MAKASSAR,BKM.COM–23 Januari merupakan momen yang tak akan dilupakan oleh masyarakat di wilayah Luwu Raya. Sebab, di tanggal tersebut terjadi perlawanan masyarakat ketika tentara Belanda ingin lagi datang untuk menjajah. Ketika itulah Datu Luwu Andi Djemma meneriakkan semangat untuk melawan tentara Belanda.
DUA tokoh asal Luwu hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar. Mereka adalah Sekretaris Umum (Sekum) Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Sulsel dr Annas Ahmad Maemal, serta Ketua Panitia Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-77 Tahun 2023 Makassar Asri Tadda.
Annas menerangkan, 23 Januari 1946 merupakan pergerakan semesta masyarakat Luwu. Ketika itu Luwu masih satu. Belum menjadi empat seperti saat ini.
”Ketika itu masyarakat Luwu melakukan perlawanan secara serentak. Saksi dari pertempuan ini menyebut, konon pertempuran itu lebih besar dari Serangan Umum 1 Maret. Karena Hari Perlawanan Rakyat Luwu itu mengguncang Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda pada waktu itu. Sehingga, beberapa tokoh pernah mengatakan bahwa sebenarnya yang layak disebut Hari Pahlawan itu adalah HPRL, karena lebih besar dari pergerakan Bung Tomo di Surabaya,” jelas Annas.
Peristiwa ini merupakan perlawanan rakyat Luwu yang membonceng NICA yang ditandai adanya suatu momentum ketika tentara Belanda ingin merusak kitab suci di Bua. Lalu kemudian di situ muncul satu tokoh yang merupakan sesepuh kerajaan, memimpin untuk melakukan perlawanan. ”Ketika itulah meletus perlawanan rakyat yang dimulai dari Palopo, lalu kemudian meluas sampai seluruh Luwu. Karena itu dikenal ada yang namanya Masamba Fair. Itu sebenarnya adalah pergerakan-pergerakan yang lain untuk momentum pergerakan rakyat Luwu yang berhasil merampas dan menguasai markas tentara Belanda di Luwu. Ini pula yang mempengaruhi pengambilan keputusan konferensi di Den Haag Belanda ketika itu,” terang Annas.
Diklaim HPRL lebih besar dari Serangan Umum 1 Maret, karena menurut Annas, gerakan tersebut dilakukan dilakukan secara serentak. Bisa dibayangkan wilayah Luwu Raya besar melakukan pergerakan secara serentak yang pusatnya di Kota Palopo, dan menyebar ke beberapa daerah. Momentum kemenangan HPRL adalah mundurnya pasukan NICA.
”Meskipun kita tahu bahwa tokoh pergerakan HPRL ini sempat ditangkap dan diasingkan. Makanya, tertulis bahwa pada waktu itu Datu Andi Djemma ditangkap dan diasingkan. Termasuk anaknya Andi Ahmad juga ikut ditangkap. Andi Ahmad itu adalah tokoh pemuda yang disebut sebagai Soekarno muda waktu itu di Palopo, yang ikut mempelopori pergerakan pemuda untuk melakukan perlawanan,” jelas Annas.
Belanda ketika itu ingin menguasai Luwu karena wilayahnya yang strategis. Luwu Raya kaya dengan sumber daya alam (SDA). Kondisi ini pastilah menarik penjajah untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya sumber daya alam yang ada di sana.
Ditanya seberapa penting HPRL diperingati oleh rakyat Luwu, Annas menilai bahwa kegiatan ini bukan seremonial belaka. Karena sebenarnya ada harapan yang diambil sebagai hikmah dari perayaan tersebut.
”Yang pertama, kita ingin mengenang patriotisme semangat orang-orang lalu, para pendahulu kita. Juga ingin menegaskan bahwa Luwu Raya itu adalah salah satu bagian integral dari Indonesia yang ikut berjuang merebut kemerdekaan. Kedua, kami ingin semangat Hari Perjuangan Rakyat Luwu ini juga diingat oleh anak-anak muda agar tetap bersemangat, terutama dalam melawan kemiskinan,” tegas Annas.
Karena, lanjutnya, di Luwu Raya saat ini dua wilayah paling kaya. Ada dua pula wilayah yang paling miskin, meskipun masyarakat di sana tidak merasakan.
”Lalu kemudian kita berharap dengan HPRL ini, ada banyak tokoh-tokoh pergerakan di situ yang bisa dijadikan sebagai pahlawan nasional. Kami di masyarakat Luwu baru ada dua tokoh yang diangkat sebagai pahlawan nasional. Ada Datu Andi Djemma, kemudian Opu Daeng Risaju. Padahal ada banyak tokoh. Seperti Andi Ahmad yang dikenal sebagai Soekarno muda juga layak. Beliau menolak untuk dimakamkan sebagai secara kedatuan, tapi di makam pahlawan dan sekarang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Ini menjadi bukti bahwa beliau punya komitmen perjuangan yang luar biasa untuk Indonesia. Apalagi Andi Djemma merupakan satu-satunya yang menginisiasi kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan untuk mendeklarasikan diri bergabung dengan NKRI,” jelas Annas.
Jika biasanya peringatan HPRL digilir di empat wilayah dalam Luwu Raya, untuk tahun ini dilaksanakan di Makassar. Ketua Panitia Asri Tadda menjelaskan alasannya.
Menurutnya, BPW KKRL baru dibentuk beberapa bulan lalu. Ada keinginan diaspora Luwu Raya, masyarakat yang tidak berdiam di Tanah Luwu, juga hendak ikut menyemarakkan peringatan HPRL yang ke-77.
”Karena itu kita bersepakat menggelar event. Jadi nanti ada juga event tambahan yang dilaksanakan, seperti senam sehat, kemudian donor darah dan pemeriksaan kesehatan. Yang tak kalah pentingnya dari semua itu adalah Dialog Refleksi Hari Perlawanan Rrakyat Luwu yang ke-77. Kita mau mengajak diapora di luar Tanah Luwu untuk bersama-sama kita kaji kembali, kita kenang kembali, kita lihat kembali bagaimana aspek kesejarahan. Bagaimana sebenarnya aspek kepahlawanan tokoh-tokoh dalam mengusir kembali niat Belanda untuk masuk menjajah pada saat itu,” jelas Asri Tadda.
Kemudian, lanjutnya, disambung dengan fakta hari ini bahwa ada nilai-nilai kepahlawanan yang diperlukan untuk membangun Luwu Raya di masa-masa mendatang. Hal inilah yang kemudian dirangkum dalam kegiatan sepekan sebelum peringatan HPRL di Palopo tahun ini.
Untuk pelaksanaan event di Makassar, menurut Annas, akan dipusatkan di Jalan Jenderal Sudirman depan Hotel Horison pada 15 Januari. Sementara untuk refleksi yang digelar, menghadirkan tiga narasumber. Yang pertama adalah Guru Besar Sejarah UNM Prof Andi Ima Kusuma, Doktor Suryadi Mappangara sejarawan dari Unhas, dan Prof Jasruddin, akademisi yang diharapkan bisa menggali dan mereflesikan nilai-nilai kesejarahan HPRL yang dimanifestasikan untuk membangun Luwu Raya di masa mendatang.
”Kita ingin ini bukan sekadar dialog. Setelahnya ada keluar gagasan-gagasan dan rekomendasi penting yang tidak boleh dilewatkan, sehingga ini menjadi pegangan kita. Ada sesuatu yang kita pegang bersama untuk masa depannya Luwu Raya. Salah satunya penguatan pembangunan di Luwu Raya,” tandas Asri. (*-pkl1/rus)