MAKASSAR,BKM.COM–Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Terbuka (UT) kini kian diminati. Pendaftar calon mahasiswa baru (maba) mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Apa yang dilakukannya?
KETIKA pandemi berlangsung UT begitu melejit, meskipun sebelumnya memang sudah dikenal sejak didirikan tahun 1984. PTN yang berpusat di Jakarta dan memiliki kampus yang berlokasi di ibu kota provinsi ini memang mengusung sistem pendidikan tinggi jarak jauh. Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu keunggulannya dibanding kampus lainnya.
”Universitas Terbuka sebagai perguruan tinggi negeri didirikan oleh pemerintah dengan jargon menjangkau yang tidak terjangkau. Jika berbicara tentang menjangkau yang tidak terjangkau, tentu sesuai dengan namanya terbuka dan jarak jauh,” ujar Direktur UT Makassar Drs Hasanuddin,MSi. Ia hadir di studio siniar Berita Kota Makassar, Sabtu (3/12).
Didampingi Prof Dr Abdul Rahman Rahim,MM selaku Guru Besar Program Pascasarjana UT yang juga Marketing Eksekutif UT, Hasanuddin menjelaskan tentang terbuka. ”Yang dimaksud terbuka itu adalah implementasi dari sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Siapapun dia warga negara Indonesia, tinggal di mana saja bisa kuliah di Universitas Terbuka. Karena itu, di Universitas Terbuka semuanya bisa kuliah. UT saat ini memegang rektor 10 terbesar dunia, karena jumlah mahasiswanya telah mencapai 420.000 yang tersebar di seluruh Indonesia dan juga di 55 negara,” terang Hasanuddin.
Dalam kesempatan itu, Hasanuddin juga menjelaskan rencana penyelenggaraan wisuda UT Makassar. Menurutnya, wisudah yang diselenggarakan UT ada dua, yaitu wisuda daerah dan wisuda pusat. Yang dilaksanakan pada hari ini, Senin (5/12), merupakan wisuda daerah. Diikuti sebanyak 550 orang.
Berbeda dengan wisuda sebelumnya yang berlangsung secara hybrid, kali ini penyelenggaraannya secara langsung di Hotel Claro Makassar. ”Jadi untuk wisuda kali ini sudah dilaksanakan secara full semuanya tatap muka. Sebanyak 550 orang yang tersebar dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan akan diwisuda secara langsung,” jelas Hasanuddin.
Sehari sebelum pelaksanaan wisuda, Minggu (3/12) dilaksanakan Fun Walk Jalan Sehat Melawan Mager (Malas Gerak). Kegiatan ini dipusatkan di Anjungan Pantai Losari yang diikuti ribuan peserta. Terdiri dari mahasiswa yang akan diwisuda, para pegawai dan dosen UT, serta alumni
Marketing Eksekutif UT Makassar Prof Abdul Rahman Rahim, menjelaskan tentang kondisi mahasiswa UT saat ini. Ia menyebutkan, untuk sumber mahasiswa dari sisi geografis, ternyata mereka berasal dari 24 kabupaten/kota di Sulsel. Itu artinya bahwa tidak ada satupun kabupaten atau kota di Sulsel yang tidak ada mahasiswa UT.
”Saat ini tercatat ada 9.000 mahasiswa UT. Yang aktif sekitar 6.500. Selebihnya mereka mungkin jeda waktu untuk mereka registrasi kembali. Diharapkan pada semester akan datang mereka sudah aktif semuanya,” imbuh Prof Rahman.
Pencapaian yang diraih saat ini, menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar ini, tidak terlepas dari massifnya jalinan kerja sama dengan berbagai media cetak maupun elektronik yang ada di Makassar. Termasuk promosi yang gencar di media sosial, serta informasi dari telinga ke telinga. Begitu pula dengan kemitraan sejumlah pemerintah kabupaten dan kota di Sulsel.
Ditambahkan Prof Rahman, dari sisi asal daerah sumber mahasiswa, yang terbesar adalah Makassar, Gowa, Maros, dan Luwu Timur. Sementara untuk usianya, mahasiswa UT saat ini berumur antara 21 sampai 50 tahun. ”Itu artinya UT mengakomodir dari usia muda, setengah muda sampao tua. UT memang hadir sebagai representasi pemerintah dalam memberi kesempatan untuk mereka yang mau melanjutkan pendidikan tingginya. Mereka tidak perlu meninggalkan tempat, juga tidak mesti harus datang ke kampus,” jelasnya.
Dengan segala kemudahan yang diberikan, mahasiswa UT saat ini pada umumnya sudah bekerja dan memiliki penghasilan rerata kurang lebih Rp5 juta per bulan. Dengan pendapatan seperti itu, mereka relatif bisa membayar uang kuliahnya sendiri.
”Biaya kuliah di UT itu terjangkau sehingga tidak merasa terbebani. Mereka juga tidak perlu memikirkan biaya transpor untuk darang ke kampus. Sesuatu yang menarik ini karena mahasiswa tetap dapat duit. Dengan bekerja atau sebagai pegawai dan jadi wirausaha. Ilmuhnya bertambah, kalau bergelar sarjana tentu akan lebih bagus,” tandas Prof Rahman.
Data lain yang disampaikan Prof Rahman dan cukup menarik adalah mahasiswa UT lebih banyak kaum Hawa. ”Mungkin karena memang praktis dengan kuliah online, dengan tutorial online, ataupun website,” tambahnya.
Selain itu, kuliah di UT tidak berdasarkan jadwal seperti di kampus lain, ada jadwal di mana disepakati antara dosen dan mesti bertemu langsung. ”Tapi di UT, ketika mereka memilih jalur full online maka dia bisa memilih 24 jam, di mana saja. Di 24 jam itu mahasiswa bisa belajar dan bisa mengatur waktunya dengan baik, tidak mengganggu pekerjaan, urusan keluarga, maupun urusan pertemanan. Mereka semua bisa lakukan itu dan bisa dilihat sistem pemilihan waktu di luar jam-jam kesibukan mereka. Sehingga ini menjadi menarik untuk mereka bisa kuliah, karena memang beda dengan perguruan tinggi yang lain,” tandasnya.
Dari usaha yang telah dilakukan selama ini, UT mulai mencicipi hasilnya. Buktinya, ketika membukan pendaftaran bagi maba, hanya dalam sebulan sudah bisa mencapat 20.000 lebih pendaftar secara nasional. Dari angka itu, untuk UT Makassar sudah ada 500 orang lebih.
Membuka Sentra Layanan UT (Salut) di sejumlah daerah di Sulsel, diakui juga telah mendorong minat masyarakat untuk kuliah di PTN ini. Kahadiran Salut ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa mendapatkan informasi tentang UT. Mereka tak perlu ke Makassar atau ke Jakarta.
”Dengan Salut ini kamu berusaha memperpendek jarak, mempercepat waktu untuk bisa lebih mengenal UT. Juga dilaksanakan pertemuan secara tatap muka jika ada kendala yang dialami dalam proses pembelajaran. Karena kita tahu belajar online itu kan bukan sekadar mendengarkan ceramah dari dosen, tapi akan ada tugas mereka, akan ada diskusi melalui online, ada ujian, ada penginputan tugas, penginputan ujian. Kebutuhan mahasiswa bisa terlayani cukup di Salut,” ungkap Prof Rahman.
Selama kurang lebih setahun mengembangkan Salut, sekarang ini sudah terbentuk di delapan kabupaten/kota. Ditargetkan tahun depan bisa hadir di 24 kabupaten/kota di Sulsel. (*-pkl1/rus)