Site icon Berita Kota Makassar

Imran Jausi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel

MAKASSAR,BKM.COM–LUMBUNG pangan nasional telah disematkan kepada Sulawesi Selatan. Beras menjadi komoditi andalan daerah ini. Siapa sangka, sorgum ternyata sudah dibudidayakan pada sebagian wilayah di Sulsel.

KEPALA Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel Imran Jausi mengakui, selama ini tanaman pangan menjadi komoditas andalan. Hal itu disebabkan karena penduduk Indonesia mengonsumsi beras.

”Pemprov Sulsel telah melalukan langkah-langkah guna ketersediaan pangan. Salah satunya, di tahun 2022 Pak Gubernur memprogramkan mandiri benih. Program ini lahir karena produksi beras itu sangat bergantung pada benih yang baik. Tentu ada faktor lain, namun itu semua akan dilakukan intervensi,” ujar Imran Jausi dalam wawancara untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.

Diakuinya, di tahun Pemprov Sulsel fokus melahirkan benih yang baik. Sebab, jika benih yang ditanam itu baik, sudah 40 persen bisa menjadi beras. Karena itu, di tahun 2023 ini program tersebut dilanjutkan. Karena dari hasil evaluasi di tahun 2022 menunjukkan bahwa program ini sangat bermanfaat dan dirasakan oleh masyarakat. Khususnya bisa meningkatkan produktivitas yang luar biasa. ”Sulsel menjadi rangkin satu penyumbang ketersediaan stok pangan secara nasional,” ujarnya.

Dijelaskan Imran, program mandiri benih ini sejatinya bertujuan mengawal atau melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan benih-benih bermutu. Karena jika dibandingkan, benih biasa rerata menghasilkan 4-5 ton per hektare. Sementara jika memanfaatkan benih unggul, produktivitasnya bisa mencapai 7 ton per hektare.
Walau begitu, Imran menegaskan bahwa benih yang baik bukan satu-satunya yang mendukung peningkatan produktivitas pertanian. Karena itu, ada banyak hal yang menjadi konsen dan perhatian. Di antaranya menjaga gerakan-gerakan pengendaliannya. Seperti terhadap organisme pengganggu tanaman.

Selain itu, harus pula memastikan bibitnya bersetifikat. Pemprov juga mendukung ketersediaan air melalui irigasi dan sumur. Termasuk mempercepat akses petani melalui pusat-pusat produksi.
”Kita sudah membagikan benih secara gratis pada luasan lahas 100 ribu hektare. Ini sangat luar biasa. Karena itu program ini akan dilanjutkan di 2023,” jelas Imran.

Selain padi, yang juga jadi perhatian untuk terus didorong penanamannya adalah jagung dan kedelai, karena kebutuhan yang cukup besar. Jagung misalnya, selain untuk benih juga dijadikan pakan.
Pada komoditi kedelai, masyarakat yang sebelumnya kurang berminat untuk menanamnya dengan pertimbangan harga, terus didorong untuk kembali aktif membudidayakannya. Apalagi saat ini kedelai menjadi salat satu pemicu inflasi, karena kebutuhan yang cukup besar sehingga pemerintah terpaksa mengimpornya. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) telah banyak membantu petani berupa bibit kedelai untuk budidaya.
Selain pajade (padi, jagung, kedelai), di akhir tahun 2022 sudah mulai dibudidayakan tanaman sorgum. Lahan seluas 50 hektare pada beberapa kabupaten telah ditanami benih. Distribusinya secara gratis dilakukan dengan menyesuaikan lahan yang tersedia, sambil menguji coba. Bila itu berhasil, bisa menjadi sumber pangan alternatif. ”Yang lokasi di Bulukumba rencananya sudah mau panen,” terangnya.

Di bidang hortikultura, telah dicanangkan program untuk mengembalikan kejayaan jeruk Selayar. Masyarakat yang bermukim di Kabupaten Kepulauan Selayar didorong untuk menanam jenis jeruk yang dulunya sangat berjaya ini.
”Ada banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga jeruk Selayar ini kurang tersentuh dan masyarakat tidak mau menanamnya lagi. Kita ingin kembalikan itu. Melalui program mengembalikan kejayaan jeruk Selayar, Pak Gubernur melaunching dengan melakukan penanaman ke-100.000. Bibit jeruknya dibagikan secara gratis ke masyarakat Selayar, supaya tumbuh lagi keinginan untuk menanam,” jelas Imran.
Di sektor perkebunan, Imran menyebut Sulsel dulu pernah berjaya dengan komoditi kakaonya. Untuk itu, tahun kemarin dan tahun ini Pemprov Sulsel bergerak lebih lincang untuk mengembalikan kejayaan tersebut. Luwu Raya yang selama ini dikenal sebagai sentra kakao, masyarakatnya didorong melakukan penanaman. Hal yang sama dilakukan untuk masyarakat di Kabupaten Sinjai.
”Sebelumnya Sulsel menempati urutan ketiga produksi kakao. Kita ingin men dorong masyarakat menanam kakao. Karena dari hasil evaluasi yang dilakukan, banyak lahan yang kini telah beralih fungsi. Hal itu dikarenakan masyarakat ingin yang selalu instan. Sementara tanaman kakao butuh waktu 3-4 tahun. Banyak yang diganti dengan jagung dan sebagainya,” ujar Imran.

Dalam penerapannya, lanjut Imran, bila tahun ini diberi bantuan bibit maka tahun depannya akan dibantu pupuk. Pada sentra tertentu akan dibantu pada industri pengolahannya.
Hal serupa berlaku bagi komoditas kopi. Karena dianggap penting, pemerintah juga melakukan intervensi untuk mendukung produksinya. (jun)

Exit mobile version