak lain juga untuk memperkenalkan usahanya di kalangan komunitas dan mahasiswa. (*)




×


Harus Bersaing Dengan Sablon Digital

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link

Tinggalkan komentar