MAKASSAR, BKM — Sulawesi Selatan memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Dengan begitu, seharusnya angka stunting di daerah ini tidak terlalu tinggi. Sumber gizi hewani itu bisa membantu untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi kronis pada anak.
”Angka prevalensi stunting nasional saat ini sebesar 24,4 persen. Artinya, dari 100 angka kelahiran, 24 anak di antaranya berpotensi stunting. Sementara di Sulsel angkanya lebih tinggi dari nasional. Ini harus menjadi perhatian kita semua untuk mengatasinya,” ujar Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Pusat Prof drh M Rizal M Damanik yang berbicara pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tingkat Sulsel di Lapangan Kantor Perwakilan BKKBN Sulsel, Kamis, 28 Juli 2022.
Dijelaskan, stunting bukan hanya dari persoalan gizi semata. Melainkan ada banyak penyebabnya. Anak yang stunting memiliki ukuran badan yang pendek. Namun, anak yang pendek belum tentu stunting.
”Bayi stunting pasti pendek. Itu disebabkan tungkai kakinya, yang disebabkan kekurangan kalsium. Kurang makan ikan. Sementara di Sulsel ini punya ikan yang segar-segar. Organ tubuh bayi stunting mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Mereka akan memiliki keterbatasan dan kekurangan,” jelasnya.
Ia pun menyampaikan kekhawatirannya jika angka stunting saat ini tidak berhasil diturunkan. ”20 atau 30 tahun ke depan generasi stunting yang akan menjadi pemimpin dan mengelola negara ini. Kita tidak ingin seperti itu. Sehingga dalam renstra jangka menengah dan panjang, kita membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,” terang Prof Rizal M Damanik.
Untuk itu, dia mengajak semua pihak untuk saling bahu membahu untuk mempercepat penurunan stunting di Sulsel. Prof Rizal optimistis upaya tersebut berhasil, karena dirinya sudah mengunjungi beberapa daerah di Sulsel. Apalagi sejumlah kabupaten telah memiliki program terkait penurunan stunting.
Peringatan Harganas ke-29 tahun ini mengusung tema Ayo Cegah Stunting agar Keluarga Bebas Stunting. Tema tersebut, menurut Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Hj Andi Ritamariani, merupakan ajakan bagi seluruh masyarakat untuk peduli dan membantu penurunan angka stunting “Bertujuan untuk gotong royong membantu keluarga berisiko stunting agar terbebas dari stunting itu sendiri,” ujarnya.
Peringatan Harganas bertujuan meningkatkan peran stakeholder, tokoh masyarakat dan keluarga dalam pembangunan keluarga. Juga meningkatkan kinerja pengelola dan petugas Bangga Kencana dalam meningkatkan Program Bangga Kencana. “Pada intinya kita ingin meningkatkan kepedulian keluarga Indonesia dalam pencegahan stunting,” ujarnya
Dijelaskan Andi Rita, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama membentuk karakter anggota keluarga.
Juga berperan penting dalam pembangunan di mana persemaian nilai-nilai agama, kemanusiaan, kebangsaan, keadilan sosial dan nilai-nilai moral secara praktis akan berproses dan ditentukan oleh keluarga.
Rita mengemukakan, Indonesia tengah berjuang menghadapi ancaman stunting dengan prevalensi nasional di angka 24,4 persen. “Sementara Sulawesi Selatan 27,4 persen dengan target penurunan yang harus dicapai sebesar 14 persen sesuai yang tertuang dalam Perpres Nomor 72 tahun 2021,” jelasnya.
Karenanya, Harganas menjadi momentum penting bagi BKKBN dalam menggalang dan meningkatkan komitmen seluruh lapisan masyarakat dalam percepatan penurunan stunting.
“Ini sebagai ajang untuk menguatkan komitmen bersama dalam mengatasi berbagai isu dan persoalan di masyarakat dan keluarga,” pungkasnya.
Peringatan Harganas dihadiri anggota Komisi IX DPR RI, masing-masing Hj Aliyah Mustika Ilham dan drg Hasnah Syam. Ada pula Bupati Toraja Utara, Wakil Wali Kota Makassar serta pimpinan OPD KB se-Sulawesi Selatan.
Dijelaskan Andi Rita, ada sejumlah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Harganas tahun ini. Seperti pelayanan sejuta akseptor pada 15 Juni lalu. Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Termasuk pada 24 kabupaten/kota se-Sulsel.
Agenda lainnya, kata Rita, ialah lomba membuat video pendek yang bersifat edukasi. Berisi informasi kesehatan reproduksi pada ajang kreatifitas di komunitas remaja.
Selain itu, kegiatan penguatan Kampung Keluarga Berkualitas melalui Lomba Kampung Keluarga berkualitas tingkat Provinsi dilaksanakan juga pada bulan Mei. Lalu lomba PIK-R Percontohan tingkat Provinsi yang diselenggarakan di Bulan Juni.
BKKBN juga melakukan kegiatan Jambore Ajang Kreatifitas (JAK) Genre tingkat Provinsi melalui Genre Awards pada Juni 2022. Ada juga lomba pengelolaan gudang Alokon OPD-KB kabupaten/kota tingkat provinsi yang penilaiannya telah berlangsung dari Juni sampai Juli 2022.
Lanjut Rita, kegiatan jalan santai dan lomba olahraga seni antar OPD-KB juga meramaikan Harganas ini. Beberapa olahraga yang dilombakan antara lain tenis meja, bulutangkis, dan nyanyi solo antarkepala OPD-KB kabupaten/kota pada 27 Juli lalu.
Di hari yang sama, BKKBN melakukan podcast dengan tema Dashat dan melakukan Gerebek Stuting kepada keluarga berisiko stunting.
Dalam peringatan Harganas ini, sejumlah pemerintah daerah turut berpartisipasi, termasuk Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA). Sebanyak 24 UPPKA mendirikan stand untuk menjual berbagai macam usaha yang ditekuni. (*/rus)