MAKASSA,BKM.COM–PRESTASI tingkat internasional diukir seorang mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Ainun Iskandar namanya. Dari Program Studi (Prodi) Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Ia merah juara pertama dalam sebuah kompetisi foto story yang digelar oleh organisasi nirlaba Water Science Policy (WSP). Organisasi ini bergerak di bidang konservasi lingkungan dan bekerja sama dengan Organisasi Keilmuan, Pendidikan, dan Kebudayaan PBB, Unesco.
Hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, Ai –sapaan akrab Ainun Iskandar– berkisah tentang perjalanannya hingga bisa meraih juara. Termasuk alasannya memilih objek foto yang dikirimnya pada lomba tersebut.
”Tema untuk lomba ini Water, Partnership, and Cooperation atau air, kerja sama dan bergotong royong. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan hubungan yang terjalin antara air dan berbagai dimensi budaya, dari warisan hingga seni dan kreativitas, di masa lalu dan masa kini,” ujar Ai.
Unesco menyebut bahwa lomba ini bertujuan menginspirasi jutaan orang. Fotonya berkisah tentang bagaimana orang bersatu dan bekerja sama untuk meningkatkan kemajuan sumber daya air, menghubungkan yang tak tersambung, dan mensyukuri nilai-nilai kehidupan.
Ai mengaku kaget dan suprise dengan apa yang diraihnya. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan mendapatkan predikat juara satu. Apalagi yang menjadi peserta adalah fotografer profesional serta jurnalis. Rasa minder sempat dialaminya, karena dirinya hanya seorang mahasiswa yang baru beberapa tahun menggeluti dunia fotografi.
”Waktu pengumuman pemenang saya sedang antre untuk belanja. Lihat di sosial media saya ditag. Ada pengumuman juara lomba. Yang diumumkan pertama adalah juara III dari Myanmar. Menurut saya, fotonya sangat bagus. Lalu peringkat kedua dari Meksiko. Begitu diumumkan peringkat pertama, nama saya. Ini suprise,” kata Ai dengan senyum penuh arti.
Ditanya tetantang keikusertaannya dalam lomba ini, Ai mengaku mendapatkan informasi dari media sosial WSP. Lembaga ini merupakan NGO untuk konservasi lingkungan terafiliasi dengan Unesco.
”Saya pernah riset dan mencari gambar tentang anak-anak sekolah yang terampak banjir akibat global warming. Foto itu sangat terkait. Kenapa saya tidak coba ikut berpartisipasi. Waktu itu targetnya tidak terlalu tinggi. Cukup masuk 15 besar. Ternyata bisa meraih juara pertama,” tuturnya.
Karena merupakan foto story, ada beberapa gambar yang dikirim AI melalui e-mail. Foto yang jumlahnya 10 dibuatkan narasi dalam bahasa Inggris, serta lisensi.
Foto tersebut bercerita tentang kondisi anak sekolah yang tinggal di Kajenjeng dan Romangtangaya, Kecamatan Tamangapa, Kota Makassar. Bagi Ai, ini sebuah objek yang langka. Karena di zaman seperti sekarang anak-anak berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor dan ada yang naik mobil. Sementara di Romangtangaya, pelajar SD, SMP, maupun SMA ada yang berangkat dari rumahnya menggunakan sampan karena banjir.
”Banjir (tahun ini) saya ambil gambarnya. Mereka semua bersama-sama dan bergotong royong memakai sampan. Bahkan ada di antaranya yang kakak adik. Mereka saling bantu mengangkat sampannya melewati anceng gondok. Selanjutnya mendayung untuk menyeberangi ketinggian air,” ungkap Ai.
Menurut Ai, ada hal penting yang ingin disampaikannya kepada dunia melalui foto story yang dihasilkannya. ”Saya ingin fotoini menginspirasi dan memberi dampak bagi pemangku kebijakan. Ada anak sekolah yang berkebutuhan dan perlu dibantu, kenadap tidak dibantu. Paling tidak bangun dermaga di sana.
Karena untuk berangkat ke sekolah, mereka harus mengangkat sampahnya di atas enceng gondok. Itu terjadi setiap tahun,” terangnya.
Lalu, dari mana Ai mendapat pengetahuan dan ilmu fotografi? Sejak 2019 ia bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fotografi Unhas. Hal itu dilakukannya karena ia kebingungan dengan hobi lain yang ingin digelutinya. Sebab sebelumnya ia sudah main basket hingga menjadi tour guide.
”Saya orangnya suka berbagi. Jadi yang paling cocok waktu itu adalah fotografi. Akhirnya bergabung dengan UKM Fotografi di kampus. Awalnya sempat kesulitan. Namun, karena belajarnya di UKM, agak membantu untuk meraih berbagai hal dan melihat banyak yang menarik,” jelasnya.
Tahun lalu, disebut Ai dirinya ”naik daun”. Sebab, untuk pertama kalinya meraih juara tingkat daerah. Ia mengikuti lomba fotografi yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan berhasil keluar sebagai juara III.
Pencapaian itu menjadi trigger bagi Ai. Ia kembali mengikuti lomba Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Tingkat Provinsi Sulsel dan meraih juara I. Selanjutnya, mewakili Sulsel menuju Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) yang dilaksanakan di Universitas Brawaijaya, Malang. Di sini pula ia pertama kali merengkuh juara pertama tingkat nasional.
Di UKM Fotografi Unhas, menurut Ai, dirinya banyak dijar oleh senior. Mereka sudah ada yang profesional, seperti jurnalis dan menjadi influencer. Anggota UKM sangat diwadahi. Setiap tahun dilaksanakan pameran. Bahkan pernah menggelar pameran berskala nasional pertama terbesar di Indonesia Timur.
Diakui Ai, di era digitalisasi seperti saat ini, opportunity tebruka cukup luas. Siapa saja bisa ikut lomba fotografi. Apalagi lomba sekarang bisa menggunakan kamera HP. Semua bisa berkarya dan berkreasi.
Untuk masuk ke sana, menurut Ai, yang pertama adalah basci fundamental. Karena di fotografi saja ada komposisi yang harus dipahami. Berbagai macam angle. Karena itu harus ada kemauan dan motivasi.
”Walaupun sudah punya skill, punya alat, kalau tidak ada kemauan, tak akan jalan. Jadi harus dikombinasikan. Prestasi di fotografi itu merupakan sebuah kombinasi yang dihasilkan dari skill dan kemauan,” imbuhnya.
Di UKM Fotografi, menurut Ai, tidak mesti memiliki kamera untuk bergabung. Mereka yang ada di dalam dibantu oleh senior dan teman-teman lainnya, seperti dipinjamkan kamera dan alat. Bisa pula dengan menyewa kamera.
”Terus terang, saya kebanyakan meminjam. Termasuk yang untuk foto banjir itu, saya pakai kamera pinjaman. Saya harus akui itu. Karena itu, saya ingin berterima kasih kepada teman saya Andi Amar. Karena sudah membantu, mensupport dan membuka banyak jalan untuk saya sehingga bisa meraih prestasi yang sangat berharga,” ungkapnya.
Menurut Ai, juara di bidang fotografi itu memang prestasi individu. Namun, dirinya selalu camkan bahwa semua prestasi itu tidak terlepas dari tangan-tangan orang terdekat, yang membentuk kita, sekecil apapun itu. Jangan pernah lupa dengan bantuan mereka dalam meraih prestasi yang membagikan. (*/rus)