ISAK tangis keluarga tak terbendung saat jenazah Dewa dimasukkan ke dalam liang kubur. Bocah yang masih duduk di bangku kelas lima SD ini merupakan korban penculikan disertai pembunuhan yang jasadnya ditemukan dalam kondisi kaki terikat dan terbungkus kantong hitam di bawah jembatan Nipa-nipa, Kecamatan Moncongloe, Maros.
Iring-iringan kendaraan pengantar jenazah begitu ramai. Sejumlah kendaraan, khususnya sepeda motor memadati area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Paropo. Tepatnya di Jalan Janggo Paropo, Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakkukang, Selasa sore (10/01). Mereka adalah sanak keluarga maupun teman-teman korban.
Selain itu, prosesi pemakaman itu juga dihadiri langsung Lurah Paropo Achiruddin Achmad, Kapolsek Panakkukang serta tokoh masyarakat setempat.
“Cara pelaku membunuh anak kami ini sangat sadis. Saya sebagai bapak korban minta pelaku diadili setimpal. Nyawa harus dibayar dengan nyawa,” tegas Kamrin, ayah Dewa.
Kepergian Dewa untuk selama-lamanya sontak membuat para tetangga terkejut. Bagaimana tidak, sosok anak yang dikenal baik, mandiri dan rajin, harus meregang nyawa secara sadis. Diduga dibunuh dua orang pelaku yang tergiur uang ratusan juta dari penjualan organ tubuh.
Seorang tetangga korban di Jalan Batua Raya 07 yang mengaku bernama Intan, menyebut bahwa korban adalah anak yang baik, mandiri dan rajin. Setiap hari ia membantu neneknya mencari nafkah dengan cara menjadi pembawa barang pengunjung di Pasar Toddopuli.
“Itu anak baik, sabar, rajin dan mandiri. Memang usianya masih 11 tahun, tapi dia sudah bisa bantu neneknya. Setiap hari itu ke pasar bawakan barang belanjaan orang-orang. Dari situ dia dapat uang untuk dibawa pulang ke rumahnya,” terangnya.
Tidak hanya itu, saat tetangga meminta tolong ke korban untuk mengangkat barang ataukah membersihkan sampah lingkungan rumah warga, ia tidak pernah menolak. Dewa mengerjakan dengan ikhlas.
“Biasa kami minta tolong ke anak Dewa kalau ada sampah mau dibuang, itu anak langsung kerjakan. Kami kasih uang walau kecil dia tetap ikhlas terima. Baik anaknya itu. Kami sedih atas kepergiannya,” tambahnya.
Kata Intan, di Jalan Batua Raya 07 ini, MFS tinggal bersama dengan neneknya. Bapak dan ibunya sudah lama pisah cerai. Karena itu, Dewa selalu ingin membantu memenuhi kebutuhan hari-hari bersama neneknya.
“Di sini Dewa tinggal sama nenek dari bapaknya. Yang baiknya karena itu anak rajin serta mandiri. Kami berduka dan semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt,” imbuhnya. (arf)