MAKASSAR,BKM.COM–MAHASISWA dari dua perguruan tinggi negeri (PTN) di Makassar mencatatkan prestasi. Mereka menjadi delegasi Indonesia pada ajang Istambul Youth Summit (IYS) 2023 yang dilaksanakan di Turki pada bulan Februari.
NAMA lengkapnya Moh Fahcri Zahdy. Akrab disapa Fachri. Ia merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM). Yang perempuan namanya Fathona Fathuljannah Danial. Mahasiswi Program Studi Ilmu Akturia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Mereka merupakan dua dari empat mahasiswa asal Makassar yang tergabung dalam delegasi Indonesia di IYS Turki.
Hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, keduanya menjelaskan tentang perjalanan mereka hingga bisa mengikuti ajang bergengsi ini. Menurut Fathona, program yang diikutinya merupakan konferensi. Jika di Indonesia biasanya disebut KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) berbasi seminar. Forum ini dilaksanakan sebuah yayasan. Peserta yang dinyatakan lolos kemudian mempresentasikan proyek di konferensi tersebut.
Fachri menyebut, IYS menghadirkan pemuda dari berbagai kurang lebih 100 negara di dunia. Dari 22 ribu yang mendaftar, hanya 300 orang terpilih. ”Tentu senang dan bahagia,” kata Fachri ketika ditanya perasaannya bisa ikut di event tersebut.
Ia menerangkan, untuk mengikuti IYS dirinya mendapat informasi dari portal website yang dikelola pihak penyelenggara. Selanjutnya mengakses segala bentuk data pribadi yang dimiliki. Di dalamnya ada permintaan untuk membuat sebuah essai terkait bidang SDGs.
”Di IYS 2023 ada empat tema yang diusung panitia. Saya kemudian memiliki tema kesehatan dan kesejahteraan,” ujarnya.
Essai yang dikirim Fachri kemudian diseleksi oleh panitia melalui proses yang cukup panjang. Akhirnya terpilih nama-nama yang dianggap mampu menjadi representasi untuk tampil di IYS 2023.
Hal yang sama dilakukan Fathona. Namun yang dipilihnya adalah bidang sosial pada kelompok sub suistanble and community, dengan mengusung project sesuai tema untuk pemberdayaan masyarakat pesisir.
”Bersama peserta lain, kita membuat proyek untuk pemberdayaan masyarakat daerah pesisir. Modelnya meningkatkan keberlanjutan softskillnya. Kami sengaja memilih program yang bakal berguna bagi masyarakat pesisir. Program ini akan dilaksanakan di Kondang Merak, Jawa,” terang Fathona.
Untuk proyek yang dipilih Fachri bersama teman kelompoknya dari negara lain, salah satunya bertujuan bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak-anak yang sebenarnya menjadi korban perundungan, anak-anak yang notabenenya tidak punya wadah untuk meningkatkan lifeskill communicationnya.
”Kami mengusung sebuah bonekan berbasis artificial intelegence (AI). Boneka ini hadir untuk menemani anak-anak hanya sebagai teman berkomunikasi. Bukan teman primer, tapi sekunder. Ditakutkan jika boneka jadi teman primer itu akan bahaya. Takutnya anak tidak mampu meningkatkan skill communication dengan orang lain. Padahal sebenarnya boneka ini hadir untuk membantu dan sebagai perantara saja,” ungkap Fachri.
Dari beberapa penelitian, lanjut Fachri, boneka AI mampu meningkatkan komunikasi anak-anak. Mereka akan berkomunikasi walau bukan dengan benda nyata. Dari proses ini, boneka mampu memberikan respons dengan apa yang diucapkan oleh anak. Sehingga anak terlatih dengan kosakata yang diucapkan, serta membiasakan proses-proses berkomunikasi.
Fachri melihat kondisi realitas yang ada sekarang, anak-anak cenderung suka dengan mainan. Karena itu, boneka bisa menjadi stimulus yang sangat bagus dalam meningkatkan kesejahteraan anak dan mengetahui kemampuan anak secara sederhana.
Apalagi di era sekarang, teknologi kecerdasaran buatan (AI) menjadi hal yang sangat menarik untuk dihadirkan dan dikembangkan. Karena itu teknologi dan kebutuhan anak coba gabungkan. Apalagi saat ini belum ada boneka yang mampu seperti itu. Potensi pasarnya juga cukup besar. Dampak yang dihasilkan besar pula untuk anak-anak. Bisa membantu orang tua untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak-anaknya.
Untuk itu, Fachri berharap ada investor yang tertarik dengan proyek yang dipresentasikan agar bisa dikembangkan menjadi produk dan industri yang baru. Mampu menjadi solusi yang baru untuk keberlanjutan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.
Ditanya tentang manfaat yang diperoleh setelah mengikuti IYS, Fathona mengaku mendapat pengalaman yang banyak. ”Berkesempatan untuk menghadiri event internasional seperti IYS menjadi suatu kebanggan. Selain mendapat pengalaman, juga membangun networking. Ini sangat penting untuk memperluas jejaring. Punya banyak teman dari berbagai negara dan bertukar budaya,” kata Fathona yang menyebut IYS 2023 sebagai event internasional pertama yang diikutinya.
Sementara Fachri, mengaku mendapat pengalaman berarti. Ia tinggal satu hotel dan sekamar dengan peserta dari Amerika Serikat. Dia pun memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun relasi.
”Saya juga punya teman dari Qatar. Ia berkisah tentang Qatar yang sebelumnya bukan apa-apa bisa berubah seperti sekarang. Ini menjadi khazanah tersendiri bagi saya,” ungkap Fachri. (*/rus)