ADA banyak hal yang mendorong seseorang untuk meraih prestasi. Salah satunya bahkan karena pernah menjadi korban perundungan (bullying). Muh Fadjrin mengamini hal itu.
BODINYA cukup tinggi dengan ukuran badan yang proporsional. Wajahnya rupawan, ditunjang dengan caranya memadupadankan pakaian yang dikenakannya. Siapa sangka, remaja usia 18 tahun kerap menjadi korban perundungan.
Oleh guru di sekolahnya SMK Telkom Makassar, ia akrab dipanggil Fajo. Alasannya, karena dalam kelas ada dua siswa bernama Fadjrin. Siswa yang satu berada di urusan pertama, tetap dipanggil dengan nama aslinya. Sementara Fadjrin yang berada di urutan kedua, disebut Fajo untuk membedakan mereka. Panggilan itupun melekat hingga ia tamat SMK.
Tahun ini Fajo menyelesaikan pendidikannya di SMK Telkom. Rencanaya ia akan lanjut ke perguruan tinggi yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat. Sebagian temannya sudah kuliah di Kota Kembang.
Menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, Fajo mengaku pertama kali terjun di dunia hiburan ketika masih duduk di bangku kelas III SMP. Ketika itu ia memilih dunia film. Casting pun diikutinya. Alasannya, karena menarik dan anak. Bisa mendapat uang dan tidak terlalu menjadi beban pikiran ketika dilakoni.
Sayangnya, ia gugur ketika mengikuti casting. Aksi perundungan pun tak bisa dihindari. ”Waktu itu ada dua orang teman sempat lewat di lapangan setelah dari kantin. Dia bilang, sudah hitam, dekil apa bisa jadi main film,” ungkap Fajo.
Bullying seperti itu bukan pertama kali dialaminya. Ketika masih duduk di bangku SD, hal serupa pernah dirasakan Fajo. Penyebabnya, ia tidak terlalu bersoalisasi dengan teman-teman lain.
”Waktu kecil kulit saya warna gelap kecokelatan dan dekil. Jauh dari yang sekarang. Karena kata-kata itu semua yang menjadi motivasi bagi saya untuk berubah hingga bisa seperti sekarang,” terang Fajo.
Di tahun 2020 ia mulai terjun di dunia modeling. Dalam rentang waktu tersebut hingga sekarang, sejumlah prestasi telah diraihnya.
DI antaranya Winner Top Model Back to School. Winner Mister Sulawesi Selatan 2021. Mister Teen Sulawesi Selatan
. Runner Up Mister Teen Indonesia
, dan Mister Teen Top Model Indonesia.
Ketertarikannya pada dunia model berawal ketika ia mendapat tawaran untuk mengikuti ajang pemilihan Mister Teen. Awalnya Fajo sempat tidak percaya diri karena pernah mengalami demam panggung dan betul-betul tak bisa berbuat apa-apa.
”Waktu itu sempat berpikir untuk tidak lanjut. Nanti pada saat kuliah saja. Tapi karena disupport teman-teman di model, sekolah, orang tua, dan agency juga, akhirnya ikut terus,” imbuhnya.
Untuk ajang pemilihan Mister Teen, Fajo terlebih dahulu ikut di catwalknya. Ia pun berhasil mendapat juara best catwalk. Setelah itu lanjut ke mister dan miss Sulsel. Menjadi pemenang, Fajo terpilih menjadi perwakilan Sulsel ke Mr Teen tingkat nasional yang dilaksanakan di Manado.
Persiapan matang pun dilakukan. Di ajang itu Fajo menampilkan bakat karatenya. Untuk jenis olahraga ini, lagi-lagi digeluti karena alasan perundungan.
”Waktu itu saya mau kelas III SD. Di sekolah kan biasa dibully oleh teman-teman. Akhirnya orang tua memasukkan saya ke perguruan karate Black Panther. Biar bisa membela diri kalau dibully. Sebelumnya memang saya biasa cerita ke orang tua kalau dapat bullying di sekolah,” ujar Fajo, yang berhenti berlatih karate ketika hendak masuk SMP sebagai persiapan ujian.
Ketika hendak ikut pemilihan Mr Teen tingkat nasional, ayah Fajo sempat meragukan. Namun, ibunya tetap mendorong dengan memberikan support.
”Ayah sempat tanya apa bisa bersaing di tingkat nasional. Tapi ibu memberi support. Katanya, coba saja dulu. Saya juga berpikir kesempatan tidak datang dua kali. Kesempatah hanya datang kepada orang tidak pernah berhenti mencoba. Saya kemudian mengambil risiko dari motivasi itu dan lanjut ke tingkat nasional,” terangnya.
Setelah jadi pemenang di tingkat provinsi, Fajo kemudian dipersiapkan berlaga di level nasional oleh pihak agency. Dia lalu dibekali dengan public speaking, catwalk dan yang lainnya.
Jika melihat prestasi yang telah diukirnya, siapa sangka kalau Fajo kerap tidak percaya diri di atas panggung dan di depan kamera. Sebab dirinya terbiasa berada di belakang layar. Dia pun berusaha mengubahnya. Prinsipnya, mumpung masih muda, kapan lagi bisa mengubah diri dan keluar dari zona nyaman.
”Saya juga ingin membuktikan kepada mereka yang pernah membully saya bahwa saya bisa. Tidak seperti yang mereka bilang. Saya bisa lebih baik dari mereka,” tegasnya.
Di SMK Telkom Fajo mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan). Guna mendukung hobinya di dunia fotografi dan videogarfi, ia pun ikut ekstrakurikuler. Fajo memperdalamnya dengan membuat short movie sampai pada sinematik.
”Sekarang sedang mengembangkan production house (PH). Untuk di Makassar lagi vakum. Nanti akan dikembangkan di Bandung, karena teman-teman kuliah di sana. Saya juga rencana ke sana,” ujarnya. (*/rus)