MAKASSAR, BKM — Awal musim kemarau diprediksi akan terjadi akhir Maret atau awal April 2023. Berbeda dengan sebelumnya, musim kemarau tahun ini berpotensi terjadi kekeringan.
Prakirawan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar Rizky Yudha menerangkan, untuk wilayah Sulsel bagian barat, daerah yang diperkirakan paling awal akan memasuki musim kemarau adalah Kabupaten Takalar.
Daerah tersebut mulai memasuki kemarau pada bulan April mendatang. Selanjutnya akan menyebar atau meluas pada bulan Mei ke wilayah lainnya yang ada di Sulsel.
Lebih jauh dikemukakan, potensi kekeringan bisa terjadi karena pada semester II, 50 hingga 60 persen terjadi El Nino. “El Nino ini dapat mengurangi curah hujan di periode musim kemarau sehingga bisa bisa lebih kering,” tambahnya.
Adapun puncak musim kemarau 2023 diprediksikan terjadi di Agustus 2023. Menyikapi situasi tersebut BMKG menghimbau kementerian/kembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).
Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Sehingga perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir.
Pemerintah daerah dan masyarakat dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar mulai melakukan langkah antisipatif menghadapi musim kemarau yang diprediksi akan terjadi pada akhir Maret atau awal April 2023. Salah satunya dengan meningkatkan koordinasi dengan beberapa instansi terkait. Seperti Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Makassar. Koordinasi dengan kedua instansi berlangsung di kantor masing-masing. Yakni di Kompleks PDAM Makassar, Jalan dr Sam Ratulangi awal pekan ini.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Makassar Achmad Hendra Hakamuddin, menyampaikan pihaknya perlu melakukan langkah-langkah antisipatif. “Kita perlu kesiapan-kesiapan dalam menghadapi potensi bencana kekeringan,” terangnya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diterima dari BMKG bahwa musim kemarau kali ini berada di bawah normal. Artinya, potensi bencana kekeringan sangat mungkin terjadi sehingga perlu kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya kemarau berkepanjangan.
“Atas dasar itu BPBD melakukan koordinasi ke beberapa instansi yang paling berhubungan dengan bencana kekeringan,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, pada prinsipnya Damkar siap membackup tugas-tugas BPBD Makassar. Bahkan, Damkar telah menyiagakan lima unit mobil tangki dengan kapasitas 10 ribu liter dan 16 ribu liter untuk keperluan MCK masyarakat yang terdampak.
Selain dampak kekeringan seperti kekurangan air, BPBD bersama Damkar juga membahas potensi bencana lainnya seperti kebakaran. Baik itu potensi kebakaran di lapangan rumput maupun TPA Antang yang tiap musim kemarau terbakar dan mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
“Jadi apa upaya-upaya antisipasi yang dibahas bersama. Kita harus mempersiapkan betul-betul personel dan armada menghadapi potensi bencana tersebut. Termasuk kita bicara tentang teknologi, yaitu bagaimana kita segera memadamkan (kalau betul terjadi) TPA atau ladang rumput terbakar,” tambah Achmad Hendra Hakamuddin.
Sementara hasil koordinasi dengan PDAM, kata Hendra, telah disiapkan 15 unit mobil tangki berisi air bersih yang siap untuk didistribusikan kepada masyarakat yang terdampak kekeringan.
“Sekarang sudah kita identifikasi beberapa kecamatan yang kemungkinan terdampak musim kemarau. Sepeti Ujung Tanah, Tallo, Biringkanaya, dan Tamalanrea,” ucapnya.
Bahkan untuk jangka panjang, BPBD dan PDAM akan melakukan MoU terkait dengan antisipatif kebencanaan. “Intinya adalah sebagai BUMD, PDAM akan melakukan kerja sama dalam penanganan bencana. Bukan cuma kekeringan, tapi juga banjir atau bencana yang lain,” tuturnya.
Sedangkan untuk mengantisipasi menurunnya debit air di Bendungan Lekopaccing, lanjutnya, PDAM juga akan menurunkan pompa di kolam regulasi Nipa-Nipa untuk mencukupi kebutuhan air baku di Makassar.
“Ini hal yang penting untuk kita tahu juga, karena dalam menghadapi kondisi seperti ini ada dua hal yang kita pikir solusinya. Yaitu MCK dan air untuk konsumsi,” tutupnya.
Dikonfirmasi terpisah, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengatakan dirinya sudah menginstruksikan sejumlah stakeholder terkait agar mengantisipasi terjadinya kekeringan di Makassar. Khusus ke PDAM, orang nomor satu Makassar itu meminta agar sumber-sumber air baku bisa diamankan. Termasuk saluran air ditutup saja.
“Saya sampaikan ke PDAM sumber-sumber air itu diamankan. Termasuk saluran air kita. Bahkan saluran air dari Lekopaccing ditutup saja. Walaupun mahal. Karena kalau terbuka ada sampah, beban pencemarannya tinggi. Tapi kalau kita tutup lebih bagus,” ungkap Danny saat diwawancarai BKM, Selasa (28/3).
Dia mengatakan, persoalan kekeringan sifatnya bukan administratif. Satu daerah dengan lainnya saling berkaitan. Kawasan Mamminasata harus bersama-sama dalam menjaga sumber air baku yang ada. “Jadi kita harus bersama-sama menjaga sumber air baku yang ada,” tambahnya.
Khusus untuk wilayah yang suplai air bersihnya untuk minum, apalagi di musim kemarau nanti, Danny menginstruksikan PDAM menyiapkan mobil-mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih jika ada yang membutuhkan. Terkhusus di wilayah Utara Makassar yang memang selalu krisis air bersih. (rhm)