MAKASSAR, BKM — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar temu seni dengan tema Seni Performans yang berlangsung di kota Makassar, Maros dan Pangkep, yang dimulai 1-8 Agustus.
Sebanyak 20 seniman muda mementaskan 18 karya performans di situs bersejarah Benteng Rotterdam sebagai rangkaian dari event nasional Indonesia Bertutur.
Warga kota Makassar dan para pegiat seni budaya yang sebagian berasal dari anggota komunitas teater lokal memperlihatkan antusiasme dan apresiasi tinggi terhadap karya-karya performans tunggal dan kolaboratif yang dipentaskan selama lebih dari delapan jam di berbagai sudut tempat di Benteng Rotterdam.
Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo menyampaikan, ini adalah sebuah momen istimewa dan bersejarah.
Para seniman muda dari berbagai daerah di Indonesia itu menghadirkan tubuh-tubuh mereka menjadi karya seni performans.
“Saya dan para seniman begitu senang menyaksikan apresiasi dan antusiasme audiens yang begitu tinggi dalam menikmati dan berinteraksi dengan pementasan yang ada,” ungkap Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo.
Dia menjelaskan, ajang Temu Seni Performans menuju festival mega event Indonesia Bertutur 2022 diadakan dengan mengacu pada kerangka besar Indonesia Bertutur, yakni mengalami masa lampau, menumbuhkan masa depan.
Selain menampilkan seni performans, rangkaian dari kegiatan ini, juga dilalukan kunjungan situs dan budaya seperti ke Taman Prasejarah Leang-Leang di Maros dan komunitas Bissu di Segeri Kabupaten Pangkep.
“Ini adalah bagian dari upaya kreatif untuk melihat narasi sejarah dengan cara yang sedikit berbeda yang berhubungan dengan praktik kekaryaan performans,” tutur Melati.
Sementara itu, Fasilitator Temu Seni, Afrizal Malna menerangkan, temu seni merupakan sebuah program dengan input yang jelas. Masing-masing seniman membawa pengenalan diri terhadap situs-situs yang terdekat di sekitar mereka.
Menurutnya, hasil kunjungan ke situs bersejarah di yang ada di Sulsel, selanjutnya diolah dan dipentaskan.
“Saya melihat pertunjukkan yang dipentaskan oleh seniman tidak sepenuhnya dipentaskan oleh mereka sendiri, alih-alih keseluruhan elemen dan unsur yang ada di Benteng Rotterdam ini ikut memberi jejak ke pertunjukan itu. Saya melihat dengan kondisi seperti ini adalah sebuah proses organik dimana masyarakat yang menyaksikan bisa “tersedot” ke dalam pementasan yang ada,” jelas Afrizal.
Fasilitator Temu Seni, Marintan Sirait menjelaskan bahwa pada intinya pementasan seni performans para seniman dihadirkan oleh tubuh, serta perpanjangan dari tubuh dan media.
Di dalam performans ini ada jejak-jejak yang hadir misalnya dalam bentuk grafis angka dan teks seperti ada tulisan berbunyi “Berteriak” atau “Berlari” ini yang dimaksud sebagai perpanjangan tubuh.
Kegiatan Temu Seni ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 yang dihelat menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) dimana akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada bulan September mendatang.
18 pementasan seni performans antara lain dipersembahkan di sesi siang hari oleh seniman muda Theo Nugraha dengan komposisinya berjudul Hiruk Pikuk berdurasi 8 jam. (rhm)