MAKASSAR, BKM — Pengurus Masjid Al Falah Blok I Perumnas Antang, Kelurahan Manggala, Kota Makassar memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, Sabtu (31/10). Hikmah maulid disampaikan ustaz Dr KH Amirullah Amri,MA.
Dalam ceramahnya, Amirullah Amri mengatakan Nabi Muhammad Saw lahir pada Senin tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan 20 April 571 Masehi.
Nabi Muhammad Saw lahir di Makkah tanpa ayah, karena ayahnya, yaitu Abdullah sudah wafat. Beberapa tahun setelah dirawat dengan ibunya Aminah, Nabi Muhammad Saw kemudian dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib. Aminah meninggal saat Muhammad berusia enam tahun.
Dikutip dari buku “Di Balik 7 Hari Besar Islam” karya Muhammad Sholikhin, disebutkan jika perayaan maulid Nabi bermula dari kekalahan umat Islam dalam perang Salib pada abad ke-13.
Oleh karena itu, Sultan Turki Utsmani, Shalahuddin al-Ayyubi mencari cara bagaimana membangkitkan semangat jihad di kalangan umat muslim.
Diperoleh suatu cara, yakni mereka harus diingatkan kembali dengan teladan semangat kejuangan Rasullah menegakan kalimat Allah. Maka diadakanlah sayembara penulisan kitab (buku) tentang sejarah hidup Rasullah.
Dari situ, dilihat darimana yang paling bagus dan memberi pengaruh psikis kuat pada masyarakat, itulah yang dianggap sebagai pemenangnya. Setelah diseleksi, ternyata kitab sirah Nabi yang paling memikat hati umat Islam kala itu.
Selain itu, sirah tersebut juga mampu membangkitkan semangat kejuangan umat Islam adalah kitab Maulid Syarif al-Anam, karya Syaikh Idris Al-Barzanji. Hasilnya, semangat jihad kembali muncul secara mengagumkan, dan umat Islam menang kembali membela hak agamanya. Termasuk memasukan kembali Yerusalem ke dalam pangkuan kaum muslimin.
Rasullah Muhammad Saw lahir di tengah masyarakat yang berada di puncak kebodohan nalar dan religiusitas, sehingga disebut era jahiliyyah (kebodohan), di mana kehadiran nabi adalah untuk membawa pencerahan kembali (aufklarung atau renaissance) bagi kemanusiaan universal.
”Soal adanya sekelompok orang yang menyebut peringatan maulid adalah bid’ah, hal itu hanya kerjaan orang-orang yang tidak mengerti akan dalil-dalil agama. Maulid merupakan bentuk masdhar mim dari fi’il madli walada yang berarti kelahiran. Sedangkan maulud merupakan bentuk isim maf’ul dari fii’il maldi walada yang berarti sesuatu yang dilahirkan. Sementara kata milad merupakan isim masdhar dari fii’il yang sama,” terang Amirullah.
Lalu kenapa menggunakan telur, apa dalilnya? Menurut Amirullah, soal telur tidak perlu dalil. Karena telur itu hanya syiar yang sifatnya pengumuman semata, kalau syariat itulah yang pakai dalil Al-Quran, hadits, qias, ijtima dan pendapat para ulama. Syariat itu urusan salat, puasa, zakat dan lainnya itu pakai dalil dan dalilnya jelas.
Olehnya itu, yang tidak mau maulid jangan menyalahkan yang maulid. Saling memahami dan menjaga ukhuwah Islamiah itulah ciri khas agama Islam, bukan saling menyalahkan.
”Banyak hal yang dilakukan oleh nabi tidak perlu dilakukan oleh kita. Sebut misalnya Nabi Muhammad melakukan ziarah kubur di sepertiga malam hingga masuk waktu subuh,” jelasnya.
”Jadi kita ikuti saja yang sesuai kemampuan. Nabi akhlaknya bagus, ikuti. Tidak dendam, ikuti, sopan, ikuti dan lainnya,” ujarnya. (ila)
Peringatan Maulid Nabi di Masjid Al Falah
