BONE, BKM — Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan terus berupaya meningkatkan pengetahuan remaja terkait informasi kesehatan reproduksi dan perencanaan kehidupan berkeluarga. Khususnya bagi mereka yang tergabung dalam Kelompok Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) dan Kader Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) yang ada di Kabupaten Bone.
BKKBN Sulsel melaksanakan kegiatan Pendampingan Pelaksanaan Edukasi Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) di PIK-R dan BKR bagi mereka. Acara ini berlangsung di Aula Pertemuan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Bone, Kamis (8/4).
Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Dra Hj Andi Ritamariani,MPd yang membuka acara ini, mengatakan bahwa untuk pembangunan ketahanan remaja, pada tahun tahun 2021 pihaknya menargetkan melakukan penguatan peran PIK Remaja dan BKR dalam kegiatan edukasi kesehatan reproduksi dan gizi. Khususnya terhadap remaja putri sebagai calon ibu di 1.623 kelompok. Terdiri dari 997 PIK Remaja dan 626 BKR yang tersebar di 24 kabupaten/kota. Khusus Kabupaten Bone memiliki target 114 PIK-R dan 88 BKR.
Dijelaskan pula, peningkatan kualitas dan karakter remaja ini merupakan upaya BKKBN dalam mendukung agenda pembangunan nasional, terutama agenda Ketiga, yaitu meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing. Juga agenda keempat revolusi mental dan pembangunan kebudayaan yang menitikberatkan pada pembangunan karakter.
Andi Rita menambahkan, edukasi PKBR sangat penting dilaksanakan guna menciptakan keluarga berkualitas. Setiap remaja perlu memiliki perencanaan kehidupan berkeluarga secara matang, mengingat kasus perceraian tertinggi terjadi pada remaja yang menikah di usia muda, yang disebabkan ketidaksiapan dalam menjalani kehidupan pasca perkawinan.
Selain itu, disebutkan kasus stunting banyak terjadi pada remaja yang menikah di usia dini. Hal ini disebabkan perempuan usia remaja belum matang secara fisik dan psikologis, serta belum memiliki pengetahuan yang cukup terkait kehamilan dan pola asuh anak secara baik dan benar. Di samping itu, remaja di usia muda masih membutuhkan gizi untuk pertumbuhan hingga usia 21 tahun, sehingga ketika mereka menikah dan hamil, tubuh ibu akan berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya.
Lebih lanjut, Andi Rita menjelaskan jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting. Pada wanita hamil di bawah usia 20 tahun, organ reproduksinya belum matang. Organ rahim belum terbentuk sempurna sehingga berisiko tinggi mengganggu perkembangan janin dan bisa menyebabkan keguguran.
Diakui Andi Rita, masalah stunting bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk ditangani, namun sangat kompleks karena meliputi berbagai sektor, baik dari segi budaya, kesehatan, sosial maupun ekonomi. Karena itu dibutuhkan kerja sama lintas sektor dalam penanganan stunting.
“Untuk menekan angka stunting perlu dilakukan dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dengan memberikan edukasi pola asuh anak dan gizi, serta penyiapan kehidupan remaja sebelum berkeluarga, khususnya remaja putri,” ungkap Andi Rita.
Dijelaskan pula bahwa saat ini BKKBN memiliki tugas baru dari presiden. Lembaga ini secara langsung ditunjuk sebagai koordinator percepatan penurunan angka stunting yang secara berjenjang akan dimulai dari pusat hingga ke kabupaten/kota.
Dengan adanya pertemuan ini diharapkan para remaja sebagai calon orangtua mengerti dan mengetahui bagaimana menyiapkan kehidupan keluarga mereka kelak. Hal itu mengingat kesiapan berkeluarga merupakan salah satu kunci terbangunnya ketahanan keluarga yang diharapkan mampu melahirkan generasi yang berkualitas.
Di akhir arahannya, Andi Rita mengingatkan seluruh peserta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19 dengan menjaga jarak, menggunakan masker dan rajin mencuci tangan sabun atau hand sanitizer.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Bone Hj Nurliya,SE,MSi, menyebutkan jumlah peserta dalam kegiatan ini sebanyak 30 orang. Terdiri dari 11 orang anggota PIK-R yang menjadi lokus Pro-PN, 11 orang kader BKR, lima orang penyuluh KB dan tiga orang dari DPPKB Kabupaten Bone.
“Dalam kegiatan ini, panitia menghadirkan sejumlah narasumber dari OPD KB, Dinas Kesehatan dan Departemen Agama yang akan memberikan informasi terkait perencanaan kehidupan berkeluarga kepada peserta,” ujar Nurliya. (rls)
BKKBN Sulsel Edukasi PKBR untuk Cegah Stunting
