GELAR Ratu Cimol dari Banyumas memang pantas disematkan kepada Resika Caesaria. Pasalnya, dari keterampilannya mengolah resep cimol berbeda dengan yang dijual di tempat lainnya, telah membuat Cika, begitu perempuan murah senyum ini akrab disapa, mampu menghasilkan omzet Rp2 miliar per tahun dari usahanya sendiri. Sedangkan para mitranya yang berjumlah 400 sampai 600 orang yang mayoritas adalah pengangguran, masyarakat kurang mampu, dan masyarakat berpenghasilan rendah, mampu meraih omzet hingga Rp30 miliar per tahun.
Cika memulai bisnis cimol sejak dirinya baru duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat baru akan masuk SMA, bapaknya justru memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai sopir. Dia bisa memaklumi keputusan bapaknya untuk berhenti dari pekerjaannya. Karena saat itu bapaknya sudah memasuki lanjut usia (lansia). Sementara menjadi sopir di usia yang sudah tua, tentu sangat berisiko.
Tapi di sisi lain, Cika juga merasa membutuhkan biaya tidak sedikit untuk bisa tetap bersekolah ditingkat SMA. Dia sempat ragu untuk melanjutkan sekolahnya. Namun kakaknya mendorong agar dia tetap bersekolah. Bahkan, kakaknya bersedia menanggung biaya sekolahnya setiap bulan. Tapi untuk uang jajan dan kesehariannya, Cika disuruh berusaha mencarinya sendiri.
Kegagalan Membuatnya Tetap Semangat
Cika mulai memikirkan bisnis apa yang cocok untuk anak seusianya agar dia punya uang memenuhi kebutuhan hariannya. Kakaknya lalu memberikan boks roti. Berbekal boks itu, dia mulai menjual roti dan dititipkan di toko-toko yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Namun jualan roti ini tidak bertahan lama. Lalu dia mencoba menjual batagor. Kebetulan pamannya adalah seorang pembuat batagor yang sukses. Namun lagi-lagi jualan batagor ini tidak bisa bertahan lama. Karena kurang laku.
Meski sudah dua kali gagal, tapi keberanian dan semangatnya untuk memulai usaha tetap menggelora. Selain dukungan dari saudara, juga support dari orangtua. Bagi Cika, sangat tidak mungkin bisa merintis dan mencetuskan usaha diusia masih muda 16 tahun. Apalagi dengan jumlah modal seadanya Rp63.000.
”Jadi memang awal mulanya karena kepepet sih,” kata anak bungsu dari empat orang bersaudara ini tersenyum.
Cika merasakan tantangan yang dihadapi dari awal merintis usaha hingga sekarang yang sudah berjalan sekitar 15 tahun, semakin besar. Kalau dulu waktu SMA pikirannya, hanya bagaimana dagangannya jangan sampai tidak laku. Karena modalnya terbatas.
Sekarang tantangannya adalah bagaimana mengatur keuangan. Terutama untuk tidak mencampurkan antara keuangan pribadi dengan keuangan usaha. Harus ada latihan. Apalagi usahanya betul-betul dari nol. ”Makanya harus belajar membuat pembukuan keuangan. Dari beragam tantangan itu akhirnya saya dapat mengetahui kalau tantangan paling besar dari internal, yah dari SDM, manajemen, dan produk. Sedangkan eksternalnya, yaitu dari permintaan pasar,” tutur Cika saat menjadi pembicara pada M-Class sesi 5 yang digelar Yayasan Dian Sastrowardoyo bekerjasama Magnifique dan didukung Astra.
Bertukar Resep dengan Pedagang Cimol
Saat dirinya mulai mendirikan usaha ini, sangat berbeda dengan sekarang. Kalau sekarang, kata Cika, mau usaha apa saja misal makanan, itu kan tinggal cari saja di internet. Disitu kan banyak sekali resepnya. Kalau dulu, ketika mau memasak harus bertanya langsung kepada orang yang bisa. Dan kesulitan itu dirasakan betul oleh Cika.
Hingga suatu hari, dirinya bertemu dengan seorang pedagang cimol. Selanjutnya Cika bertukaran resep dengan pedagang cimol itu.
”Jadi saya dapat resep cimol, pedagang cimol itu mendapatkan resep batagor dari saya,” tuturnya.
Cika mulai membuat cimol berdasarkan resep yang didapatkan dari pedagang cimol itu dengan sedikit modifikasi. Cimol buatannya lalu dibawa ke sekolahnya. Ternyata respon teman-temannya sangat bagus. Apalagi cimol pada waktu itu menjadi makanan baru bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dan itu mulai dilakukan ditahun 2005. Namun sekarang sudah jauh berbeda. Perkembangannya sangat cepat. Pedagang cimol sudah banyak. Tapi itu tidak meluluhkan semangatnya untuk terus menggeluti bisnis cimol.
”Saya ingat sekali waktu itu, teman saya yang paling kaya bawa uang jajan Rp5.000. Nah saya, dari hasil jualan cimol di sekolah bisa dapat uang saku Rp20 ribu per hari,” tuturnya.
Terapkan ATM
Untuk berhasil dalam menjual makanan juga bergantung pada resep. Kalau di bisnis makanan itu, menurut Cika, kuncinya hanya dua, yaitu enak dan enak banget. Cika menuturkan, sebelum memutuskan menseriusi usaha cimol, sebenarnya dia tidak memasang target. Apalagi waktu itu dirinya masih SMA. Yang penting baginya bisa dapat uang saku, bisa bayar uang sekolah, dan bisa bantu-bantu orangtua.
Karena adanya support dari orangtua dan nalurinya mengatakan kalau berdagang cimol itu sudah jalannya. Dan dia merasa cocok. Apalagi produknya sudah bisa diterima masyarakat dan di teman-temannya. Permintaan atau ordernya waktu itu cukup tinggi. Dan dirinya terus melakukan inovasi di produk ini.
Menurut Cika, kunci saat akan memulai usaha, yah harus suka dengan usaha itu. Meski dirinya berdagang cimol, tapi saat berjalan-jalan dimana saja, kalau ada pedagang cimol, dirinya akan membeli cimol itu dan mencicipinya. Hal ini dilakukan untuk membandingkan rasa cimol yang diproduksinya dengan cimol yang dibelinya. Apa karakteristik dari cimol hasil produksinya yang bisa diunggulkan dibandingkan kompetitor lain.
”Sejatinya dalam berusaha kuliner itu harus ATM, yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi. Maksudnya, kita mengamati produk milik orang lain yang banyak dicari pembeli, selanjutnya kita tiru dan melakukan modofikasi. Sehingga produksi kita itu punya citarasa berbeda yang tidak akan dijumpai di tempat lainnya. Jadi saat ada orang bertanya mengapa kamu harus beli cimolnya Cika, maka itu bisa dijawab kalau keunggulan cimol saya itu di sini. Harus ada analisis swot atas produk jualan kita,” ujar Cika.
Dalam mensiasati modal yang pas-pasan pada waktu itu, dirinya sempat bingung antara mau beli bahan baku atau beli peralatan. Waktu itu dirinya memutuskan untuk menggunakan modal awalnya itu membeli bahan baku. Modal yang dimiliki saat itu tidak langsung dibelikan bahan baku semua. Kalau pun menstok bahan baku, bukanlah yang gampang expire atau kedaluarsa.
Selanjutnya, bahan yang sudah dibelinya dimulailah untuk memproduksi cimol. Cimol yang diproduksinya itu mendapat respon positif dari pasar. Dari penjualannya itu, dia mendapatkan keuntungan meski tidak terlalu besar.
Keuntungan yang diperolehnya itu kemudian dijadikan lagi sebagai tambahan modal. Cika hanya mengambil secukupnya. Dari hasil memutar keuntungan menjadi modal, dia kini melakukan perputaran modal sekitar dua miliar pertahun. Sedangkan di mitranya sebesar 30 miliar per tahun.
Dalam menjalankan bisnisnya ini, Cika juga tetap memikirkan untuk melakukan kegiatan sosial. Sehingga dari keuntungan 100 persen tiap bulannya, dirinya menggunakan 70 persen untuk pengembangan bisnis dan 30 persen untuk sosial.
Untuk sosialnya itu, cika melakukannya dengan memberi franchise gratis. Jadi franchise itu kan harus didaftarkan di HAKI dan lain lain, itu butuh biaya. Jadi para mitranya yang memang perlu dibantu akan digratiskan. Para mitra yang dibantu adalah mereka yang tergolong kurang mampu, pengangguran atau mereka yang berpenghasilan rendah dan di bawah UMR atau mereka yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Selain menggratiskan biaya franchise, Cika juga memberi bantuan gerobak, perlengkapan dan bahan baku diawal untuk jualan senilai Rp3 juta sampai Rp4 juta. Bahan yang diberikan kepada para mitra, bisa diretur. Selanjutnya bahan baku yang diretur itu diberikan kepada kalangan petani ikan secara gratis. Jadi dari hulu sampai ke hilir semuanya digratiskan.
Bangga Terima Penghargaan SATU Indonesia Awards
Terkait penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards yang diperoleh ditahun 2014 kategori kewirausahaan, itu berawal dari didaftarkan oleh seseorang. Dan dia tidak tahu sampai sekarang siapa sosok yang telah mendaftarkannya itu.
Bagi Cika, SATU Indonesia Awards dari Astra yang diperolehnya ini betul-betul sebagai sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan. Karena untuk mendapatkannya melalui proses begitu ketat. Selain calon penerimanya belum pernah mendapatkan penghargaan dari pihak manapun, juga harus melalui wawancara berkali-kali. Bahkan, pihak panitia melakukan investigasi dan klarifikasi kepada tetangga calon penerima tanpa diketahui calon penerima penghargaan.
”Dan saya baru tahu setahun setelah saya menerima penghargaan SATU Indonesia Awards ini kalau ternyata banyak tetangga saya diketok pintunya dan didatangi pihak panitia untuk menanyakan kebenaran usaha yang saya kelola,” aku Cika sembari tertawa.
Cika juga sangat mengapresiasi dan merasa sangat beruntung mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2014. Karena pihak Astra tetap memberi support yang berkelanjutan. Dan itu dirasakan dan dibuktikan Cika. Ketika sebelum menerima SATU Indonesia Awards jumlah mitranya hanya dikisaran 60 orang. Dan dalam tempo enam tahun setelah menerima penghargaan itu, jumlah mitranya berkembang cukup pesat hingga mencapai kisaran 400 sampai 600 mitra.
Selain mendapat dukungan publikasi dan promosi dari media yang menjadi mitra Astra, Cika juga mendapatkan bantuan dan dukungan pelatihan. Apalagi di antara sesama penerima penghargaan SATU Indonesia, tetap bisa saling berkomunikasi. Termasuk saling sharing di antara mereka.
Salah satu impact yang dirasakan Cika saat sebelum dan setelah menerima penghargaan SATU Indonesia Awards adalah dalam perekrutan calon mitra. Sebelumnya dia sampai menawarkan ke tetangganya untuk menjadi mitranya. Termasuk ditawari untuk disupport semuanya. Tapi sekarang, calon mitranya bahkan banyak yang masuk dalam daftar tunggu atau waiting list.
Sisihkan Keuntungan Untuk Pemberdayaan Mitra
Dalam menjalankan kemitraan, Cika lebih mendahulukan mereka yang membutuhkan bantuan. Karena memang dari awal merintis usaha cimol ini adalah untuk dapat membantu meningkatkan kehidupan dan pendapatan masyarakat.
”Jadi awalnya itu saya hanya berpikir bagaimana bisa bikin gerobak dan bisa tetap kuliah. Tapi saya lalu berpikir, saya saja bisa tertolong dari jualan cimol ini. Kenapa tidak saya membantu orang lain untuk bisa berjualan seperti saya,’ tutur Cika bersemangat.
Bagi Cika, bisnis besar itu sangat banyak. Namun bisnis yang bisa membesarkan itu tidak banyak. Bisnis untuk mendapatkan keuntungan itu harus. Dan memang berbisnis itu harus untung. Namun berbisnis untuk bisa saling berbagi keuntungan, itu juga tidak banyak.
Dengan program membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, sehingga mereka awalnya adalah pengangguran atau tidak berpenghasilan, atau mereka yang berpenghasilan rendah, akhirnya menjadi bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Ini memberi dampak cukup besar.
Cika sendiri hanya mengambil keuntungan dari pembelian bahan baku para mitranya. Jadi semakin banyak membina mitra maka otomatis bisnis dan keuntungannya semakin besar. Dan keuntungan 30 persennya kembali digunakan untuk pemberdayaan.
Dalam melakukan kemitraan, Cika tetap melakukan pembinaan. Misal bagaimana untuk membedakan dan memisahkan antara uang usaha dengan uang pribadi. Juga bagaimana melakukan strategi pemasaran.
Namun dalam melakukan pembinaan Cika merasa sangat kesulitan saat harus melakukannya secara online dimasa pandemi Covid-19. Karena kebanyakan mitranya dari golongan masyarakat menengah ke bawah. Dengan menggunakan aplikasi Whatsapp atau WA saja banyak di antara mereka yang tidak punya. Mereka hanya familiar dengan SMS atau telepon langsung.
Untuk melakukan pembinaan secara langsung, Cika biasanya melakukan per desa. Yakni dengan mengumpulkan para mitranya di suatu tempat di desa tersebut.
Dalam melakoni bisnis cimol ini, Cika tidak terlalu memikirkan hambatannya. Tapi cukup dijalani saja. ”Jalan di jalanan datar saja bisa tersandung. Bisa terjatuh. Apalagi kalau berbisnis. Kalau selalu memunculkan ketakutan-ketakutan itu tidak akan membuat diri kita jadi maju. Ketika akan melakukan sesuatu, pastikan dulu sesuatunya itu bisa bermanfaat atau tidak. Itu baik apa tidak bagi diri kita atau untuk orang lain. Kalau bermanfaat dan bernilai positif, itu pasti akan dimudahkan oleh Allah,” katanya.
Pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19 telah memberi dampak cukup signifikan terhadap usaha yang dirintisnya sejak 15 tahun lalu. Diawal Covid-19 ini muncul dibulan Maret, omzetnya anjlok hingga 80 persen. Tapi beberapa bulan berjalan, omzetnya kembali bergerak naik. Bahkan, kenaikannya mencapai 100 persen dari sebelum terjadinya pandemi Corona. (amiruddin nur)
Resika Caesaria dengan backdrop usaha cimolnya