MAKASSAR, BKM–Pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) tinggal setahun, namun hingga saat ini belum ada pasangan bakal calon presiden (Bacapres) dan bakal calon wakil presiden yang dipastikan bertarung.
Untuk posisi Bacapres sendiri, Anies Rasyid Baswedan telah mendapatkan tiket dari Koalisi Perubahan, meskipun itu juga belum dideklarasikan secara resmi.
Untuk posisi bakal capres lain yang digadang-gadang selama ini sudah mengerucut beberapa nama seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hingga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sejumlah survei selalu menempatkan ketiga nama itu di posisi tiga besar.
Sementara itu, posisi cawapres masih mencuat banyak nama.
Direktur Eksekutif Fixpoll Indonesia, Mohammad Anas mengatakan, sampai hari ini belum ada tokoh di luar Jawa yang cukup signifikan elektoralnya. Tokoh yang mendominasi tetap dari pulau Jawa.
Namun jika ingin melihat dari Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur memang ada beberapa.
Dari Indonesia bagian barat misalnya, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Ketua KPK Firli Bahuri, kemudian ada Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
Sementara itu, untuk Indonesia bagian timur ada Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Hanya saja kata dia, SYL dan Isran Noor merupakan kader Partai Nasdem. Sedangkan Nasdem sendiri telah mendeklarasikan Anies. “Tidak mungkin SYL atau Isran Noor didorong Koalisi Perubahan karena sama-sama warna partainya. Ini tentu tidak nyaman bagi Demokrat dan PKS. Sementara PKS dan Demokrat ada tokohnya,” ujarnya dalam kanal YouTube Catatan Jurnalis Sukriansyah, Sabtu, (11/2).
Menurutnya, Amran Sulaiman sangat berpeluang karena tidak terafiliasi dengan warna partai manapun.
“Di beberapa konstestasi pilpres seringkali posisi calon wakil presiden itu yang paling punya peluang di samping faktor geopolitik itu faktor latar belakang. Jadi kalau tokohnya bukan dari partai politik. Itu bisa mempenetrasi kepentingan-kepentingan ego koalisi,” bebernya.
Dia menyebut pria kelahiran Bone itu bisa menjadi alternatif untuk mendampingi Anies, termasuk Prabowo maupun Ganjar.
Kelebihan tokoh-tokoh dari bukan Parpol ini akan mengurangi kebekuan dalam koalisi itu.
Lebih jauh kata dia, Amran bukan hanya representasi dari Indonesia Timur, tapi dengan pengalamannya pernah menjadi menteri akan memberikan peluang yang besar.
Menurutnya lagi, Amran merupakan kakak kandung dari Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.
Amran Sulaiman baru saja menerima kunjungan elit dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Kedatangan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP Muhammad Mardiono di AAS Building Makassar Sabtu (11/2) didampingi sejumlah elit DPP dan DPW diantaranya Mantan Ketum DPP PPP Romahurmuziy, Wakil Ketua Umum PPP Dr Amir Uskara, Anggota Fraksi PPP DPR RI Muhammad Aras, Ketua PPP Sulsel Imam Fauzan, Ketua Angkatan Muda Ka’bah Sulsel Rachmat Taqwa serta Ketua PPP Makassar Akbar Yusuf.
Mardiono yang juga Anggota Wantimpres ini memang dikenal dekat dengan Andi Amran.
Untuk itu, Mardiono mengapresiasi pencapaian Andi Amran membangun Tiran Group yang telah berkembang.
“Yang terpenting beliau adalah aset yang telah membuka lapangan kerja untuk anak bangsa. Beliau termasuk orang yang dulu meniti karirnya dari bawah sehingga berhasil. Beliau juga pernah menjabat menteri. Ya tentu karir yang tidak mudah untuk dilalui. Tentu harus kita beri apresiasi. Kita beri penghargaan kepada Pak Amran,” ujarnya.
Menurutnya, tak menutup mata dengan peluang terbuka bagi Andi Amran menjadi pemimpin nasional.
Mardiono bahkan berandai-andai jika negeri ini memiliki 1.000 sosok seperti AAS, maka persoalan-persoalan bangsa akan lebih mudah diselesaikan. “Jadi kalau kita punya 1.000 Amran di Indonesia, akan lebih banyak lagi lapangan kerja. Punya 1.000 Pak Amran tentu Indonesia ini akan lebih kuat atau juga kalau punya 1.000 Amran bahkan bisa menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” tuturnya. (rif)