MAKASSAR, BKM — Dalam beberapa hari terakhir masyarakat Makassar diresahkan oleh aroma tidak sedap, khususnya di subuh dan pagi hari. Bau menyengat itu ternyata bersumber dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Kecamatan Manggala.
Aroma tersebut tercium hingga radius berkilo-kilo meter jauhnya, seperti di Jalan AP Petta Rani dan Jalan Veteran. Salah seorang warga yang tinggal di Jalan Rappocini, Andika, mengeluh aroma tersebut mengganggu penciumannya.
“Ini sudah seminggu lebih, ada aroma tidak sedap. Arahnya dari TPA kalau tidak salah,” ungkap pegawai salah satu perusahaan swasta tersebut.
Hal yang sama dikemukakan seorang warga di perumahan Royal Spring, Ahmad. Lelaki yang berprofesi sebagai ASN di salah satu instansi pemerintah itu mengaku sangat terganggu dengan bau menyengat tersebut. Diapun bertanya-tanya apa yang menyebabkan bau tersebut.
“Bau busuknya sangat tajam. Kami jadi tidak tenang berada di rumah. Walaupun pintu ditutup rapat-rapat, tetap saja baunya menusuk,” keluhnya.
Dikonfirmasi ke Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ferdi Mochtar, dia menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang terjadi. Menurut mantan Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan tersebut, aroma sampah yang tercium warga berasal dari TPA Tamangapa.
Saat ini, pihaknya memang sementara melakukan pembenahan di TPA. Sampah yang berada di areal pintu masuk TPA setinggi 50 meter didorong masuk ke areal yang spacenya masih memungkinkan.
Itu dilakukan untuk memaksimalkan mobilitasi armada sampah Tangkasaki keluar masuk TPA. Karena akibat sampah yang menggunung di bagian depan, akses jalan nyaris tertutup.
Selain itu, ketinggian sampah yang sudah mencapai 50 meter sangat rawan longsor dan berbahaya bagi pemulung dan aktivitas pengelolaan TPA, terutama pada saat musim hujan.
“Atas nama Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Lingkungan Hidup, kami menyampaikan pemohonan maaf atas bau yang menyengat beberapa hari terakhir ini, yang berasal dari TPA Antang. Hal ini karena pembenahan yang dilakukan di lokasi tersebut,” ungkap Ferdi saat dihubungi.
Dia melanjutkan, upaya itu merupakan penanganan jangka pendek karena Makassar saat ini sudah masuk dalam darurat pembuangan sampah. Menurutnya, pembukaan akses jalan yang tertimbun oleh gunungan sampah tersebut memudahkan pembuangan sampah ke arah belakang, di mana ketinggian sampah hanya mencapai kisaran 10 meter.
Dengan penanganan yang dilakukan, TPA Tamangapa diperkirakan masih bisa menampung volume sampah sekitar satu hingga dua tahun mendatang. “Dengan aktivitas ini, masih tersedia sekitar 6 hektare area sebagai alternatif lokasi pembuangan dan diperkirakan alternatif lokasi ini dapat menampung volume sampah sekitar satu sampai dua tahun,” jelasnya.
Dia melanjutkan, apa yang dilakukan itu sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan diri dalam penilaian Adipura selanjutnya. Tahun lalu Makassar gagal meraih Adipura. Salah satu penyebab utamanya karena pengelolaan TPA Tamangapa tidak sesuai dengan indikator yang dinilai.
Sesuai dengan aturan dari Kementerian Lingkungan Hidup, di TPA Tamangapa akan dilakukan control landfill, yakni menimbun bagian permukaan sampah dengan tanah untuk memastikan bakteri yang ada tidak menimbulkan bau menyengat.
“Kita upayakan semaksimal mungkin target secara tuntas tidak cukup tiga minggu. Kami sampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat atas ketidaknyamanan ini,” jelas Ferdi.
Dia mengatakan, upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan daya tampung TPA yang semakin terbatas sambil menunggu tahapan penanganan sampah yang lebih modern melalui teknologi Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Pihaknya saat ini juga sementara melakukan pembenahan saluran kolam Lindi sepanjang 500 meter yang selama ini tidak berfungsi maksimal karena tertimbun sampah. Hal itu juga menyebabkan proses pelarutan dan pembusukan materi yang bisa larut oleh aktivitas mikroba organik dan anorganik setelah terkena air.
DLH sebenarnya sudah melakukan upaya untuk meminimalisir aroma atau bau menyengat dengan menimbun sampah menggunakan tanah setiap tujuh hari, serta penyemprotan. Namun tetap saja,
aromanya masih tidak bisa terbendung.
PSEL nantinya diharapkan bisa memberikan solusi penanganan sampah dengan teknologi modern dan ramah lingkungan.
Saat ini dalam proses seleksi administrasi dari enam konsorsium. Pertengahan tahun ini pemerintah kota Makassar diharapkan telah mendapatkan pemenangnya sehingga PSEL dapat bekerja secepat mungkin. Teknologi ini akan mampu mengurai sampah sebanyak 1000 ton setiap harinya. (rhm)