Site icon Berita Kota Makassar

Advokasi Tiga Peduli, Edukasi Budaya Tabe

KEPEDULIAN kalangan milenial terus digugah. Salah satunya terhadap budaya yang ada di Sulawesi Selatan. Alasannya, karena merekalah pemegang tongkat estafet guna lestarinya peninggalan para pendahulu.

PEMILIHAN Dara Daeng Sulawesi Selatan 2022 telah menempatkan Ahmad Aufaasikki Sulkifli sebagai salah satu juara. Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (FIKP Unhas) ini menyabet juara dua di ajang tersebut.
Aufa, begitu sapaan akrabnya. Ia menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar dan telah tayang.
Menurut Aufa, keikutsertaannya dalam ajang pemilihan Dara Daeng karena tertarik dengan budaya yang ada. Lewat event yang diikutinya ini ia bisa mempresentasikan dan menunjukkan kepada sesamanya milenial bahwa kita punya budaya, adat istiadat yang patut dilestarikan.

”Selain karena kewajiban mewakili Makassar di tingkat Sulsel, saya juga sangat tertarik dengan budaya yang ada,” ujar Aufa yang merupakan juara I Daeng Kota Makassar 2020.
Kepedulian Aufa terhadap budaya memang sudah ditunjukkan sejaka lama. Bahkan ia intens memberikan edukasi tentang three cares (tiga peduli). Pertama, cares for culture (peduli akan budaya). Kedua, cares for envirotment (peduli akan lingkungan sekitar). Ketiga, cares for future (peduli akan masa depan).

Yang utama, menurut Aufa, seseorang harus memiliki knowledge (pengetahuan). Sikap (attitude) yang baik. Baginya, memakai selempang atau tidak, seseorang harus tetap menjaga etika. Banyak tersenyum kepada orang lain.
Alumni SMA Negeri 17 Makassar ini memang telah mengasah diri di dunia entertain. Di sekolahnya ada Dara Daeng 17, yang menanamkan kepedulian terhadap budaya. Ia kemudian ikut dan terpilih menjadi juara satu Daeng 17. Selanjutnya ke level tingkat Kota Makassar. Lagi-lagi juara satu berhasil diraihnya.
Selain model, Aufa juga aktif di dunia musik dan tarik suara. Baginya, percaya diri menjadi model utama bagi seseorang yang ingin terjun di dunia entertain. Ia lalu berkisah awal mula terjun ke dunia entertain.
”Kedua orang tua saya kan kerja semuanya. Saya anak satu-satunya. Daripada tinggal di rumah terus, akhirnya mendaftar di sekolah musik. Masuk les vokal dan piano,” tuturnya.

Tidak heran jika Aufa sudah mengikuti lomba nyanyi sejak masih kecil. Juga fashion show. Dari kecil ia memang sudah diajar berjalan. Orang tuanya pun begitu mendukung dengan menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkannya.
Aufa menyakini semua yang dilakukannya selama ini akan menjadi bekalnya kelak. ”Aufa bisa menyanyi dan model, jadi bisa mengajar orang lain. Dulu juga pernah les MC, sekarang sudah diundang mengisi acara,” ungkapnya.
Aufa mengenang, lomba model pertama yang diikutinya berlangsung di Pantai Losari. Sementara untuk komba menyanyi, yaitu pada ajang Bintang Radio. Ketika itu ia masih kecil.

Rasa percaya diri Aufa kala itu belum ada. Bahkan sempat malas-malasan. Orang tuanya kemudian mendorongnya ikut les.
”Waktu ikut lomba nyanyi jurinya gemes. Bahkan ada yang langsung naik ke panggung dan pegang pipi. Dia bilang; iiihhhh…gemesku. Tidak apa-apa juara yang penting penting ada yang bisa dikenang oleh jurinya,” ujar Aufa tertawa.
Ada pula kenangannya tentang sebuah kegagalan tak bisa dapat juara di dunian model. ”Dulu waktu masih kecil ikut lomba model. Semuanya sudah disiapkan. Mulai dari jas, baju, sepatu, mama belikan yang baru. Tapi akhirnya tak dapat juara. Padahal Aufa tahu kemampuan waktu itu bisa mengalahkan yang menang. Jalannya oke, pede, senyumnya juga lebar. Pakai improvisasi bahkan. Tapi, begitulah. Saya sempat menangis. Sempat tidak mau ikut lomba lagi. Tapi begitu ada lomba, saya langsung ikut,” jelasnya, lagi-lagi sambil tertawa.

Menurut Aufa, tujuannya ikut lomba bukan untuk mendapatkan juara, melainkan mencari pengalaman. Ketika sudah mendapatkan banyak pengalaman dan berbagi kepada orang lain, itulah cara dirinya membuat orang tua bangga sekaligus wujud terima kasihnya kepada mereka.
”Pesan orang tua kepada saya, ketika kami mendapatkan sebuah pengalaman jangan hanya untuk kamu, tapi bagikan ke orang lain. Edukasi ke teman-teman dan mereka akan bagikan ke orang lain,” terangnya.
Menyandang sebagai juara II Dara Daeng Sulsel 2022, Aufa tetap melanjutkan advokasi tiga pedulinya. Empat tahun melakukan hal itu, tak mungkin baginya untuk meninggalkannya. Bahkan, satu kepedulian besar terhadap budaya juga ditunjukkannya, yaitu budaya tabe.
”Budaya tabe ini harus dilestarikan. Apa sih budaya tabe itu? Budaya ini sebagai bentuk penghargaan kita kepada yang lebih tua. Bukan takut, ya. Itu banyak yang salah persepsikan,” jelasnya.
Aufa sedikit berbagi tentang bagaimana cara dirinya membangun perdaya diri. ”Waktu les vokal dulu saya sering gemetar. Saya kemudian diminta menutup mata sebelum jalan naik ke atas panggung. Fokus pada satu titik yang ada di depan kita. Lihat titik itu sebagai matahari. Di bawahnya ada taman. Anggap semua penonton itu adalah bunga matahari yang tersenyum kepada kamu. Setelah itu menyanyilah. Jangan lupa berdoa,” terangnya berbagi tips. (*/rus)

Exit mobile version