JANGAN pernah memandang sebelah mata mereka yang terjun di dunia entertain. Sebab bisa jadi, prestasi yang diraihnya menjadi salah satu jalan menuju kesuksesan.
PESAN itu disampaikan Mutmainnah. Cewek berprestasi yang kini menjadi karyawati di sebuah bank BUMN itu membuktikan sendiri apa yang diucapkannya. Pencapaiannya sebagai finalis Putri Indonesia Sulbar 2019, menjadi salah pertimbangan penting hingga dirinya diterima bekerja.
”Waktu itu setelah menjalani karantina di Jakarta untuk pemilihan Putri Indonesia 2019, saya balik ke Makassar. Saya belum punya pekerjaan. Selisih satu minggu di Makassar, saya dikabari bahwa BRI mencari sosok peresmpuan yang inspiratif untuk bisa menjadi protokoler. Saya kemudian mendaftar dan akhirnya diterima. Selain karena rezeki, saya percaya perusahaan menerima saya karena ada prestasi,” ujar Iin, sapaan akrab Mutmainnah ketika wawancara untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Dalam wawancara yang dilakukan di dekat swimming pool Hotel Dalton Makassar, Iin yang lahir di Makassar menjelaskan kenapa sampai dirinya terpilih mewakili Provinsi Sulbar di ajang pemilihan Putri Indonesia kala itu. ”Keluarga saya ada di Sulbar. Saudara papa saya di Polman,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa untuk menjadi perwakilan Putri Indonesia dari salah satu provinsi tidak mesti lahir dan besar di daerah tersebut. Bisa jadi karena berdomisili, bekerja, atau kuliah di sana. ”Atau ada keturunan atau ada saudaranya keluarha kita. Itu memenuhi syarta yang ditetapkan oleh pelaksana,” imbuhnya.
Iin juga berkisah tentang awal mula terjun di dunia entertain. Kata dia, semuanya dimulai dari iseng-iseng ikut ajang lomba. Ketika itu di tahun 2012. Usianya masih 18 tahun.
”Miss Selebriti yang pertama kali saya ikuti. Pesertanya ada 400 orang lebih. Bergabung mereka dari sanggar-sangar yang ada. Bahkan ada peserta yang sudah profesional di bidang model. Walaupun bukan rezekinyua mewakili Sulsel, saya heran bisa lolos 10 besar. Sejak saat itu saya merasa ada potensi dalam diri saya yang bisa diasah. Setelah itu ikut-ikut lomba terus. Apalagi kalau juara, dapat cuan,” katanya sambil tertawa lepas.
Bagaimana respons orang tua ketika itu? Menurut Iin, awalnya mereka tidak mendukung. Hal itu dikarenakan mereka belum paham tentang dunia entertain seperti apa. Ada-ada saja di pikiran mereka. ”Semuanya bergantung dari diri kita sendiri bagaimana meyakinkan mereka, bahwa yang kita lakukan itu merupakan hal positif dan bisa menjadikan kita lebih baik lagi ke depannya,” terang Iin.
Ia mengakui bahwa untuk bisa menjadi finalis Putri Indonesia butuh perjuangan. Iin bahkan harus tiga kali ikut baru bisa mengukir prestasi. Dimulai pada tahun 2013 ia mendaftar, namun gagal. Demikian pula di tahun 2015. Barulah di tahun 2019 hasilnya bisa dirasakan oleh Iin.
Untuk itu, ia berpesan kepada mereka yang ingin menjadi Putri Indonesia, jangan pernah berhenti saat gagal. Cari tahu kekurangannya di mana.
”Ketika gagal di 2013 saya kemudian mencari kelemahan dan berusaha memperbaiki diri. Begitu pula di tahun 2015. Karena batas usia 26 tahun, waktu itu saya masih bisa. Ketika mendaftar di 2019 saya sudah punya target. Kalau lolos menjadi finalis, Alhamdulillah. Kalau tidak, mungkin bukan jalannya di situ. Apalagi ini sudah ketiga kalinya. Ternyata akhirnya lolos,” jelas Iin.
Walau sudah berkarir di dunia perbankan, Iin tetap menggeluti dunia entertain. Jika dulunya fashion dan modeling, kini ia lebih banyak menjadi MC (maste of ceremony). Bagianya, skill dan kelebihan yang ada dalam diri harus berani ditunjukkan. Bagus tidaknya, ia biasa meminta pendapat dari orang lain.
”Untuk saat ini masih terima job MC. Waktunya menyesuaikan dengan pekerjaan di kantor. Biasanya dapatnya di weekend. Sementara kantor Senin sampai Jumat,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk menjadi seorang Putri Indonesia bukan hanya cantik. Tapi juga bagaimana bisa menjadi inspirasi bagi kaum wanita. Bisa menjadi seorang pemimpin.
Ditanya tentang cita-citanya waktu kecil, Iin ternyata mau menjadi seorang guru. Hal itu karena ia senang mengajar dan suka anak kecil. (*/rus)
