MAKASSAR, BKM — Pada perhelatan Pemilu Legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 mendatang, belasan politisi tak lagi melirik kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Mereka beramai-ramai beralih untuk menjadi Senator melalui jalur Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Saat ini tercatat sejumlah nama yang ingin berpindah jalur. Di antaranya Tamsil Linrung yang pernah tercatat sebagai anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI. Aliyah Mustika Ilham yang masih tercatat sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sulsel Andi Yagkin Padjalangi.
Ada pula Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Sulsel Andi Tobo Haeruddin. Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel Andi Hatta Marakarma. Wakil Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sulsel Irwan Intje.
Juga ada nama mantan anggota Fraksi Demokrat DPR RI Muhammad Nasyit Umar. Anggota Fraksi PDIP DPRD Makassar Al Hidayat Syamsu. Mantan caleg Golkar DPR RI Diza Rasyid Ali. Mantan caleg Golkar untuk DPRD Sulsel A Abd Waris Halid, serta mantan caleg PDIP untuk DPRD Sulsel Novianus YL Patanduk.
Tiga calon lain juga punya kedekatan dengan partai politik (Parpol) seperti Andi Muh Iksan dengan Nasdem, Lily Amelia Salurapa dengan PDIP, serta Muh Iqbal Parewangi dengan Partai Amanat Nasional (PAN).
Andi Yagkin mengaku optimis dapat dukungan dari masyarakat, khususnya di Kabupaten Bone dan Kota Makassar. Pada pileg 2019 lalu, ia bersaing dengan Samsu Niang bersaing ke Senayan menggunakan PDIP. Tobo Haeruddin juga mengaku yakin dengan tim yang sudah dipersiapkan beberapa waktu lalu.
Pengamat politik dari Unhas Dr Ali Armunanto, menjelaskab bahwa banyak alasan para politisi pindah tempat. “Salah satu alasan politisi dari parpol pindah untuk bertarung ke DPD karena kemudahan-kemudahan yang bisa didapatkan. Yang pertama, karena tidak perlu bertarung di daerah pemilihan, tapi seluruh provinsi menjadi arena pertarungan sehingga pertandingan lebih luas,” jelas Ali Armunato, Senin (19/12).
Karena arena pertarungannya semakin luas, lanjut Ali, bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan. “Orang yang punya mobilitas yang tinggi bisa menjadi kekuatan. Di sisi lain karena model pertarungan DPD hanya mengambil empat besar, sehingga perhitungannya lebih sederhana dibanding DPR RI,” ucapnya.
Ali mengungkapkan, bila pindahnya politisi semisal Hatta Marakarma dan Yagkin Padjalangi karena banyaknya bintang-bintang yang bertarung di dapil, sehingga dengan pindah maka pertarungannya lebih longgar dan tak terkalu ketat. “Soal peluangnya, mau tidak mau mereka harus memperluas jangkauan politiknya. Juga butuh tenaga yang besar. Walaupun jangkauannya luas, namun seperti Irwan Intje, Aliyah Mustika, Hatta Marakarma dan Yagkin Padjalangi tentu sudah menyiapkan antisipasi,” ucapnya.
Hal senada disampaikan pengamat politik dari Unibos Dr Arief Wicaksono. Kata dia, ada beberapa kemungkinan yang biasanya mendasari kepindahan aktor politik dari arena politiknya. Pertama, beberapa figur tersebut ada yang sudah sekian periode berada di legislatif, sehingga mulai merasakan tiadanya tantangan yang berarti lagi berada di arena tersebut.
“Bagi mereka, arena legislatif sudah tidak lagi menarik perhatian dan tantangan baru. Fenomena itu mirip dengan yang melekat pada figur yang bukan lagi anggota legislatif, tetapi masih aktif menjadi fungsionaris partai politik. Bagi mereka menjadi aktivis partai sepertinya sudah relatif menjemukan,” ujar Arief.
Kemungkinan kedua, adalah karena mereka memilih menggunakan dan memaksimalkan pilihan rasional mereka, di tengah ketatnya kompetisi di dalam maupun di luar partai politik mereka. Jika mereka masih tetap berada di situ, ada kemungkinan mereka akan dikalahkan oleh figur-figur yang relatif masih baru dalam kompetisi internal sesama mereka.
“Oleh sebab itu, pilihan untuk berpindah arena kompetisi adalah satu-satunya alternatif agar mereka tetap dapat mengkonsolidasikan kekuatan, ketimbang harus berkompetisi dengan kekuatan baru yang lebih fresh dan lebih relevan dengan zaman,” terang Arief lagi. (rif)
35 Bacalon DPD RI
Andi Muh Ihsan (petahana)
Irwan Intje
AM Yusran Paris
Sulprian
Elli
Prof Dr Idrus Andi Paturusi
Ariella Hana Sinjaya
Tamsil Linrung (petahana)
Pither Ponda Barany
A Maradang Mackulau
Muhammad Nasyit Umar
Al Hidayat Syamsu
Lily Amelia Salurapa (petahana)
Chairil Anwar
Suardy Suriady
Diks Sasmanto Pasande
Andi Hatta Marakarma
Patrisius Apri Bhatara Randa
A Abd Waris Halid
Novianus YL Patanduk
Pdt Musa Salusu
AM Iqbal Parewangi
Andi Muh Yangkin Padjalangi
Aliyah Mustika Ilham
Frans Sosang Palondongan
Andi Mappatunru
Sri Rahayu Usmi
Muh Jusran A
Andi Tobo Haeruddin
ST Diza Rasyid Ali
Harmansyah
Orva F. Karangan
Andi Baso Ryadi Mappasulle
Drs H Abd Rahman MM
Andi Armal Al Hakim