ENREKANG, BKM — Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulsel- Kementrian Pertanian RI melalui Dirjen PPHTP Direktorat Pengelohan dan Pemasaran Hasil Tanaman melaksanakan kegiatan Peluang Usaha Ekspor dan atau Subtitusi Impor Produk Tanaman Pangan melalui penandatanganan MoU antara 45 Kelmpok Tani Petani Kedelai dengan tiga Perwakilan Pengrajin Tempe / Tahu Kabupaten Enrekang di Anjungan Sungai Mata Allo Selasa, (7/6) kemarin.
Sekdis Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulsel Muhlis Mori menyampaikan kedelai menjadi perhatian pemerintah karena mayoritas kebutuhan kedelai masih diimpor
“Hal ini menjadi perhatian pemerintah karena sampai saat ini sekitar 76 persen dari kebutuhan kedelai kita masih diimpor, produksi secara nasional masih 2 juta ton sedangkan kebutuhan kedelai skala nasional 240 juta ton artinya baru 24 persen terpenuhi kebutuhannya”ucapnya
Dia menyampaikan dengan adanya MoU antara Petani Kedelai dan pengrajin tempe / tahu artinya ada jaminan pasar dengan ketetapan harga yang kemudian didorong dengan stimulan sarana dan prasarana oleh Kementan RI
“Ini adalah salah upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjadikan semua komoditas impor ada subtitusi impornya, artinya mengurangi import dengan menutupi import,”jelasnya.
Sub. Kord. Pemasaran dan Promosi Dirjen Tanaman Pangan Kementan Maretsum Simanullang menambahkan dalam dua tahun terakhir terjadi dinamika dalam harga kebutuhan pangan dengan menjeritnya pengrajin tempe diseluruh indonesia karena melonjaknya harga kedelai
“Saat ini harga kedelai dan jagung kejar-kejaran, jadi Pak Mentan mengerahkan ada semacam kemitraan yang dibangun kalau dipusat namanya Kopti Pusat sedangkan di daerah namanya koperasi tahu tempe melalui perjanjian untuk menyerap hasil dari petani”ucapnya
Selain pengrajin tempe/ tahu, petani kedelai juga tertekan karena dihadapkan dengan tempe luar negeri yang jauh dari segi kualitasnya
“Petani juga lebih tertekan karena dihadapkan tempe luar negeri yang punya kualitas tinggi, akan tetapi dari segi kesehatan kedelai kita masih dapat bersaing karena kedelai kita masih asli sedangkan tempe luar itu GMO ( Organisme termodifikasi secara genetika ) sehingga hal tersebut mejadi tantangan untuk kita bagaimana meningkatkan produktifitas petani”tegasnya
Sekkab Enrekang H Baba menyampaikan tentang potensi daerahnya dalam pengembangan kedelai yang baru dimulai sejak tahun lalu dengan mengutip penyampaian Sekdis Pertanian yang menyebutkan rata-rata 1 ton/hektar
“Dalam pengembangan kedelai baru tahun kemarin kami mulai menanam kedelai, Alhamdulilah, dalam satu hekar dapat menghasilan 2 ton/hektar, sudah sangat wajar enrekang menjadi perhatian penuh dari pemerintah provinsi dalam pegembangan kedelai (her/C)