pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

”Sudah Terlalu Lama Kita Diam”

MAKASSAR, BKM — Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ramai-ramai turun ke jalan, Selasa (24/9). Mereka bersatu menyuarakan aspirasi. Mulai dari Unhas, UNM, UIM, Unismuh, UKIP, Unibos, serta kampus lainnya.
Aksi besar-besaran ini berlangsung setelah cukup lama mahasiswa diam atas segala kondisi dan persoalan negeri ini.
“Sudah terlalu lama kita diam. Sudah cukup kita diskusi. Kita muak. Sudah saatnya kita turun ke jalan. Karena kami sudah tidak sepakat lagi dengan berbagai perangkat undang-undang yang tidak pro rakyat,” cetus Andi Mattalatta, koordinator aksi mahasiswa dari Universitas Hasanuddin dalam orasinya.
Pukul 10.00 Wita, mahasiswa Unhas awalnya berkumpul dan menggelar aksi di Jalan Perintis Kemerdekaan, tepatnya di depan pintu masuk kampus. Setelah massa menyatu, mereka masuk ke dalam kampus dan berorasi di depan gedung rektorat.
Namun, karena beberapa unsur pimpinan kampus sedang di luar kota, mahasiswa bergerak menuju gedung DPRD Sulsel. Long march yang menyusuri Jalan Perintis Kemerdekaan dan Urip Sumohardjo menguasai separuh badan jalan.
Mereka menyuarakan penolakan atas revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKHUP).
”Selama ini mahasiswa percaya dengan segala kebijakan yang diambil pemerintah. Namun, saat ini apa yang dilakukan pemerintah dan DPRD sudah jauh melewati keinginan rakyat. Mereka tidak lagi berpihak terhadap kepentingan rakyat,” tandas Mattalatta.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas Arsunan Arsin, mengimbau agar mahasiswa yang berdemo tidak terprovokasi. Mereka diminta untuk tetap fokus dalam menyuarakan aspirasi secara tertib dan damai.
Kelompok mahasiswa dari Universitas Islam Makassar (UIM) juga bergerak dari kampusnya di Jalan Perintis Kemerdekaan. Titik tuju adalah gedung DPRD Sulsel.
Ada pula mahasiswa UMI yang bergerak dari kampusnya di Jalan Urip Sumohardjo. Juga mahasiswa Universitas Bosowa. Dalam waktu yang hampir bersamaan, massa mahasiswa UNM bergeser dari tempat berkumpul di Jalan Raya Pendidikan. Dengan menggunakan truk dan kendaraan lainnya, mereka menyatu dalam aksi di gedung DPRD Sulsel dan di bawah jembatan flyover.
Ketika pendemo beraksi di kantor wakil rakyat, tengah berlangsung pelantikan 83 anggota DPRD periode 2019-2024. Awalnya demo berlangsung tertib. Silih berganti mahasiswa menyampaikan orasi menyampaikan tuntutan, yang intinya menolak revisi UU KPK dan Rancangan KUHP. Sebaliknya, mendesak agar Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) segera disahkan.
Ada pula yang menyuarakan aspirasi menolak RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Minerba, RUU Perkelapasawitan, serta kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
Hanya saja, tidak ada wakil rakyat yang menemui mereka, massa kemudian melakukan pengrusakan. Pagar gedung DPRD Sulsel dirubuhkan.
Selain itu, karangan bunga ucapan selamat pelantikan juga dibakar oleh mahasiswa. Mereka juga membakar ban bekas di tengah jalan. Akses jalan pun macet total.

Bentrok

Massa kian banyak yang berdatangan. Bentrokan antara mahasiswa dan aparat kepolisian tak terhindarkan. Lemparan batu melayang ke arah aparat yang ada di dalam pelataran gedung dewan. Tak tinggal diam, petugas menembakkan gas air mata sebagai balasan. Water cannon juga dikerahkan menyemprotkan air guna memadamkan api yang semakin membesar.
Tembakan gas air mata dan lemparan batu balasan dari dalam pelataran gedung DPRD, membuat mahasiswa mencoba menyelamatkan diri. Mereka bertahan di area show room penjualan mobil bekas yang terletak di depan kantor DPRD.
Puluhan personel Raisa (Pengurai Massa) dan tim Sabhara bersenjata lengkap, membubarkan paksa ribuan mahasiswa yang berada di bawah dan di atas flyover.
Pelemparan batu juga ditujukan ke arah aparat kepolisian yang melakukan blokade jalan. Bahkan ada di antaranya yang melempar ke arah gedung Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulsel. Akibatnya, lima mobil pegawai kejati terkena lemparan baru. Satu mobil mengalami pecah kaca. Selain itu, puluhan motor yang terparkir di depan show room mobil mengalami kerusakan parah.
Seorang jurnalis terluka dalam peristiwa, kemarin. Muh Darwin Fatir dari LBKN Antara jadi sasaran pemukulan saat melakukan peliputan di depan gedung DPRD Sulsel. Seorang rekan Darwin bernama Ishak mengaku, penganiayaan terjadi ketika beberapa oknum polisi muncul dari lorong di samping show room mobil. Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Awal Bross untuk mendapatkan perawatan medis.
”Kami sedang meliput. Tiba-tiba ada yang menyerang dan melakukan pemukulan,” ujar Ishak.
Hingga malam tadi, sebanyak 159 mahasiswa diamankan polisi di bagian belakang gedung DPRD Sulsel. Selain itu, aparat bersenjata lengkap juga melakukan penyisiran ke dalam Masjid Jami’ Amirul Mukminin. Rumah ibadah ini berada di samping kantor DPRD Sulsel. Namun, tidak ada mahasiswa yang dibawa dari tempat ini. (ita-mat-ish/rus)




×


”Sudah Terlalu Lama Kita Diam”

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link

Tinggalkan komentar