LOKASI kedua yang dikunjungi rombongan jurnalis Makassar adalah Pulau Komodo. Sesuai namanya, di pulau ini hidup hewan reptil endemik komodo yang menjadi salah satu hewan dilindungi karena terancam kepunahan.
Sebenarnya, selain Pulau Komodo, ada dua pulau lagi yang jadi habitat reptil melata ini. Yakni Pulau Rinca dan Pulau Padar. Namun, khusus di Pulau Padar, tak ada lagi komodo pascakebakaran besar yang terjadi tahun 1980.
Dengan menggunakan kapal Phinisi, waktu yang dibutuhkan untuk ke Pulau Komodo dengan titik start di Pulau Padar adalah dua jam. Berbeda dengan Pulau Padar yang berbukit-bukit, kontur atau struktur tanah Pulau Komodo lebih rata.
Selain komodo, di pulau tersebut juga hidup sejumlah satwa seperti ular detik, rusa, hingga aneka jenis burung. Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo tidak diperkenankan untuk jalan sendiri karena dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Mengingat komodo termasuk karnivora yang cukup buas. Selain itu, air liur komodo sangat berbahaya juga tersentuh oleh kulit karena mengandung racun.
Untuk mengeksplore pulau sekaligus melihat habitat serta hewan reptil tersebut dari dekat, pengunjung harus didampingi oleh pemandu yang disebut ranger. Dalam bertugas, para ranger ini selalu membawa kayu panjang yang ujungnya bercabang. Kayu tersebut bisa digunakan untuk menghalau komodo jika berusaha mendekat ke wisatawan.
Menurut ranger yang mengawal perjalanan kami, Rano, memasuki kawasan Pulau Komodo, kita harus berhati-hati. Tidak boleh berteriak-teriak dan berlari. ”Karena itu bisa mengusik ekosistem. Komodo juga merasa terganggu,” ungkapnya.
Sementara, kata Rano, untuk wanita yang sedang datang bulan, disarankan untuk menjaga jarak aman dengan hewan melata tersebut dan berada di tengah-tengah rombongan, karena penciumannya cukup sensitif terhadap bau darah.
Belum lama rombongan menyusuri pulau, beberapa komodo berukuran kecil dan sedang ditemukan. Beberapa pengunjung langsung mengabadikan momen tersebut.
Sayangnya, menurut para ranger, saat para jurnalis berkunjung ke pulau tersebut, saat musim kawin para komodo. Sehingga tidak banyak yang terlihat. Apalagi komodo yang berukuran besar.
Bukan hanya komodo, keindahan panorama pulau tersebut juga menarik hati para wisatawan. Pantainya yang bersih ditambah dengan pasir putih yang menggoda.
Namun sayang, waktu yang diberikan untuk berada di sana hanya sekitar satu jam lebih. Sehingga tidak banyak spot yang bisa dikunjungi.
Di Pulau Komodo, ada juga outlet oleh-oleh yang rerata dikelola penduduk lokal. Namun ada juga pendatang yang sudah lama bermukim di kawasan tersebut. Buah tangan yang ditawarkan cukup beragam. Mulai kaus, kain tenun NTT, hingga aksesori dari mutiara.
Hanya saja, harga souvenir yang ditawarkan ke pengunjung dinilai cukup mahal. Satu kaus standar harganya minimal Rp70 ribu.
Kain tenun lebih mahal lagi. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan satu buah kelapa muda segar, harganya mencapai Rp40 ribu.
Usai menyambangi Pulau Komodo, rombongan kembali bertolak ke Labuan Bajo. Waktu tempuhnya sekitar empat hingga lima jam. (rahmawati amri)