pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Pantang Jadi Pengemis, Hingga Dikejar Satpol PP

Riana Menggantungkan Hidupnya Berjualan Gugali di Hertasning

Di era tahun 70-80 an permen tradisional bernama gulali sangat diminati. Pasalnya, saat itu produk permen kemasan belum membanjiri pasaran. Jajanan tradisional yang terbuat dari bahan gula dengan berbagai warna tidak hanya memikat hati para pembeli dari kalangan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Namun, di era milenial seperti sekarang ini, penjual gulali kini sudah jarang terlihat. Hanya Riana bersama suaminya yang masih bertahan menjajakan gulali tradisional di Jalan Hertasning.

Laporan: PKL 5

Siang di hari Sabtu lalu, Riana bersama suaminya Anto merapikan jualan gulalinya. Gulali yang sudah dikemas di dalam kantongan plastik bening sudah siap dijajakan. Suara bising dan padatnya kendaraan di depan kantor PLN wilayah Sulselbar tidak membuat Riana goyah untuk tidak berjualan.
Hanya bermodalkan stand kayu untuk memasang gugali jualannya, Riana berharap hari itu rezeki akan datang padanya.
Kepada penulis, Riana mengaku berjualan gugali sudah sekitar satu tahun. Ia menempuh waktu satu jam lebih untuk bisa tiba di Jalan Hertasning dari rumahnya di Jalan Borong Raya. Kadang tanpa alas kaki Riana berjalan menyusuri panjangnya Jalan Toddopuli, semangatnya terus ada semata-mata mencari rezeki di Sabtu itu.
“Saya sudah kurang lebih satu tahun setengah jualan jajanan seperti ini. Saya berjualan mulai dari pukul 10.00 pagi sampai pukul 11.00 malam.Tapi sebelum ke Jalan Hertasning saya lebih dulu menjajakan gugali dengan berkeliling di sekitar rumah,”jelasnya.

Adapun gulali yang Riana dan suaminya peroleh dari seorang pengusaha gulali dengan perjanjian hasil dibagi dua.
“Saya menjual gulali dengan harga persatunya Rp5.000. Setiap hari saya memperoleh pendapatan Rp150 ribu. Syukur pemilik gulali memberikan ke saya Rp 75.000 atau p100 ribu perhari. Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan dari pemilik gulali,”ujar wanita berusia 28 tahun ini.
Adapun suka duka selama berjualan, Riana di depan penulis, mengatakan, sukanya jika gulalinya habis terjual sementara dukanya jika ada personel satpol PP tiba-tiba melakukan penertiban. Otomatis ia bersama suaminya pengangkat gulalinya sambil berlari agar tidak ditangkap oleh satpol PP.”Saya sering main kucing-kucingan dengan Pak satpol PP. Kalau mereka tidak melakukan penertiban saya aman-aman aja berjualan. Tapi kalau ada informasi akan melakukan penertiban langsung membawa lari jualan saya. Padahal saya juga dipungut biaya tempat sebagai uang sewa,”kata Riana.

Olehnya itu, sambil mengusapkan keringat yang membasahi wajahnya, Riana berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih layak seperti menjadi pembantu rumah tangga. Ia sangat pantang untuk menjadi pengemis.”Meski pendapatan tidak seberapa saya masih bisa menghidupi kedua anak dan suami saya. Lebih baik berusaha berjualan gulali daripada menjadi pengemis,”tutupnya.(pkl5)




×


Pantang Jadi Pengemis, Hingga Dikejar Satpol PP

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link