GOWA, BKM — Merebaknya penyakit Jembrana yang menyerang ternak sapi saat ini, membuat jajaran Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Kabupaten Gowa ekstra waspada. Meski penyakit baru sapi yang berkembang di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali ini belum memperlihatkan gejala di Gowa, namun Disnakbun intens melakukan berbagai pencegahan penyakit untuk ternak sapi.
Setahun lalu, penyakit sapi jenis PMK (penyakit mulut dan kuku) menyerang kini berlanjut dengan penyakit Jembrana dengan gejala khas berkeringat darah tersebut. Karena itu, sama ketika PMK menyerang, Disnakbun Gowa gencar melakukan pembersihan kandang ternak serta pemberian vitamin dan vaksinasi.
Kadis Peternakan dan Perkebunan Gowa, Suhriati, saat dikonfirmasi Berita Kota Makassar, Senin (12/12), mengatakan, intensnya pihaknya melakukan tiga hal penting tersebut guna mencegah adanya sapi Bali di Gowa terserang penyakit Jembrana tersebut.
”Dalam rangka pengendalian dan pencegahan penyakit ke hewan ternak sapi, maka kita intens memberikan vaksinasi, agar kekebalan tubuh pada sapi terjaga,” kata Suhriati.
Ia menyebutkan, untuk saat ini dari total 116 ribu populasi sapi di Kabupaten Gowa yang didominasi sapi jenis Bali, sekitar 30 ribu ekor sapi telah divaksinasi. ”Kita targetkan vaksinasi sapi sekitar 42 ribu ekor dan sekarang yang sudah divaksin itu 30 ribu, jadi sisanya 12 ribu ekor sapi lagi yang akan kita vaksin,” kata Suhriati.
Untuk pemberian dosis vaksinasi kepada ternak, khususnya sapi diberikan tiga dosis juga, yakni dosis pertama, kedua, dan dosis ketiga atau booster.
”Untuk sapi itu dosisnya seperti pemberian vaksinasi untuk manusia. Ada pertama, kedua dan booster. Cuma sekarang, vaksinasi yang kita berikan ke sapi baru vaksinasi kedua. Boosternya belum,” tambahnya.
Diakui Suhriati, untuk melakukan vaksinasi kepada sapi-sapi bukan hal mudah. Karena dominan sapi di Gowa digembala bebas alias di lepas merumput di lahan bebas sehingga menyulitkan tim Keswan (kesehatan hewan) untuk melakukan vaksinasi.
”Kecuali kami bersinergi dengan para kepala desa atau lurah untuk mengarahkan para peternak di wilayahnya mengandangkan atau memasukkan sapinya ke kandang jepit dulu agar mudah bagi petugas memvaksinnya. Jika dilepas di alam bebas, tim Keswan akan kesulitan mendapatkan sapi-sapi tersebut. Aapalagi di lahan sulit dijangkau, khususnya dihutan-hutan atau bukit-bukit,” jelas Suhriati.
Dikatakan Suhriati, sapi-sapi ini penting divaksinasi sebagai upaya mencegah penularan virus ke ternak sapi sehat. Hal penting lainnya adalah memberikan pengobatan dan vitamin supaya kekebalan tubuh sapi tetap terjaga.
Dijelaskan Suhriati, penularan virus yang terdampak pada ternak, misalnya sapi yang terdampak virus PMK atau Jembrana tidak berpotensi besar bagi manusia tapi hanya dari ternak ke ternak. Penularan dari sapi ke manusia dikatakan kemungkinannya dapat terjadi jika manusia beraktivitas di kandang sapi yang sakit dan melakukan kontak langsung.
Kemudian, tidak mensterilkan pakaian maupun alat-alat yang digunakan jika melakukan pengobatan kepada sapi yang sakit akibat terpapar virus. (sar)