Site icon Berita Kota Makassar

Desa Wisata di Gowa Diharap Lebih Mandiri

GOWA, BKM — Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Gowa, Tenriwati Tahri, mengatakan, seluruh desa wisata di Kabupaten Gowa harus lebih mandiri lagi. Bahkan Tenri berharap, desa-desa yang ada bisa menjadi desa wisata.
Untuk menuju harapan itu, kata Tenri maka Disparbud Gowa memberikan pelatihan pengelolaan desa wisata kepada para pemilik atau pengelola desa wisata yang ada di seluruh pelosok Gowa. ”Peningkatan kualitas desa wisata di berbagai daerah memang merupakan program yang difokuskan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Sehingga kita harapkan pelatihan desa wisata ini adalah program andalan yang ada di antara sekian pelatihan yang kita laksanakan,” kata mantan Kabag Humas Setkab Gowa usai mengisi materi pada Pelatihan Desa Wisata di Hotel Aryaduta Makassar, Kamis (28/7).

Pelatihan ini mengusung tema ‘Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat yang Profesional dan Berkualitas dalam Pengembangan Desa Wisata Menuju Desa Mandiri’ dan diikuti 40 peserta yang mewakili desa yang telah menjadi desa wisata maupun yang belum.
”Kami terus mendorong pengembangan desa wisata agar terus berbenah. Bahkan diharapkan desa wisata tersebut bisa menjadi mandiri. Dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membekali pengetahuan terkait cara pengelolaan desa wisata yang sesuai standar. Termasuk mendorong desa yang belum menjadi desa wisata mampu menjadi desa wisata,” kata Tenri.
Dikatakan, pelatihan pengelolaan desa wisata ini merupakan dukungan dari Kemenparekraf melalui dana alokasi khusus atau (DAK) non fisik. Di mana melalui bantuan tersebut Disparbud Gowa akan membuat lima kegiatan pelatihan, salah satunya adalah pelatihan desa wisata.

Pada pelatihan tersebut, peserta dibekali dengan materi dari praktisi-praktisi yang berkaitan dengan desa wisata misalnya dari Asosiasi Desa Wisata, termasuk dari akademisi. Tak hanya itu dalam pelaksanaannya selama empat hari mulai 25-28 Juli 2020, juga pengelola desa wisata diajak melakukan studi banding atau orientasi lapangan ke salah satu desa wisata Balocci di Kabupaten Pangkep.

”Di sana itu mereka belajar bagaimana minimal bisa menyamakan dengan konsep dan kondisi desa wisata yang di kunjungi. Sehingga saat kembali nanti mereka ini bisa menata desanya dengan lebih maksimal sesuai standar yang ada. Seperti bisa menyiapkan homestay yang tertata dengan bagus,” jelas Tenri.
Dirinya berharap, melalui pembinaan kepada pengelola desa wisata ini ada masukan dan edukasi bagi mereka terkait bagaimana menghadirkan desa wisata yang sesuai standar. Bahkan mendorong desa wisata ini bukan hanya mampu mendatangkan wisatawan tapi juga terjadi perputaran ekonomi yang lebih besar di wilayah tersebut.

”Kita mau wisatawan yang datang itu disana mereka keluarkan uangnya disana. Makanya harus ada penginapan atau homestay yang layak, tempat makan dan produk dari kearifan lokal yang ada. Sehingga perputaran ekonomi bisa terjadi di desa itu agar kedepannya desa tersebut bisa lebih mandiri,” tegas Tenri.
Seorang, Pendamping Desa Wisata Bissoloro, Zaenal, mengatakan, sejauh ini yang perlu didorong adalah mendorong inovasi dan kreatifitas dalam memperkenalkan desa wisata yang ada. Sebab lewat kreativitas dan inovasi ini desa wisata tersebut bisa lebih maju.

”Kalau kita ada inovasi bisa jauh lebih maju. Selain itu kita juga bisa mengintegrasikan dengan desa-desa sekitar dengan memanfaatkan potensi wisata, kuliner lokal dan sumber daya lokal yang ada disana supaya ada suatu percepatan perkembangan disana,” sebutnya.
Ia mengaku, dengan pelatihan tersebut sangat membantu para pengelola desa wisata. Apalagi dalam pertemuan tersebut pihak yang dihadirkan cukup beragam yakni pengelola yang baru merintis, sudah berhasil dan sementara berjalan.
”Dengan begini, kita harap ini bisa menjadi wadah sehingga perlu kita jaga supaya ada proses untuk tindak lanjut dalam melakukan suatu percepatan dalam memenuhi desa wisata yang tangguh dan mandiri,” tambahnya. (sar)

Exit mobile version