KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah gencar-gencarnya mendorong lahirnya potensi ekonomi kreatif di daerah. Namun, siapa sangka kepedulian pemerintah daerah masih kurang. Setidaknya bagi berkembangnya usaha make up art (MUA). Padahal, mereka mampu membawa harum nama daerahnya di kancah nasional.
SESILIA Amiruddin Estevan, begitu nama lengkapnya. Ia akrab disapa Sesil. Menyebut dirinya sebagai transpuan alias waria, Sesil adalah juara satu nasional Make Up Kategori Fantasi Beauty Arman Armano 2022.
Sesil menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar. Perjuangannya untuk sampai pada titik ini ia kisahkan. Mulai dari pergi meninggalkan rumah, orang tua yang terlilit utang, hingga merintis karir dari nol.
Di bagian lain wawancaranya, anak kelima dari tujuh bersaudara ini mengungkap fakta terkait kepedulian pemerintah, khususnya Pemprov Sulsel dan Pemkot Makassar terhadap eksistensi MUA. Sesil menyebut kepedulian itu masih sangat kurang, jika tak ingin dikatakan tidak ada sama sekali.
”Di tahun 2022 ini saya mewakili Makassar di ajang pemilihan MUA tingkat nasional. Sangat tidak gampang bisa mencapai itu. Namun, dengan perasaan bercampur aduk, saya sangat menyayangkan perhatian pemerintah. Wakil dari kota lain sangat disupport oleh pemerintah daerahnya. Sampai-sampai membuat official. Termasuk menanggung semua biaya pesawat dan hotel,” terang Sesil.
Apakah Sesil sudah berinisiatif untuk meminta support seperti itu? ”Saya tidak melakukannya. Karena berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, sangat jarang ada support untuk MUA. Tidak ada inisiatif dari pemerintah. Jadi, tolong kodong, mungkin setelah saya ini, ada perhatian bagi putra Sulsel dan Makassar sebagai bagian dari regerasi. Jangan biarkan mereka berjalan sendiri,” pinta Sesil.
Di bagian lain penuturannya, Sesil berkisah tentang lika liku perjalanan hidup dan karirnya. Di lingkungan keluarganya, Sesil yang memiliki kecenderungan sebagai transpuan tidak begitu menerimanya. Ia begitu berbeda dengan empat kakaknya yang kesemuanya laki-laki. Sementara dua adiknya adalah perempuan.
”Orang tua mana yang mau anaknya seperti saya, berbeda dengan saudara lainnya. Kata kasarnya saya ini waria,” tuturnya.
Ketika itu pula, rumah tangga orang tua Sesil mendapat ujian berat. Mereka dililit utang. Bapaknya pergi, sementara penagih sering datang ke rumah. Jadilah ibunya yang jadi sasaran penagihan.
”Beban ibu saya waktu itu sangat berat. Saya kemudian berinisiatif membantu ibu melunasi utang. Caranya, mengajaknya untuk berjualan kue. Ibu yang buat kuenya, saya yang menjualnya berkeliling setelah pulang sekolah,” terangnya.
Selain itu, jika musikm penghujan tiba ia menggeluti ojek payung di Latanete Plaza. Juga membantu mengangkat barang milik pengunjung. Akhirnya sedikit demi sedikit utang orang tuanya bisa dilunasi.
Namun, risiko mesti ditanggungnya. Sekolahnya terbengkalai dan akhirnya ditinggalkan, karena ia harus bekerja siang dan malam. Capek dan lelah kerap dirasakannya.
Sesil yang putus sekolah akhirnya memilih untuk keluar dari rumah. Alasannya, kalau hanya tinggal di rumah ia mau bikin apa, walau harus berbesar hati meninggalkan rumah, orang tua serta saudara-saudaranya.
Sesil lalu mendatangi salah satu salon yang selama ini menjadi tempat bergabungnya orang-orang yang terjun di dunia entertainment dan make up.
”Ada namanya Gama, Gaffar Model Agency. Di situlah saya berkecimpung dan tinggal, karena saya tidak diterima lagi di keluarga,” ungkapnya. Ketika itu Sesil baru duduk di bangku kelas V SD.
Ia menyebut nama Yunan Arfandi yang mengajaknya untuk bergabung. Yunan yang pernah bekerja pada salah satu mal di Latanete Plaza ketika itu, memperkenalkan Sesil kepada Usman Abdullah, owner Ergas Entertainment dan Ergas Salon. Di situlah itu kemudian menimba ilmu.
‘”Waktu itu kan ramai kursus make up. Belum ada yang namanya workshop. Kalau untuk ikut kursus biayanya mahal. Saya kemudian belajar sedikit demi sedikit dari H Yunan dan Kak Usman,” jelasnya
Di tahun 2017 Sesil menyampaikan niat untuk mengikuti sebuah lomba kategori make up internasional. Walau ini yang pertama kalinya ikut lomba, Sesil mampu keluar sebagai juara satu.
Sesil juga punya kisah pernah mengikuti ajang pageant, yaitu Pemilihan Waria Cantik Peduli AIDS dan Narkoba. Dengan semangat yang luar biasa waktu itu, Sesil mengaku adrenalinnya tertantang. Apalagi untuk menjadi seorabng finalis tidaklah gampang.
”Waktu itu saya harus melalui empat ruangan mengikuti tahapan. Saingan saya waktu itu ada asisten dosen, lulusan S1. Rata-rata lulusan SMA. Sementara saya peserta termuda dengan pendidikan terendah,” ungkapnya.
Namun, hal itu tak menjadi penghalang bagi Sesil untuk bersaing. Ia ingin mematahkan keraguan orang dan menegaskan bahwa dirinya bisa mengubah pikiran orang. Latar belakang pendidikan tidak mesti menjadi yang utama.
Sesil kemudian dibantu public speaking oleh Dian Ekawati, pengetahuan HIB/AIDS dan narkoba dari senior yang selalu memberikan edukasi tentang HIV/AIDS serta bahaya narkoba. Juga mencari informasi di Google. Bahkan tak jarang mendatangi dokter yang paham tentang HIV/AIDS. Akhirnya, setelah mengikuti rangkaian dan menjadi finalis, Sesil kemudian ditetapkan sebagai juara dua.
”Saya mampu membuktikan kalau latar belakang pendidikan bukan hal utama dalam sebuah penilaian. Ilmu itu tidak hanya diperoleh di bangku sekolah, tapi juga dari pengalaman,” tandasnya.
Sebenarnya, menurut Sesil, waktu duduk di bangku SD dirinya selalu mendapatkan rangking di kelas. Dirinya juga termasuk aktif. Karenanya, putus sekolah tak membuat dirinya berhenti untuk belajar. Apalagi dirinya punya rasa ingin tahu yang cukup besar. Hingga kemudian ia bertemu dan dikeliling orang-orang hebat di bidangnya.
Berkat pergaulannya dengan banyak kalangan, Sesil pun kemudian ikut ajang MUA tingkat nasional yang diselenggarakan Arman Armano di tahun 2022. Melalu perjuangan panjang yang dipenuhi cerita suka dan duka, Sesil akhirnya terpilih sebagai juara satu pada kategori Beauty Fantasi. Piala yang diperolehnya ia bawa ketika menjadi tamu di studio Podcast BKM. (*/rus)