MAKASSAR, BKM — Sebanyak sembilan daerah di Provinsi Sulawesi Selatan saat ini masuk zona merah penyebaran covid-19 atau risiko penyebaran tinggi. Jumlah tersebut meluas, sebab sebelumnya hanya lima daerah yang berstatus zona merah.
Kesembilan daerah berstatus zona merah itu adalah Tana Toraja, Takalar, Makassar, Palopo, Enrekang, Pangkep, Gowa, Luwu Timur, dan Parepare. Selebihnya berstatus zona oranye. Tak ada lagi zona kuning, apalagi zona hijau.
Menanggapi hal ini, epidemiolog Universitas Hasanuddin Prof Ridwan Amiruddin, mengatakan meluasnya zona merah tersebut tidak terlepas dari angka kasus yang masih tinggi, respons yang terbatas dari pemerintah dan varian baru covid-19 yang semakin ganas.
“Ini akan menyebabkan kasus bertumbuh dengan sangat tajam,” kata Ridwan, Rabu (11/8).
Menurut data Satgas Covid-19 Sulsel per 8 Agustus 2021, total kasus terkonfirmasi positif telah mencapai 91.357 dengan penambahan kasus harian sebanyak 735 kasus. Jumlah tersebut cenderung menurun karena kasus sempat menembus lebih dari 1.000 kasus.
Kasus aktif saat ini mencapai 13.003 kasus. Namun pasien yang sembuh cukup tinggi dengan 726 orang. Totalnya mencapai 76.816 orang.
Sayangnya, kasus meninggal dunia tetap tinggi walau ada tren penurunan. Totalnya kini mencapai 1.534 orang.
“Kalau ini dibiarkan terus maka akan fatal. Kasus bertambah, rumah sakit akan penuh kemudian kematian akan meningkat, sehingga semua kondisinya akan menyedihkan,” kata Ridwan.
Dijelaskan Ridwan, peningkatan kasus covid-19 di Sulsel karena masuknya varian delta. Ironisnya, varian ini disebut lebih ganas dari varian sebelumnya karena menyebar lebih cepat dan gejala yang lebih parah.
”Varian delta dan turunannya menggila. Kalau dibiarkan situasi ini akan sangat buruk ini,” ujarnya.
Namun di tengah kondisi yang tidak menentu ini, pemerintah justru dianggap kurang responsif. Belum lagi protokol kesehatan yang tidak ketat. Masyarakat bisa dengan mudahnya berkerumun, bahkan masih ada yang tidak memakai masker.
“Inilah tanggung jawab pemerintah bagaimana menyelamatkan kondisinya agar mengeluarkan dari kondisi ini,” tandas Ridwan.
Kelanjutan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang sejatinya membatasi aktivitas masyarakat justru dinilai belum mampu menahan laju pertumbuhan kasus covid-19.
“Responsnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang greget. Orang bekerja, tetap. Orang ke mana-mana, masih ramai kota ini,” katanya.
Untuk itu, pemerintah diharapkan lebih responsif menanggapi peningkatan kasus. Salah satunya dengan menggenjot vaksinasi.
“Pemerintah sekarang kan lagi menggenjot vaksin. Hanya saja banyak daerah yang melaksanakan vaksin tapi stoknya yang terhambat,” terangnya.
Pasien Dipulangkan
Hingga Selasa (10/8), sebanyak 43 pasien isolasi apung terpadu di KM Umsini diizinkan pulang.
Dari total 116 pasien, sebelumnya telah ada 18 orang yang dipulangkan pada gelombang pertama.
Mereka yang pulang adalah pasien lanjutan yang sebelumnya telah melakukan isolasi di darat. Sehingga tersisa 98 orang pasien di KM Umsini.
Pemkot Makassar kembali melakukan tes PCR kepada 50 orang pada Senin (9/8). Hasilnya, 36 orang negatif, 14 lainnya positif.
Dari 14 yang positif, tujuh orang tanpa gejala dan telah melakukan isolasi selama 10 hari dinyatakan bisa pulang berdasarkan rekomendasi tim dokter. Sementara yang masih bergejala dan belum 10 hari isolasi diminta tetap tinggal.
“Sehingga total yang pulang hari ini dari 98 orang pasien di KM Umsini adalah 43 orang,” kata Tim Dokter KM Umsini dr Udin Shaputra Malik.
Ia melanjutkan, pihak isolasi apung terus berkoordinasi dengan puskesmas di Kota Makassar untuk membantu pasien yang ingin melakukan isolasi di KM Umsini.
“Kepada warga yang mengalami gejala kami minta segera melaporkan diri ke puskesmas untuk dilakukan tes. Sehingga Pemkot Makassar bisa memutus mata rantai covid-19,” imbuhnya.
Sementara itu, juru bicara Makassar Recover Henni Handayani mengatakan, pasien yang pulang akan diberikan surat keterangan isolasi dan sertifikat dari Dinas Kesehatan. Saat ini, pasien yang masih menjalani isolasi mandiri di KM Umsini sebanyak 55 orang.
Henni menambahkan, jumlah pasien sembuh yang dibolehkan pulang adalah kontribusi nyata membantu warga melakukan isolasi.
“Tim isolasi apung berupaya memberikan pelayanan maksimal sesuai dengan prosedur kesehatan sehingga pasien bisa menjalani isolasi dengan baik,” kata Henni.
72 Pasien FIT Dipulangkan
Sebanyak 50 persen pasien yang ditangani di Fasilitas Isolasi Terintegrasi (FIT) di Asrama Haji Sudiang dinyatakan sembuh. Totalnya sebanyak 72 pasien yang telah pulang dan dinyatakan sembuh atau negatif covid-19.
FIT merupakan rumah sakit darurat (rumah sakit lapangan) yang dibawahi oleh Rumah Sakit Provinsi Sulsel. Diperuntukkan bagi pasien covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan, yang bisa berasal dari seluruh kabupaten/kota di Sulsel maupun dari provinsi lain yang kebetulan berada di Sulsel. Pasien berada di bawah pengawasan dokter spesialis dari RS provinsi sebagai rumah sakit induk.
Terkhusus FIT di Asrama Haji, menjadi tanggung jawab dari RS Labuang Baji. Kehadiran layanan ini merupakan inisiasi Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. Bahkan tempat isolasi ini disediakan gratis dengan kerja sama Kementerian Agama.
Direktur Utama Rumah Sakit (RS) Labuang Baji dr Haris Nawawi, menyebutka bahwa hingga 10 Agustus 2021, total pasien yang masuk sebanyak 145 pasien. 50 persen di antaranya atau 72 pasien telah dinyatakan sembuh.
“Di antaranya pasien sekarang (menjalani isolasi) sebanyak 66 orang. Pasien yang pulang sembuh (selesai isllasi) sebanyak 72 orang. Ada juga pasien yang dipindahkan ke RS Labuang Baji,” ujarnya, Rabu (11/8).
Adapun pasien yang menjalani isolasi, kata dia, berasal dari berbagai daerah. “Ada dari kabupaten/kota, seperti dari Pangkep. Ada juga dari Jakarta yang berada di Sulsel itu isolasi di FIT,” ungkapnya.
Haris menegaskan, bahwa untuk menjalani isolasi di FIT terbuka untuk umum. Alur penerimaan pasien bisa melalui mandiri, rujukan rumah sakit/puskesmas, melalui call center/website telemedicine hallo dokter.
“Sesuai arahan dari Bapak Plt Gubernur, syaratnya hanya memperlihatkan hasil PCR positif covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan. Kita terima. Untuk surat keterangan nanti kami yang bantu follow up di Puskesmas,” jelasnya.
(rhm-jun)