GOWA, BKM — Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga negara yang mengurusi penyelenggaraan pemilihan umum, baik pilkada, pilgub, pileg, maupun pilpres. Perhelatan pesta demokrasi telah banyak dilaksanakan.
SEJAK kehadirannya, KPU telah menghasilkan ratusan pemimpin di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Juga legislator daerah, pusat hingga presiden. Namun tak dipungkiri, tetap saja ada suara sumbang terhadap eksistensinya.
Anggapan miring masyarakat itulah yang salah satunya mendorong Muhtar Muis untuk menjadi komisioner KPU Kabupaten Gowa. Ia ingin membuktikan bahwa penilaian tersebut tidaklah benar.
Lelaki yang akrab disapa Ute itu pun akhirnya menetapkan niatnya mendaftar sebagai anggota KPU. Berlatar belakang seorang jurnalis, ia dinyatakan lolos dan menjadi salah satu komisioner KPU Gowa di tahun 2013 silam. Bahkan, Ute kini dipercaya sebagai ketua.
”Saat saya liputan pilkada dulu-dulu, waktu itu saya masih jurnalis salah satu media di Makassar. Ternyata banyak yang mendiskreditkan lembaga KPU ini. Bahwa penyelenggara itu, khususnya di KPU, banyak sekali terjadi kecurangan. Bahkan diklaim sebagai ladang kecurangan. Karena itu, keinginan kuat untuk mencari tahu apa betul ada kecurangan itu. Saya kemudian mendaftar menjadi calon anggota KPU di tahun 2013,” ujarnya, Minggu (11/10).
Teman-temannya sesama jurnalis yang bertugas di Gowa kala itu pun memberinya dukungan penuh. Semakin bulatlah tekadnya untuk menjadi bagian dari lembaga penyelenggara pemilu.
Ayah dua putri, Ghania Ganiya Farzana Muhtar dan Afifa Alya Jalilah Muhtar buah cinta dari pernikahannya dengan Rusna Herawati yang juga seorang jurnalis, ini mengisahkan suka dan duka ketika berada di dalam lembaga KPU.
”Suka dukanya sangat sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pastinya, menjadi penyelenggara pemilu tentulah membuka wawasan saya. Setelah saya jalani, ternyata asumsi miring publik selama ini terjawab. Potensi terjadi kecurangan yang dapat dilakukan KPU itu sangat minim. Saya berani berkata demikian, sebab saya telah menjalaninya,” terangnya.
Bahkan, lanjutnya, dari waktu ke waktu pelaksanaan pemilihan kian tak ada celah untuk berbuat curang. ”Pengetahuan ini menjadi tantangan bagi saya dan rekan-rekan komisioner lainnya untuk meyakinkan masyarakat bahwa tidak ada kecurangan di KPU. Kami berusaha membuktikannya melalui penyelenggaraan pemilihan, baik pemilu maupun pilkada dengan berintegritas dan bekerja secara independen,” paparnya.
Yang pasti, tambah Muhtar Muis, menjadi penyelenggara itu membuka ruang pergaulan dan pengetahuan yang lebih luas. Termasuk pengenalan terhadap wilayah. Karena kerap KPU harus turun ke pelosok-pelosok desa untuk bersosialisasi atau memastikan proses tahapan pemilihan berjalan dengan baik di wilayah tersebut.
Walau begitu, Muhtar mengakui bahwa menjadi seorang ketua KPU ternyata memiliki beban kerja dan tantangan lebih besar. “Ketua harus memastikan semua tahapan di setiap divisi berjalan dengan baik. Bahkan ketua harus paling pertama hadir jika di kantor dan paling terakhir pulang untuk suksesnya penyelenggaraan kegiatan di kantor. Intinya, menjadi ketua, harus pintar menempatkan diri dan berusaha merangkul semua staf dari semua bagian agar tidak terjadi kesenjangan atau perselisihan. Serta harus tampil menjadi penengah jika ada bagian-bagian yang tidak berjalan beriringan,” tandasnya.
Meski sibuk dengan kerja-kerjanya sebagai komisioner, namun ada saja waktu lowong untuk istri dan dua putrinya. Bagi Ute, urusan keluarga selalu ada waktu disela kesibukannya yang segudang.
Pada tahun 2013 ketika terpilih sebagai komisioner KPU Gowa, nama Muhtar Muis tertera bersama empat komisioner lainnya. Masing-masing Nuzul Fitri Ns, Muhammad Basir, Muh Tasrif, dan Wasilah.
Muhtar Muis dan Nuzul Fitri merupakan dua petahana yang kemudian duduk kembali di periode 2018-2023 berdasarkan pengumuman Nomor: 603/PP.06-Pu/05/KPU/VI/2018 tentang Penetapan Anggota KPU Kabupaten/Kota tertanggal 24 Juni 2018. Dalam proses pemilihan unsur pimpinan, Muhtar Muis terpilih sebagai ketua.
Muhtar Muis lahir di Gowa, 6 Agustus 1978. Ia alumni Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia 1997-2002 Unhas.
Sebelum menjadi komisioner, Muhtar Muis adalah seorang jurnalis. Di tahun 2012 menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Harian Cakrawala. Lalu 2011–2012 jadi Pemimpin Redaksi Tabloid Info Panakkukang.
Sebelumnya, Muhtar Muis tercatat sebagai jurnalis Harian Tribun Timur pada 2003-2011. Di tahun 2002–2015 sebagai manajer/operator komputer Lintas Media Computer. Tahun 2002-2003 tercatat sebagai staf administrasi CV Pilar Sejati. Tahun 1998-2000 menjadi staf redaksi Majalah Mahasiswa Indonesia Suara Manurung.
Profesinya di dunia jurnalis ia imbangi dengan bergelut di dunia usaha. Muhtar sempat menjadi sekretaris umum BPC HIPMI Kabupaten Gowa 2013-2017. Di tahun 2017 juga dia menjadi ketua Brigade Donor Darah Sukarela Kemanusiaan Palang Merah Indonesia Kabupaten Gowa. Pada tahun 2003-2008, Ute menjadi pengurus BPD ARDIN Kabupaten Gowa 2003-2008, serta ketua umum Komunitas Pemuda Lambaselo 2003-2005. Bahkan pernah terjun ke dunia politik dengan menjadi ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) di tahun 1999-2001. (sar)