WAHANA rekreasi alam terus bertambah di Kabupaten Gowa. Kebun binatang Citra Wahana Celebes hadir sebagai pilihan. Lokasinya terletak di Dusun Borongrappo, Desa Sokkolia, Kecamatan Bontomarannu.
TEMPAT ini tak jauh dari poros jalan raya Malino, Dusun Lantebung, Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu. Untuk mencapai kebun binatang ini tidaklah sulit. Berjarak kurang lebih 500 meter di belakang kompleks sebuah perusahaan produsen makanan, jalanan ke lokasi sangat mulus karena sudah dibeton.
Sesaat memasuki kebun binatang ini, pengunjung disambut sebuah kandang besar berjeruji besi. Di dalamnya berisi burung merak dengan motif ekor yang sangat indah. Warna bulunya kebiruan, sungguh menawan dan sedap dipandang mata.
Begitu masuk melewati musalah dalam kompleks, sebuah pavilyun rumah kayu dengan hamparan taman tertata rapi. Disamping kanan jalan masuk berjejer kandang burung kakatua putih dan hitam. Sesekali mereka menyapa dengan kata; assalamualaikum. Disusul dengan kata; cewek.
Melintasi rumah panggung kayu yang merupakan tempat istrahat sekaligus resto mini ini, berjejer kandang burung sejenis nuri aneka jenis. Kemudian kita akan mendapati burung merak putih yang sungguh menawan, sangat anggun dengan jambul di kepala seperti putik bunga.
Menyusuri jalan setapak yang sudah tertata, ada kolam ikan koi yang ukurannya sudah besar. Bahkan ada sebesar betis orang dewasa. Warnanya begitu memesona dengan dominan oranye. Di samping kolam ikan ini hamparan tanah dikelilingi pagar besi, penghuninya adalah belasan rusa yang kadang berlari lincah. Mereka juga langsung berkumpul ketika ada pengunjung yang mencoba memberinya makanan.
Tak hanya itu, pengunjung jauh mengitari area belakang kebun binatang yang luasnya sekitar 6 hektare. Di sana ada aneka spesis kera. Bahkan binatang langka Sulawesi, yakni Anoa juga ada. Berbagai jenis ikan langka asal Afrika juga ada. Aermasuk aligator. Ada pula ayam, namun bukan ayam lokal tapi berasal dari Afrika yang sangat liar. Nyaris sangat sulit untuk diajak berinteraksi.
Mukhlis sebagai owner kebun binatang ini mengaku, jika menghitung biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan kawasan ini, kemungkinan nilainya sudah mencapai satu triliunan lebih. Untungnya, saat membeli lahan kosong atau tanah tersebut, dia hanya mengeluarkan Rp20.000 per meter. Dibanding sekarang, nilai tanah di sekitar kawasan miliknya sudah seharga Rp1 juta per meter.
“Tempat ini terbangun dua tahun lalu. Sedikit demi sedikit saya bangun dan tata hingga seperti ini hasilnya. Dulu saya sempat terima pengunjung dengan mengenakan biaya kebersihan sekaligus tarif masuk hanya Rp20.000 per orang. Tapi sejak pandemi covid19 kami tidak menerima pengunjung. Ada sih kami terima, tapi itu sifatnya hanya kepada internal keluarga kami saja untuk sekadar refreshing hari libur. Kami gratiskan biaya masuk. Sampai sekarang kami belum launching tempat ini karena pandemi,” tutur Mukhlis.
Diakuinya menjadi pemilik kebun bintang ini tegrolong bawaannya. Selain harus menjaga kelangsungan hidup binatang yang dipelihara juga, ketersediaan stok pakannya yang menguras keuangan. Termasuk untuk menggaji puluhan orang keryawan. Menurut Mukhlis, pihaknya harus menggelontorkan biaya sebesar Rp60 juta per bulan hanya untuk anggaran pakan semua binatang yang ada dipeliharanya.
“Pakan biayanya Rp60 juta per bulan. Makanan yang harus disediakan seperti jagung, ketapang, pepaya, pisang, rumput, dan daging. Itu semua harus terpenuhi mulai untuk pakan burung, ayam, anoa, rusa, ikan, hingga buaya, aligator dan kera. Semua binatang yang kami pelihara, baik yang lokal, apalagi yang impor diawasi oleh pihak balai. Jadi kalau ada yang mati, wajib dilaporkan ke balai hewan,” jelasnya.
Ia menyebut, burung merak peliharaannya ada tiga macam. Ada pula ayam brahma dari India, ayam hutan Amerika. Inilah ayam impor yang sangat liar. Ayam ini terbang dari pohon ke pohon seperti burung dan bertelur di mana saja.
”Ada juga burung Kakatua Raja. Pernah lepas tapi kembali lagi ke sarangnya bahkan nyaris ditembak warga di luar sana. Ada juga burung Macau dari Cina. Harganya, wah..mahal sekali. Rp150 juta satu pasang,” papar Mukhlis yang berlatar seorang jurnalis ini. (sar)