GOWA, BKM — I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang resmi mendapat pengakuan sebagai pahlawan nasional. Predikat itu disandang putra Raja Tallo ke-6 ini ditandai diperolehnya penghargaan tertinggi kepahlawanan bernama Bintang Budaya Parama Dharma yang diserahkan langsung Presiden RI, Joko Widodo, di Istana Negara, Kamis (15/8).
Penghargaan itupun diwakilkan diterima Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sisila Karaeng Lembang Parang Raja Gowa ke-38 didampingi permaisurinya, Andi Hikmawati Andi Kumala Patta Umba. Karaeng Pattingalloang adalah bersaudara dengan Sultan Malikusaid, ayah dari Sultan Hasanuddin Daeng Mattawang (Raja Gowa ke-16).
Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sisila Karaeng Lembang Parang Raja Gowa ke-38 kepada Berita Kota Makassar, Kamis petang (15/8), melalui pesan WhatsAppnya membenarkan apa dan siapa sebenarnya Karaeng Pattingalloang ini yang juga adalah Perdana Menteri Kerajaan Gowa dan Raja Tallo dimasa lalu.
Menurut Andi Kumala Andi Idjo, Karaeng Pattingalloang adalah raja yang tersohor dibidang sains. Karaeng Pattingalloang itu suka ilmu sains karena rasa ketertarikan yang tinggi pada ilmu pengetahuan dari barat pada abad ke-17.
Sejumlah cendikiawan barat pun mengakui kecintaan Raja Tallo ini pada ilmu pengetahuan. Para cendekia mengaku sulit menemukan raja-raja di Nusantara yang punya karakter sama dengannya. Karaeng Pattingalloang adalah putra Raja Tallo ke-6. Dia lahir tahun 1600 dan bernama lengkap I Mangadacinna Daeng Sitaba Sultan Mahmud Syah. Karaeng Pattingalloang meninggal dunia ditahun 1654, putranya bernama Karaeng Karunrung yang dikenal anti-Belanda jadi penggantinya.
Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri dan penasihat utama Sultan Muhammad Said (1639-1653) yang masa pemerintahannya kurang lebih bertepatan masa keemasan kesultanan. Satu keunikan karakter Karaeng Pattingalloang, karena ternyata dia pun menguasai sejumlah bahasa. Selain penguasaan bahasa asing negeri latin, Pattingalloang yang juga dikenal dengan sebutan sang Priagung itu telah belajar bahasa latin, seperti Spanyol dan Portugis.
Tambah Andi Kumala Andi Idjo, penghargaan ini akan diserahkan kepada gubernur Sulsel dan kemudian dilanjutkan penyerahannya kepada bupati Gowa untuk nantinya disimpan di Museum Istana Balla Lompoa.
Terpisah, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan yang dimintai komentarnya soal penghargaan tersebut mengatakan, penghargaan itu adalah sebuah pengakuan dari negara yakni dari Presiden RI.
”Sebagai bupati dan sebagai orang Gowa saya sangat berbangga. Ini tentu menjadi motivasi bagi kita di Gowa. Karena Gowa mendapatkan pengakuan kepahlawanan lagi dari Presiden dan negara mengakuinya. Kita harap Gowa tetap menjadi contoh bagi daerah lainnya di Sulsel maupun luar Sulsel,” kata Adnan.
Adnan juga berharap setelah Karaeng Pattingaloang pemerintah kabupaten akan mengusulkan lagi karaeng lainnya untuk mendapatkan pengakuan negara. Tapi untuk mengusulkan itu tambah bupati, tentunya tidak sekadar mengusulkan tapi akan melihat dari track record masing-masing karaeng yang ada di Gowa.
”Setelah Karaeng Pattingaloang ini mendapat pengakuan sebagai pahlawan nasional maka kita (Gowa) telah memiliki tiga pahlawan nasional. Dua lainnya yakni Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke-16 dan Syekh Yusuf Al Makassari,” kata Adnan.
Terkait akan menambah nama pahlawan nasional asal Gowa, Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sisila Karaeng Lembang Parang, mengatakan, segera mempersiapkan nama baru lagi untuk diusul ke pusat sebagai pahlawan nasional. (sar/mir)
Karaeng Pattingalloang Jadi Pahlawan Nasional

×





